Tidak Salah Menjadi Perempuan: Kepemimpinan Perempuan

 Oleh: Oki Hermawati

Suatu kali ada seorang yang mengeluh mengapa menjadi perempuan. Keluhan yang terucap: gaji perempuan lebih rendah dibanding laki-laki, perempuan jarang ada di posisi kepemimpinan elit, namun lebih banyak di jenis kepemimpinan administratif, budaya patriaki yang menganggap perempuan di kelas yang berbeda dengan laki-laki. Jika begitu sulitnya menjadi perempuan kataku, apakah salah kita menjadi perempuan?

Menjadi perempuan adalah anugerah yang Tuhan sudah berikan pada setiap perempuan di dunia. Anugerah itu yang harus kita syukuri. Tulisan ini akan coba menggali dari aspek kepemimpinan perempuan dan sisi-sisi positif dalam kepemimpinan perempuan dalam rangkaian 3K (Kepekaan, Kepedulian, Kehormatan)

  • Kepekaan: Perempuan memiliki sisi sensitif (peka) yang cenderung tinggi. Kepekaan ini menghadirkan sosok pemimpin perempuan yang peka terhadap kebutuhan orang-orang yang dilayaninya. Saya pernah menemui sosok pemimpin perempuan yang peka terhadap anak buahnya, ia membaca raut muka, ia memperhatikan gerak-gerik, peka dengan nada suara dsb dan ia menyimpulkan ada sesuatu yang mereka butuhkan.
  • Kepedulian: Perempuan memiliki sisi kepedulian. Penelitian yang dilakukan oleh Windsor dkk tahun 2020 dalam jurnal “‘Gender in the time of COVID-19: Evaluating national leadership and COVID-19 fatalities” menunjukkan pemimpin perempuan yang sangat sigap dan peka terhadap kebutuhan orang-orang dalam masa covid 19, kesigapan dalam merawat, mencegah, berfokus pada kesehatan dan keselamatan, mampu menghasilkan kebijakan yang tepat sasaran dan tegas. Negara-negara yang dipimpin oleh pemimpin perempuan menunjukkan kepemimpinan perempuan yang menggagumkan dari sisi kepemimpinan perempuan.
  • Kehormatan: Perempuan memiliki kehormatan yang melekat di dalam dirinya sebagai ciptaan Tuhan yang mulia. Perempuan yang memimpin menghadirkan kehormatan tersebut dalam kepemimpinan yang dipercayakan kepadanya. Setiap sentuhan tangannya, pemikirannya, hatinya menyatakan kehormatan dalam kepemimpinan yang Tuhan sudah berikan di dalam dirinya.

Lantas apa yang salah menjadi perempuan? Jelas tidak ada yang salah menjadi perempuan! Sekalipun sampai saat ini masih saja perempuan bergumul dalam tantangan dan kesulitan, baik di karya dan karir, namun perempuan memiliki sisi-sisi menggagumkan dan indah dan salah satunya dalam aspek kepemimpinan. Mari bangga menjadi perempuan dan terus berkarya bagi nusa dan bangsa dan bahkan dunia.

Referensi:

Windsor, L. C. et al. (2020) ‘Gender in the time of COVID-19: Evaluating national leadership and COVID-19 fatalities’, PLoS ONE, 15(12 December 2020), pp. 1–26. doi: 10.1371/journal.pone.0244531.

Oki Hermawati