Makna Cinta

Oleh: Murty Magda Pane

Tanpa terasa, tahun 2021 sudah memasuki bulan kedua yaitu Bulan Februari, biasanya identik dengan bulan kasih sayang. Bulan dimana orang-orang menyatakan cintanya pada tanggal 14 Februari. Mungkin itu cara sekaligus menjadi momen yang pas buat mengungkapkan perasaannya, baik pada pasangan, teman ataupun saudara (https://www.aurabiru.com/2021/02/makna-cinta-dalam-sekotak-bolu-cinta.html).

Sebenarnya memasuki bulan kedua di tiap tahun dalah waktu yang tepat untuk memeriksa kembali pencapaian rencana kita sesuai dengan resolusi yang sudah dicanangkan semenjak akhir tahun sebelumnya. Pemeriksaan ini sangat dibutuhkan untuk evaluasi apa yang sudah dilakukan pada 1 bulan pertama untuk penentuan pengambilan langkah lagi untuk bulan kedua ini.

Tentunya banyak jenis target yang berasal dari resolusi tercanang untuk dievaluasi dan dilakukan perencanaan ulang. Tapi pernahkah kita perhatikan apa saja jenis-jenis target tersebut? Pastinya target untuk dievaluasi, agar mudah dilakukan evaluasinya, berupa target yang mudah diukur. Sehingga tak jarang target yang dipasang adalah target penurunan berat badan, target jumlah nominal di rekening bank untuk tabungan, dan target kuantitatif lain yang terkit dengan target profesional bagi diri kita sendiri secara individu.     

Dari sini timbullah pertanyaan saya pribadi, yaitu “Pernahkah kita membuat target tentang setinggi apa rasa cinta kita terhadap apapun yang sudah kita miliki?” Sebenarnya hal ini terkait dengan rasa syukur yang ada pada diri kita. Tetapi, rasa syukur tentunya terkait erat dengan rasa cinta. Sejauh mana kita bisa mencintai apapun yang sudah kita miliki atau apapun yang ada di sekitar kita, tentunya mencerminkan sebesar apa rasa syukur kita terhadap apapun yang ada di sekitar kita, baik apapun yang sudah dimiliki ataupun yang tidak kita miliki tapia da di sekitar kita.   

Mungkin kita harus mempertanyakan kembali bagaimana kita memaknai ‘cinta’, baik menyangkut cinta itu sendiri sebagai rasa yang banyak dikenal secara umum maupun cinta sebagai kata kerja. Jika kita mengutip dari Stephen R. Covey, maka makna cinta adalah “sesuatu yang kulakukan, pengorbanan yang kau perbuat, pemberian dari dirimu, seperti seorang ibu yang melahirkan anaknya ke dunia.”  

Mengapa saya mengambil definisi cinta menurut Stephen R. Covey? Seperti telah kita ketahui, Stephen R. Covey sangat populer dengan “7 Kebiasaan yang Sangat Efektif”. Dari bukunya yang berjudul sama, Covey memberikan teori tentang cinta yang berbeda dengan pengertian cinta yang selama ini kita kenal. Covey memperkenalkan cinta sebagai kata kerja, bukan kata benda. Jadi, kita tidak bisa meninggalkan sesuatu atau seseorang hanya berdasarkan pada fakta bahwa kita tidak mencintai sesuatu atau seseorang lagi. Mengacu pada pemaknaan cinta menurut Covey, kita bisa memaknai cinta sebagai kata kerja. Jadi, membutuhkan proaktifitas dalam mewujudkan cinta. Kita harus melakukan sesuatu yang baik, misalnya berupa pengorbanan, penghargaan dan kebaikan-kebaikan lain, yang berdasarkan ketulusan, sehingga cinta, berupa perasaannya (rasa cinta) bisa kita dapatkan. Bagaimana jika kita tidak bisa tulus, karena masih terdapat emosi-emosi yang mengganggu perasaan kita, seperti emosi marah, sedih, kecewa, dan lain sebagainya?  Mari kita baca lanjutan tulisan ini pada tulisan di bulan berikutnya.

Murty Magda Pane (Dosen Character Building, Universitas Bina Nusantara, Jakarta)