Menghidup Suatu Ikrar Dalam Darah Kita
Oleh: Michael Baptista Gozal | PPTI 12 | 2502041262
Ikrar merupakan suatu hal yang sakral dan yang biasanya digunakan untuk penegasan terhadap suatu sumpah. Dan belum lama ini kita memperingati Hari Sumpah Pemuda pada tanggal 28 Oktober kemarin. Kita mengetahui bahwa Indonesia sudah memiliki suatu ikrar jauh sebelum Indonesia merdeka, Ikrar tersebut bukanlah suatu ikrar biasa, melainkan itu menjadi suatu tanda awal mulanya persatuan pembentukan negara Indonesia. Sumpah Pemuda yang dibacakan pada tanggal 28 Oktober 1928 tersebut berisi sebagai berikut:
- Kami Putra Dan Putri Indonesia, Mengaku Bertumpah Darah Yang Satu, Tanah Air Indonesia.
- Kami Putra Dan Putri Indonesia Mengaku Berbangsa Yang Satu, Bangsa Indonesia.
- Kami Putra Dan Putri Indonesia Menjunjung Bahasa Persatuan, Bahasa Indonesia
Dari sini kita tahu, bahwa ikrar sumpah ini tidak dapat hilang begitu saja. Semua makna yang ada di dalam Sumpah Pemuda ini harus tetap hidup di dalam diri kita masing-masing terutama di dalam jiwa para Pemuda Indonesia. Bagaimana kita menjaga sumpah pemuda tetap hidup di zaman sekarang ini?
Mewujudkan Nasionalisme Sebagai Pemuda Indonesia
Hari Sumpah Pemuda memperingati momentum para pemuda Indonesia yang mencurahkan darahnya untuk negara, bangsa dan sumpah untuk menjunjung bahasa persatuan yang bahasa Indonesia. Momentum ini menjadi pengingat bagi generasi muda untuk menjadikan keberagaman sebagai kekuatan di nusantara.
Para pemuda ditanamkan rasa nasionalisme dan cinta tanah air dengan mempelajari dan memahami bahasa dan budaya dari berbagai daerah di Indonesia, serta daerah dan sukunya. Mempelajari dan merasakan bahasa dan budaya daerah lain di Indonesia adalah bagian dari cara siswa mengembangkan sentimen nasional.
Pada saat itu, kaum muda di seluruh negeri bersumpah untuk bersatu demi kebaikan negara dan bangsanya. Inti dari sumpah pemuda ini adalah bertanah air Indonesia, berbangsa Indonesia dan berbahasa Indonesia. Dengan semangat Sumpah Pemuda, kita tidak harus bertempur di medan perang hari ini. Namun, kita dapat melakukan hal-hal positif yang berguna bagi bangsa dan dengan tetap membanggakan Indonesia.
Banggalah Dengan Indonesia Dan Menyebarkannya Melalui Sosial Media
Bukankah negara yang menakutkan jika bersatu? Kemudian hindari sikap egois yang dapat menimbulkan konflik. Bagaimanapun, perselisihan inilah yang memecah negara. Dan yang tidak kalah pentingnya adalah jangan mudah terbuai oleh berita bohong dan hoax yang menyesatkan dan menyebabkan hilangnya toleransi.
Terdapat suatu paham yang bernama Chauvinisme. Chauvinisme merupakan salah satu rasa cinta yang berlebihan terhadap tanah air sampai merendahkan bangsa lain. Menurut sejarah, chauvinisme muncul ketika Adolf Hitler berkuasa. Slogan ini digunakan untuk memberi semangat saat berperang. Chauvinisme digunakan di kolonial Inggris dan Jepang.
Era digital mau tidak mau membawa seseorang untuk hidup di dunia modern. Selain itu, budaya dari luar dengan mudah masuk ke negara kita dengan konektivitas internet tanpa batas. Menjadi modern mungkin bisa membantu kita hidup lebih baik. Namun bukan berarti melupakan budaya dan sejarah tanah air.
Membangun Persatuan Pemuda Indonesia Untuk Kemajuan di Era Ini.
Dengan menggunakan bahasa Indonesia, tentu saja akan membuat kita mudah dalam pergaulan. Kita pun juga merasa menjadi satu saudara dengan pemuda pemuda yang berasal dari daerah lain. Dimana bahasa daerah dapat menjadi penghambat komunikasi, bahasa Indonesia dapat menjadi satu kesatuan komunikasi bagi masyarakat tanah air untuk mencoba hal-hal baru. Untuk itu, masa ini merupakan waktu yang tepat bagi kita untuk lebih mengenal budaya tanah air dan mengenal budaya Indonesia lebih dalam. Terutama keragaman budaya yang dimiliki negara membuat proses pembelajaran budaya tidak membosankan dan lebih beragam.
Indonesia diberkati Tuhan dan memiliki keragaman yang luar biasa. Mulai dari budaya, suku, ras dan agama. Hidup dalam perbedaan bukanlah suatu halangan untuk berkreasi bersama. Justru melalui keragaman inilah kita bisa belajar untuk saling menghormati dan menghargai.
Referensi: