Belajar Bersabar Dari Tuhan Allah

Oleh: Jamson Siallagan

Kita mengenal dan meyakini bahwa Tuhan Allah itu Maha Penyabar, sehingga kita dapat  belajar menjadi seorang yang sabar dariNya. Sabar merupakan salah satu sifat Allah  yang merupakan ekspresi dari kasihNya,   dimana  terdapat penguasaan, pengekangan, pengendalian diri Allah menghadapi perlawanan  dari manusia ciptaanNya yang cenderung berontak, melakukan dosa, tidak mentaati perintahNya yang menimbulkan amarah-Nya. Allah bersabar dan memberikan kesempatan kepada manusia untuk menerima panggilanNya, bertobat dan hidup sesuai perintahNya Dalam hidup kita tiap hari, kita berbuat dosa, tiap hari kita bohong, menyakiti orang lain. Jika Allah tidak sabar maka tidak aka ada pengampunan bagi kita manusia berdosa. 

Mari kita meneladani Allah dengan bersabar dengan orang lain, ketika mereka melakukan hal-hal yang salah, tidak patut atau belum semestinya. Dengan kesabaran kita dapat menolong mereka menjalani kehidupan yang semestinya.  Kesabaran akan memampukan kita mengampuni  dan menolong mereka yang belum mampu memenuhi tanggungjawab mereka dalam kaitan dengan tugas tanggungjawab  mapun  dalam kaitan relasional dalam kehidupan keluarga. 

Meneladani Allah dalam kesabaran tentulah tidak mudah, namun   dapat diusahakan. Kuncinya terletak pada Kasih Allah. Hiduplah dalam Kasih atau Cinta_Nya. Ketika kita  hidup dalam kasih Allah maka kita mengalami perubahan roh dan pikiran yang tidak tenang, gampang marah, putus asa  berubah menjadi seorang yang sabar  dan tekun. 

Relasi cinta kasih dengan Tuhan Allah  Sang Pencipta diibaratkan seperti ranting pohon yang harus  bergantung pada pokoknya. Kita adalah ranting dan Tuhan adalah pokoknya.  Ranting harus tinggal tetap  atau melekat pada pokok, sebab jika lepas dari pokoknya maka akan kering dan terbuang. Pokok akan menyalurkan nutrisi yang menjadi kekuatan bagi ranting untuk bertumbuh dan berbuah.  Ranting akan selalu dibersihkan oleh sabda  Tuhan melalui perenungan, meditasi, atau ritual keagamaan lainnya sehingga  kita akan menghasilkan buah kesabaran.

Menghasilkan buah kesabaran tentu tidaklah  instan, tidak semudah membalikkan telapak tangan.  Namun dengan relasi yang  erat dengan Tuhan, memberi diri dipimpin oleh kebenaranNya  dan  melalui berbagai pengalaman hidup seumur hidup, maka kita akan menikmati indahnya hidup dengan kesabaran.

Jamson Siallagan (Dosen Character Building, Universitas Bina Nusantara, Jakarta)