Kesadaran Pelajar SMA Chis Dalam Menanamkan Jiwa Nasionalisme Di Era Digital

Oleh: Daphne Bella Aurelia Lesmana (SMA CHIS Denpasar), daphne.bella.aurelia.lesmana.st@sekolahchis.com

Pendahuluan

Ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) selalu berkembang dari masa ke masa. Hingga kini, teknologi yang berkembang sudah memasuki tahap digital. Termasuk di Indonesia, setiap bidang sudah mulai memanfaatkan teknologi untuk memudahkan pekerjaan, termasuk juga di bidang pendidikan (Lestari, 2018). Hal tersebut sudah dapat mencerminkan keterkaitan erat antara dunia teknologi dan dunia manusia. Pada satu sisi, dunia teknologi dan arus informasi terus berkembang mulai dari mode 1.0 yang hanya mendasarkan diri pada penyediaan informasi, lalu berlanjut ke mode 2.0 yang memungkinkan adanya interaksi dalam kondisi digital, kondisi mode 3.0 yang terintegrasikan dengan alat telekomunikasi, hingga mode 4.0 yang mengindikasikan eratnya hubungan antara manusia dan mesin (Aghaei, dkk, 2013).

Teknologi yang berkembangnya semakin canggih tentu diikuti dengan beberapa dampak, baik dampak positif maupun dampak negatif. Secara positif dan negatif teknologi, seperti sosial media, dapat menjadi suatu inovasi perkembangan pembelajaran pada generasi muda di era digital ini. (Fitri, 2017). Menurut Kartini dan Dewi (2021), dampak positif IPTEK adalah media komunikasi, media pertukaran data, media untuk hubungan sosial.

Dampak negatif IPTEK sangat berpengaruh dari pesatnya perkembangan IPTEK di era globalisasi yang mengakibatkan semangat perjuangan Bangsa Indonesia kini semakin menurun pada titik kritis dan mengkhawatirkan (Asyari & Anggraeni, 2021). Hal ini juga sangat mempengaruhi pemikiran, mental, dan sikap generasi muda yang menjadi harapan generasi penerus bangsa. Dari masalah-masalah tersebut, munculah tantangan nasionalisme. Tantangan nasionalisme ini adalah tantangan yang disebabkan oleh ketidaksadaran masyarakat terkait dengan nasionalisme bangsanya sendiri sehingga masyarakat menggunakan budaya asing dibandingkan budaya sendiri.

Kesadaran masyarakat terhadap nasionalisme di Indonesia perlu ditingkatkan pada era digital. Terutama untuk generasi muda, generasi ini adalah penerus bangsa yang berperan sangat penting bagi Indonesia. Generasi muda ini yang mengerti terhadap perkembangan IPTEK yang semakin mumpuni. Di bidang sosial dan budaya, IPTEK terikat untuk memungkinkan generasi milenial Indonesia berkembang dengan cara berpikir yang baik dan meningkatkan kinerja yang tinggi dengan meniru negara-negara maju (Asyari & Dewi, 2021).

Tidak hanya itu, pendidikan karakter menjadi sarana utama untuk dapat melahirkan kembali generasi muda yang memiliki rasa nasionalisme tinggi ataupun untuk meningkatkan rasa nasionalisme pada generasi muda di era globalisasi ini. Adapun tujuan utama dari pendidikan karakter adalah untuk membentuk dan menyempurnakan individu generasi muda dengan cara melatih kemampuan diri mereka sehingga mereka mengerti dan memahami jati diri mereka masing-masing (Widiyono, 2019). Ketika jati diri telah diperoleh maka dengan mudah rasa nasionalisme akan tumbuh dalam diri mereka dan era digital tidak lagi akan mampu mengubah pola pikir generasi muda Indonesia (Kaelan. 2010). Sebagai contoh, toleransi yang telah terbangun di SMA CHIS Denpasar. SMA CHIS Denpasar merupakan kepanjangan SMA China Indonesia School yang terakreditasi A dan sekolah tiga bahasa terbaik di Bali. Di sekolah CHIS, terdapat siswa/siswi dari luar negeri dan Indonesia dengan kebudayaan yang berbeda-beda. Terlebih lagi, terdapat anak dari luar negeri yang tidak bisa berbahasa Indonesia dengan fasih, pelajar SMA CHIS tidak menjauhi mereka. Justru sangat senang, jika ada murid baru dari luar negeri. Toleransi pada pelajar SMA CHIS ini sangat menonjol, mereka tidak mengucilkan murid yang budaya dan bahasa yang berbeda. Namun, memang benar, sebagian siswa SMA CHIS Denpasar lebih menyukai barang dengan merek luar negeri, tetapi rasa nasionalisme mereka masih bisa dilihat. Hal tersebut dapat dilihat dari semangat siswa mendukung bahasa Indonesia sebagai bahasa utama di sekolah, walaupun mereka juga menggunakan bahasa asing. Bahkan, siswa WNA juga semangat belajar bahasa Indonesia. Terbukti pula dengan karya-karya tulis siswa, seperti puisi, prosa, dan lain sebagainya. Oleh karena itu, peneliti membuat survey sederhana untuk mengetahui kesadaran pelajar SMA CHIS terhadap nasionalisme di era digital.

Pembahasan

Penelitian ini yang menunjukkan bahwa kesadaran dan karakter generasi muda sangat penting terhadap nasionalisme di Indonesia pada era digital. Hal ini dibutuhkan agar dapat melestarikan budaya Bangsa Indonesia yang secara tidak sadar ditenggelamkan oleh budaya asing melalui perkembangan IPTEK.

Berdasarkan survey yang peneliti buat untuk mengetahui pelajar SMA CHIS memiliki jiwa nasionalisme, bahwa seratus persen murid di SMA CHIS memiliki sosial media. Sosial media ini dipakai sebagai sumber informasi, media pembelajaran, hiburan (game, menonton film, dll), dan berkomunikasi. Ketika berinteraksi dengan sesama, 78,1 persen murid lebih sering menggunakan Bahasa Indonesia dibandingkan dengan Bahasa Asing. 21.9 persen lebih memilih Bahasa Asing dikarenakan faktor keluarga. Sebab di lingkungan keluarga, manusia lahir dan tumbuh di masa yang paling menentukan bagi pembentukan kepribadiannya. Hal ini terutama terasa dalam era digital yang membuat setiap unsur masyarakat makin intensif hubungannya dengan unsur masyarakat lainnya, demikian pula dengan unsur masyarakat luar negeri (Asyari & Dewi, 2021). Selain faktor keluarga, ada juga 27,3 persen pelajar SMA CHIS yang mengatakan bahwa Bahasa Asing lebih seru dalam pembelajaran. Hal ini agaknya berkaitan erat dengan rendahnya profesionalisme guru dalam pembelajaran. Hal tersebut disebabkan guru di sekolah tidak menyampaikan pembelajaran dengan seru dan interaktif. Ditambah dalam praktiknya, guru mengalami hambatan yang berarti dalam menyisipkan nilai-nilai nasionalisme dalam kegiatan pembelajaran agak sedikit kurang (Lestari, 2018). Karakter siswa yang beragam adalah tantangan tersendiri bagi guru, bagaimana menemukan cara yang tepat untuk menyampaikan pesannya.

Secara perlahan namun pasti, perkembangan IPTEK ini akan mengikis identitas negara dan nilai nasionalisme. Salah satu contoh nyata adalah masyarakat Indonesia lebih bangga menggunakan produk luar negeri dibandingkan produk dalam negeri (Marhayani & Indraswati, 2020). 62,5 persen pelajar SMA CHIS lebih suka membeli barang bermerek asing daripada lokal. Hal tersebut disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu kualitas dan tren. Mereka bangga jika menggunakan baju atau barang-barang dari merek luar negeri yang memang kualitas sangat memadai. Kemudian, mereka merasa malu menggunakan produk lokal yang mereka anggap produk lokal itu tidak mengikuti perkembangan zaman (Widiyono, 2019).

Walaupun pelajar SMA CHIS masih menyukai produk luar negeri, tetapi masih banyak beberapa siswa/siswi yang tetap menghargai dan bangga menjadi warga negara Indonesia sebagai tanah air dan tidak memandang rendah bangsa lain. Toleransi memang diperlukan. Kita perlu menanamkan rasa cinta tanah air sejak dini dan melestarikan budaya Bangsa Indonesia. Selain itu, perlu juga memberi penyuluhan kepada seluruh Bangsa Indonesia akan pentingnya nasionalisme terhadap masa depan bangsa Indonesia (Lestari, dkk, 2019). Maka dari itu, sebagai bangsa dan negara ditengah bangsa lain di dunia membutuhkan intensitas kebangsaan (nasionalisme) yang tinggi dari generasi muda Indonesia. Ditambah dengan kesadaran dan karakter pelajar untuk meningkatkan nasionalisme.

Kesimpulan

Perkembangan IPTEK memang membawa dampak positif dan negatif bagi bangsa kita terhadap nasionalisme di era digital ini. Selanjutnya, kesadaran dan karakter pelajar itu sangat penting untuk meningkatkan rasa nasionalisme. 78,1 persen pelajar SMA CHIS Denpasar sudah melaksanakan terkait nasionalisme di Indonesia ini. Salah satunya lebih memilih menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa sehari-hari. Namun, 62,5 persen pelajar masih menggunakan produk lokal yang dikarenakan kualitas yang memadai dan tren saat ini. Walaupun begitu, pelajar SMA CHIS tetap bangga menjadi warga negara Indonesia dan bertoleransi dengan budaya lain. Perlu adanya memberi penyuluhan kepada seluruh bangsa Indonesia akan pentingnya nasionalisme terhadap masa depan bangsa Indonesia (Lestari, dkk, 2019). Maka dari itu, sebagai bangsa dan negara ditengah bangsa lain di dunia membutuhkan intensitas kebangsaan (nasionalisme) yang tinggi dari generasi muda Indonesia. Ditambah dengan kesadaran dan karakter pelajar untuk meningkatkan nasionalisme.

DAFTAR PUSTAKA

Aghaei, S., Nematbakhsh, M.A., dan Farsani, H.K., 2012, “Evolution of The World Wide Web: From Web 1.0 to Web 4.0“, International Journal of Web & Semantic Technology (IJWesT) Vol.3, No.1, January 2012.

Asyari, D., & Dewi, D.A. (2021). Peran Pendidikan Kewarganegaraan bagi Generasi Milenial dalam Menanamkan Jiwa Nasionalisme Di Era Globalisasi. JURNAL PENDIDIKAN dan KONSELING Research & Learning in Primary Education,Vol 3 Nomor 2 Tahun 2021 Halaman 30-41.

Fitri, S. (2017). Dampak Positif Dan Negatif Sosial Media terhadap Perubahan Sosial  Anak. Jurnal Kajian Penelitian Pendidikan dan Pembelajaran , 118- 123. Diakses dari :https://core.ac.uk/download/pdf/300094824.pdf

J., kartini, A., & Anggraeni Dewi, D. (2021). Implementasi Pendidikan Pancasila Dalam Menumbuhkan Rasa Nasionalisme Generasi Muda di Era Digital. https://doi.org/10.47668/pkwu.v9i1.136

Kaelan. (2010). Pendidikan Kewarganegaraan. Yogyakarta: Paradigma

Lestari, S. (2018). PERAN TEKNOLOGI DALAM PENDIDIKAN DI ERA GLOBALISASI. 2(2). https://ejournal.unuja.ac.id/index.php/edureligia

Lestari, Yuni.E, Janah.M, dan Wardanai.P.K. 2019. “Menumbuhkan Kesadaran Nasionalisme Generasi Muda Di Era Globalisasi Melalui Penerapan Nilai-Nilai Pancasila.” Adil Indonesia Jurnal 1(1): 26.

Marhayani, D. A., & Indraswati, D. (2020). Penanaman Nilai-Nilai Pancasila pada Masyarakat Daerah Perbatasan Indonesia- Malaysia (Desa Kumba, Kecamatan Jagoi Babang). Jurnal Rontal Keilmuan Pancasila dan Kewarganegaraan, 6(1), 25–28. https://doi.org/10.29100/jr.v6i1.1520.

Setiawan, D. (2014). Dampak Perkembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi  Terhadap Budaya Impact of Information Technology Development and Communication on Culture. SIMBOLIKA, 62-72. (4)1. Diakses dari: https://ojs.uma.ac.id/index.php/simbolika/article/view/1474/1441.

Widiyono, S. 2019. “Pengembangan Nasionalisme Generasi Muda Di Era Globalisasi S.” Jurnal Populika 7(1): 20

Daphne Bella Aurelia Lesmana