Kecil, Tetapi Dapat Mematikan!
Oleh: Linda Mutiara Lumban Tobing
Kecil, tetapi dapat mematikan! Kira-kira apakah itu? Sebuah kalimat pertanyaan yang saya sampaikan dalam mengawali diskusi cell group yang diadakan oleh Gereja Methodist Indonesia Persiapan Taman Kebalen Bekasi pada hari Kamis, tanggal 14 Juli 2022. Ada yang menjawab burung. Ada yang menjawab virus dan ada juga yang menjawab kalajengking.
Apakah hanya virus, bakteri dan kalajengking sesuatu yang kecil yang dapat mematikan? Adakah yang lain lagi? Suasana sempat hening karena peserta bingung mau menjawab apalagi. Tiba-tiba seorang pemuda bernama Yehezkiel (nama samaran) menjawab, “semut bu!” Sontak ruangan ibadah menjadi ramai karena tawa dari peserta yang hadir. Ada-ada aja kau Yehezkiel, masa semut dapat mematikan orang, tanya Thomas (nama samaran) kepada Yehezkiel. Yehezkiel tersipu malu atas jawabannya. Akhirnya saya memberikan apresiasi dengan senyum dan kalimat kepada anak-anak: “terima kasih untuk semua jawaban yang sudah diberikan.
Pertanyaan yang mudah tetapi sulit untuk dijawab. Kecil, tetapi dapat mematikan! Jika pertanyaan ini disampaikan kepada kita yang membaca tulisan ini, kira-kira apakah jawaban Anda? Apakah sama dengan jawaban yang disampaikan Yehezkiel atau remaja dan pemuda tersebut? Tentulah ada yang berbeda jawabannya tetapi yang pasti jawaban tersebut adalah “LIDAH”. Mengapa hanya lidah yang dapat mematikan bukan semut, burung atau kalajengking? Hal itu karena semua jenis binatang, burung serta binatang laut dapat dijinakkan oleh manusia tetapi lidah tidak dapat dijinakkan oleh manusia. “Semua jenis binatang liar, burung-burung, serta binatang-binatang menjalar dan binatang-binatang laut dapat dijinakkan dan telah dijinakkan oleh sifat manusia, tetapi tidak seorangpun yang berkuasa menjinakkan lidah; ia adalah sesuatu yang buas, yang tak terkuasai, dan penuh racun yang mematikan.” Yakobus 3:7-8.
Yakobus mengatakan bahwa lidah adalah bagian tubuh yang kecil tetapi mempunyai kemampuan besar. Lidah adalah anggota tubuh yang paling powerful. “Demikian juga lidah walaupun suatu anggota kecil dari tubuh namun dapat memegahkan perkara-perkara yang besar” (Yakobus 3:5a). Dengan lidah kita bisa menceritakan kasih dan kuasa Tuhan, tetapi dengan lidah kita juga dapat menghujat Tuhan. Lidah dapat digunakan untuk memuji seseorang, tetapi dengan lidah juga digunakan untuk memfitnah, berkata-kata kotor atau jahat. Lidah adalah penyambung pikiran, dan apa yang ada dalam pikiran dapat dicetuskan dalam kata-kata yang lembut atau keras. Seperti lirik lagu ciptaan Ismail Marzuki “Tinggi Gunung Seribu Janji”: ”…Memang lidah tak bertulang, tak terbatas kata-kata tinggi gunung s’ribu janji, lain di bibir lain di hati….”
Betapa kuatnya lidah dan pengaruhnya pada kehidupan. Lidah bisa mengarahkan hidup kemana saja sesuai perkataan kita. Lidah juga dapat mematikan, sesuatu yang buas, yang tak terkuasai, dan penuh racun yang mematikan” (Yakobus 3:5,6,8). “Siapa yang mau mencintai hidup dan mau melihat hari-hari baik, ia harus menjaga lidahnya terhadap yang jahat dan bibirnya terhadap ucapan-ucapan yang menipu.( 1 Petrus 3:10).
Lidah hanya sebagai sarana, bukan pelaku utama. Tokoh utamanya adalah pikiran, perasaan dan kehendak yang menggerakkannya. Kalau seseorang tidak memiliki hati yang bijaksana pasti lidahnya juga akan digunakan secara salah sehingga tidak berucap bijak; sebaliknya, kalau seseorang bijaksana, maka lidahnya pun akan berucap bijaksana.
Untuk menjadi bijaksana, seseorang harus memiliki pikiran dan perasaan Kristus. Hal inilah yang sulit. Tetapi kalau diupayakan dengan sungguh-sungguh, pasti dapat dilakukan. Upaya yang harus dilakukan adalah selalu berusaha mengalami pembaharuan pikiran melalui Firman-Nya setiap hari. Mintalah selalu tuntunan Roh Kudus agar setiap apa yang kita ucapkan adalah hal yang baik dan benar. Seperti kesaksian yang disampaikan Bapak Yakub (nama samaran) yang hadir pada ibadah cell group tersebut, ia mengatakan: untuk menjaga lidah itu tidak gampang. Perlu proses dan itu tidak dapat dilakukan jika kita mengandalkan kekuatan diri sendiri. Semuanya butuh proses. Proses yang saya lakukan adalah setiap pagi saya awali dengan doa, pujian dan membaca Firman Tuhan. Saya meminta pertolongan Roh Kudus untuk menuntun pikiran, perasaan dan lidah saya. Sehingga dalam satu hari itu, hidup dan lidah saya dikuasai oleh Tuhan. Tidak hanya itu, setiap saya bangun pagi, kata-kata yang membangun saya ucapkan sebelum melakukan aktifitas mandi, sarapan dan ke kantor. Hal ini saya lakukan agar hal yang positif terjadi dalam hidup dan keluarga saya. Ini dilakukan terus menerus dan saya percaya jika ini kita lakukan maka kita pun dapat berkata-kata dengan baik dan tentunya atas tuntunan Roh Kudus. Karena itu, jagalah lidahmu! Jagalah perkataanmu!