Jalan Dalam Teladan Kristus
Oleh: Simon Mangatur Tampubolon, S.Th., S.Pdk., M.A.
13 Kamu menyebut Aku Guru dan Tuhan, dan katamu itu tepat, sebab memang Akulah Guru dan Tuhan. 14 Jadi jikalau Aku membasuh kakimu, Aku yang adalah Tuhan dan Gurumu, maka kamupun wajib saling membasuh kakimu;15 sebab Aku telah memberikan suatu teladan kepada kamu, supaya kamu juga berbuat sama seperti yang telah Kuperbuat kepadamu. (Yoh. 13:13)
Pembasuhan kaki yang dilakukan Yesus adalah sebuah teladan yang ditunjukkan Yesus kepada murid-murid menjelang waktu di mana kematian-Nya sudah tidak lama lagi. Pembasuhan kaki pada masa itu adalah hal yang biasa dilakukan sebelum seseorang masuk ke dalam rumah, sehingga hal itu biasa dilakukan oleh masyarakat pada saat itu secara umum. Memang yang melakukan tugas itu biasanya pelayan dari sang pemilik rumah, bukan tamunya sendiri. Teladan apa yang ingin diajarkan kepada kita? Apakah secara harafiah Dia memberi teladan bagaimana membasuh kaki, bagi kita yang tidak memiliki budaya yang demikian? Tentunya tidak, sesungguhnya pembasuhan kaki adalah sebuah teladan simbolik yang dibaliknya ada nilai-nilai yang hendak diajarkan oleh Yesus, oleh karena itu Ia berkata kepada Petrus dalam peristiwa ini: “Apa yang Kuperbuat, engkau tidak tahu sekarang, tetapi engkau akan mengertinya kelak.” (Yoh. 13:7)
Siap Sedia
Seorang hamba sudah mendedikasikan dirinya bagi kepentingan tuannya. Ia harus siap sedia kapan dan di mana saja untuk menunaikan tugasnya. Ketika bersama murid-murid-Nya Yesus masuk ke rumah di mana Ia membasuh kaki murid-murid-Nya, tidak satu pun dari murid yang siap siaga untuk mengambil tugas membasuh kaki. Mungkin mereka masih terikat oleh budaya, mereka merasa itu bukan tugas mereka. Tetapi, Yesus mengambil posisi tersebut, dengan sigap Ia mengikat pingganggnya, yang merupakan sikap seorang hamba. Yesus hendak mengajarkan kepada kita, arti kesiapan dan kesediaan menghamba. Kesiapsediaan menghamba tidak terikat oleh budaya dan adat istiadat, kesiapsediaan menghamba harus menerebos adat istiadat, karena ini sesungguhnya berbicara masalah sikap hati. Kesiapsediaan menghamba tidak terikat oleh budaya dan adat istiadat, karena Tuan yang kita layani melampaui segala budaya dan adat istiadat
Sikap hati menghamba lahir dari pikiran yang mau merendahkan hati, melihat situasi yang demikian Yesus langsung proaktif mengambil posisi sebagai hamba, Dia tidak berpikir siapa yang akan melakukannya, oh ini urusan yang punya rumah, tetapi Dia berpikir “saya harus melakukannya.”
Tidak siap siaganya para murid akibat dari ketidakmampuan mereka menempatkan posisi mereka dengan benar dan memberi respon sesuai dengan posisi tersebut. Yesus mengatakan kepada para murid: “Kamu menyebut Aku Guru dan Tuhan, dan katamu itu tepat, sebab memang Akulah Guru dan Tuhan.” Para murid meyakini bahwa Yesus adalah guru dan Tuhan, sehingga seharusnya posisi yang diambil mereka adalah sebagai murid dan hamba, sehingga respon atas posisi itu adalah melayani sang guru dan Tuhan. Kegagalan para murid untuk menempatkan posisi dan memberi respon dengan benar sesuai posisi tersebut mengakibatkan mereka tidak siap sedia melayani.
Kesediaan Memberi
14 Jadi jikalau Aku membasuh kakimu, Aku yang adalah Tuhan dan Gurumu, maka kamupun wajib saling membasuh kakimu;15 sebab Aku telah memberikan suatu teladan kepada kamu, supaya kamu juga berbuat sama seperti yang telah Kuperbuat kepadamu. (Yoh. 13:14-15)
Memilih respon yang benar yang dilandasi kesadaran akan posisi pribadi yang benar dan posisi pihak lain yang benar bukanlah hal yang mudah. Bayangkan apa yang muncul dalam pikiran murid-murid, setelah Yesus berkata: “Jadi jikalau Akau membasuh kakimu, Aku yang adalah Tuhan dan Gurumu, maka kamupun wajib …”. Di hati para murid mereka sudah mereka-reka bahwa gurunya akan berkata: “Jadi jikalau Akau membasuh kakimu, Aku yang adalah Tuhan dan Gurumu, maka kamupun wajib membasuh kaki-Ku.” Pikiran yang demikian adalah pikiran yang biasa dan semua murid pastinya akan berlomba untuk menjadi yang pertama yang membasuh kaki Yesus, dan mereka yakin itu adalah respon yang paling benar. Tetapi, tidaklah demikian yang Yesus perintahkan, Yesus memerintahkan hal yang berbeda, Ia berkata: “Jadi jikalau Aku membasuh kakimu, Aku yang adalah Tuhan dan Gurumu, maka kamupun wajib saling membasuh kakimu.” Yesus tidak meminta para murid membasuh kaki-Nya, melainkan Yesus meminta para murid untuk saling membasuh kaki mereka.
Saling membasuh, menuntut sikap memberi dan menerima. Artinya para murid saling melayani satu dengan yang lain, para murid bersedia memberi diri mereka menjadi hamba bagi yang lain dan juga bersedia menerima pelayanan dari yang lain terhadap mereka. Diri kita sebagai hamba pun harus demikian, mau memberi dan juga menerima. Oleh karena itu sikap Petrus yang awalnya menolak untuk dibasuh oleh Yesus dengan berkata: “Engkau tidak akan membasuh kakiku sampai selama-lamanya.” Adalah sikap