Pilih Mana, Melayani Atau Dilayani?

Oleh: Linda Mutiara Lumban Tobing

Ada sebuah kisah,  seorang wanita gelandangan masuk ke departement store. Ia berpakaian  kotor dan compang-camping. Ia melihat-lihat baju yang dipajang seolah hendak membeli sesuatu. Persis di depan sebuah baju yang dipajang, ia berhenti.

Seorang gadis pelayan mendekatinya, “Bisa saya bantu, Bu?” tanyanya dengan ramah.

“Saya ingin mencoba baju ini,” kata si wanita gelandangan itu.

“Baik, Bu. Ruang gantinya ada disebelah sana. Silahkan Ibu kesana. Saya akan bawakan bajunya.”

Kemudian wanita gelandangan itu mencoba baju yang dipajang. Tidak hanya satu baju yang ia coba. Ia mencoba baju yang lainnya sampai lima baju.

Si gadis pelayan tetap melayaninya dengan ramah dan tetap tersenyum. Ia tidak kesal atau jengkel.

Begitu juga ketika wanita gelandangan itu pergi keluar begitu saja tanpa membeli satu pun baju-baju yang telah dicobanya.

Si gadis pelayan mengantarnya sampai ke pintu keluar. Bahkan dengan sopan mengucapkan terima kasih atas kunjungan wanita gelandangan itu.

Rupanya ada seorang pria yang sejak tadi memperhatikannya. Ia mendekati gadis pelayan dan berkata, “Wanita gelandangan itu sudah jelas tidak membeli, kenapa kamu masih melayaninya, bahkan mengijinkannya mencoba baju-baju itu? Bukankah badan dan baju yang dikenakannya sangat kotor dan dekil?” tanyanya pula.

“Saya adalah pelayan disini. Tugas saya melayani siapa pun yang datang kesini sebaik-baiknya; entah orang itu datang membeli atau tidak,” jawab pelayan itu dengan tenang.

Inilah pelayanan yang sesungguhnya. Melayani tanpa terpengaruh oleh reaksi orang-orang di sekitarnya. Apakah itu dipuji atau di caci maki, ia tetap melayani. Ia melakukan yang terbaik untuk orang  yang dilayaninya tanpa memandang statusnya.    

Dalam bahasa Yunani, melayani adalah Diakoneo (διακονεο), yang artinya melakukan segala sesuatu tanpa beban, sebab melayani bukanlah beban, namun sebuah kehormatan. Melayani adalah suatu kegiatan membantu orang lain atau memberikan diri untuk menolong orang lain. Melayani adalah suatu anugerah, karena itu kita harus mempergunakan kesempatan dan kepercayaan itu sebaik mungkin. Sebab jika kita dipanggil untuk melayani maka itu artinya kita dipercaya oleh Allah untuk menjadi alat-Nya. Kita yang berdosa ini, oleh karena anugerah-Nya, dilayakkan untuk melayani. Melayani juga merupakan tanda cinta kita kepada Tuhan. Yohanes 14:15, berkata: “Jikalau kamu mengasihi Aku, kamu akan menuruti segala perintah-Ku.” Jika kita mengasihi Tuhan itu berarti kita harus melakukan perintah Tuhan yaitu melayani bukan dilayani.

Pada umumnya, orang biasanya lebih senang dilayani daripada melayani. Itu terlihat bagaimana sikap seseorang itu ingin dilayani dalam setiap kebutuhannya. Sadar atau tidak sadar, kita pernah bahkan sering memerintah orang lain untuk menyediakan apa yang kita butuhkan. Kita merasa seperti Bos di manapun kita berada dan orang lain menjadi bawahan kita. Padahal TUHAN menghendaki setiap orang percaya untuk melayani bukan untuk dilayani. Sebab Tuhan Yesus datang ke dunia ini untuk melayani, bukan dilayani (Matius 20:28). Itulah sebabnya kita harus mengikuti teladan-Nya. Sebagai orang Kristen, kita melayani kepada Tuhan (Kisah Para Rasul 20:19), kepada orang-orang percaya (1Korintus 16:15), dan kepada mereka yang belum percaya (Matius 5:13).  Kapanpun kita melakukan hal yang baik terhadap orang lain, asalkan kita melakukannya untuk Tuhan, kita sebenarnya sedang melayani Allah (Kolose 3:23; Matius 25:40; 45). Allah menebus kita dari dosa supaya kita bisa melakukan pekerjaan kudusnya. Kasih kita kepada Penebus inilah yang mewajibkan kita untuk melayani (2Timotius 1:9) dan kita pun dipanggil untuk melayani bukan untuk dilayani (Galatia 1:15). 

Selamat melayani dan jadilah berkat bagi semua orang. 

Referensi:

Lembaga Alkitab Indonesia (LAI)

Jadilah Terang! Melayani Dengan Sungguh. 2016. https://jadilahterang888.blogspot.com/2016/03/melayani-lebih-sungguh.html

Memahami Arti Melayani. Materi S2C, 2016. https://gbikelir.org/2016/06/08/memahami-arti-melayani-s2c-selasa-07-juni-2016/

Linda Mutiara Lumban Tobing