Teori Tabula Rasa John Locke Tentang Permerolehan Pengetahuan

Oleh: Yustinus Suhardi Ruman

Teori pemerolehan pengetahuan pada manusia dikemukakan oleh Locke dalam karyanya yang berjudul “Some Thoughts Concerning Education” (1692) adalah pentingnya pendidikan bagi pembentukan karakter seorang individu. Pendidikan sangat menentukan orientasi tindakan seorang individu.  Seorang akan dapat mengarahkan tindakannya pada hal yang bijaksana dan mendatangkan kebahagiaan, atau ia juga dapat  akan dapat mengorientasikan tindakannya pada hal yang mendatangkan penderitaan. Orientasi tindakan itu sangat ditentukan oleh pola pendidikan yang diberikan kepada seorang individu ketika masih kanak-kanak. Perbedaan dalam soal sopan santun menurut Locke adalah cerminan perbedaan dalam pendidikan. Oleh karena itu, Locke menganjurkan pentingnya pembentukan pikiran anak. Pembentukan pikiran ini selalu akan mempengaruhi kehidupan mereka setelahnya.

Tafsiran terhadap fisafat pendidikfan Locke telah banyak dilakukan. Semua tafsiran pada umumnya menyimpulkan bahwa Locke tidak yakin dengan kemampuaan bawaan pada manusia. Tafsiran-tafsiran itu menyebutkan, Locke memandang kondisi seorang anak sebagai “kertas putih”, “tabula rasa”.  Dalam konteks tabula rasa itu, Locke menekankan pentingnya fungsi pendidikan bagi pembentukan karakter seorang individu, dan mengabaikan kemampuan bawaannya. Sebagai contoh tafsiran terhadap karya Locke tentang kondisi seorang anak sebagai tabula rasa dapat kita lihat dalam tulisan Androne (2013), Antonius (2019) dan Thuy (2020).

Androne, (2013) menjelaskan bahwa Locke menolak doktrin tentang keberadaan ide-ide bawaan.  Seorang individu, pada saat ia lahir pikirannya, seperti kertas putih –“tabula rasa” –,  “nihil est in intellectu quod non prius fuerit in sensu”. Tidak ada sesuatu apapun dalam pikiran seorang individu. Lebih tegasnya, tidak ada pikiran apapun dalam diri seorang individu pada saat ia lahir. Pikiran yang ada pada seorang individu, dalam perkembangannya merupakan produk dari pengalaman selama ia hidup. Sampai di sini, Locke ingin menggarisbawahi fakta bahwa seluruh pengetahuan kita berasal dari pengalaman melalui sensasi dan refleksi.

Oleh karena seorang anak tidak memiliki ide pada saat ia lahir, maka pendidikan memiliki peran penting. Pendidikan dapat membentuk kepribadian seorang anak, mengubah model perilakunya dan melatihnya untuk menghadapi kehidupan yang nyata.  Anak harus diberi pendidikan moral agar ia dapat berbuat baik dan menghindari kejahatan. Dalam proses pendidikan sebagai upaya pembentukan karakter seorang anak pendidik harus membangun profil moral anak dari awal, membuatnya beradaptasi dengan tuntutan kehidupan sosial, mencari cara terbaik untuk menyelaraskan minatnya dengan kepentingan masyarakat tempat dia tinggal.

Menurut Harley (2014) sebagaimana yang dideskripsikan oleh Antonius (2019) John Locke menerangkan bahwa seorang anak memperoleh pengetahun dan bahasa dengan cara meniru orang dewasa yang ada disekitar mereka. Seorang anak akan meniru pengetahuan dan bahasa yang digunakan oleh orang-orang dewasa. Dengan kata lain,  lingkunganlan yang menuliskan bahasa pada anak dan bahkan seluruh kemampuan bahasa mereka. Saat seorang anak dilahirkan ia tidak memiliki apapun selain sebagai yang kosong tanpa bahasa. Ia adalah kertas putih tanpa tanpa sebuah huruf.

Sama seperti Androne, Thuy (2020) menafsirkan bahwa filsafat pendidikan Jhon Locke menekankan peraen pendidikan. Pendidikan memiliki peran fundamental bagi kesempurnaan perkembangan manusia  baik dari sisi kemanusiaannya maupun dari sisi akalnya. Pendidikan dalam penalaran J. Locke memainkan peran penting dalam pembentukan dan perkembangan seorang individu. Pendidikan menghantar seorang individu kepada pengetahuan yang mendalam tentang kehidupan. Menurut Locke, tidak ada ide bawaan tentang dunia ini, tetapi sejak awal, hati anak-anak seperti kertas putih (tabula rasa) dan mereka harus belajar dari hal-hal yang paling sederhana. Ini dibuktikan dengan fakta bahwa mereka bahkan tidak dapat memahami kata-kata yang paling dasar, atau mengenali bahaya dasar seperti kebakaran atau hujan, dll.  J. Locke percaya, tabula rasa akan memberi ruang bagi sistem pengetahuan dunia melalui pendidikan. Locke sangat percaya pada kekuatan pendidikan, mengklaim, “Sembilan puluh persen orang yang kita temui, orang-orang ini baik atau buruk, berguna atau tidak efektif, berasal dari pendidikan keduanya”  Oleh karena itu, ” pendidikan anak menjadi tugas dan hak orang tua, dan kedamaian bangsa sangat bergantung pada pendidikan, jadi kita masing-masing perlu menganggapnya serius dari lubuk hati saya”

Referensi

Androne, Mihai (2013), Notes on John Locke’s views on education, Procedia – Social and Behavioral Sciences 137 ( 2014 ) 74 – 79, https://www.researchgate.net/publication/275537602_Notes_on_John_Locke’s_Views_on_Education/link/554c0da80cf29752ee7ed4ba/download

Thuy, Huynh Thi Phuong (2020), John Locke’s Educational Ideology with Educational Innovation in Vietnam Today, Journal of Advances in Education and Philosophy, DOI: 10.36348/jaep.2020.v04i09.001, https://www.saudijournals.com/media/articles/JAEP_49_381-386.pdf

Yustinus Suhardi Ruman