Semangat Origami

Oleh: Kristan, SE, M.Ag

Di South China Morning Post (SCMP) yang sahamnya sebagian besar dimiliki oleh perusahan Jack Ma yang pendiri Alibaba itu, ada video menggetarkan tentang seorang disabilitas bernama Gao Guangli.

Gao Guangli | foto istimewa

Umurnya 29 tahun dengan kondisi tubuh disabilitas permanen dan memakai kursi roda. Karena disabilitas total ia hanya bisa menggerakkan mulutnya.

Ia menjadi viral karena memenangkan hati banyak netizen dan ia telah membantu menghidupi keluarganya melalui keahliannya dalam seni origami dengan melipat kertas menggunakan mulutnya saja tanpa bantuan apapun.

Gao adalah penduduk provinsi Shandong, Tiongkok yang tempat asal Confucius itu, ia dilahirkan dengan ‘cerebral palsy’ dan otodidak untuk melipat kertas permen menjadi desain rumit dengan hanya menggunakan gigi dan lidahnya.

Ia menjual kreasinya secara online, di mana ia telah memiliki banyak ‘followers’ di platform video media sosial Kuaishou.

Ia juga banyak muncul di televisi Tiongkok untuk diwawancarai oleh media lain sehingga jutaan orang sekarang bisa menyaksikannya bagaimana ia dengan susah payah membuat origami membentuk crane, katak, hati, kapal, roket dan pesawat, keterampilan yang dapat ia lakukan dalam waktu singkat. Karena kehebatannya ini ia pemegang rekor dari Guinness World of Records.

Prestasi ini ia buat pada 2 Desember 2017, ia mencetak rekor waktu tercepat untuk membuat kapal origami melalui mulut, hanya dengan waktu 3 menit 34 detik.

Membuat Cranes membutuhkan waktu sekitar 20 menit untuk diselesaikan, adalah yang paling sulit, katanya, tetapi juga yang paling indah karena banyaknya garis struktur lipatannya.

Ia mengatakan “Melipat origami bergantung pada lidah dan gigi. Anda harus menggigit kertas untuk membuat garis struktur saat menggunakan lidah Anda untuk merasakan celah dan melipat sudutnya.  Ini seperti menggunakan jari-jari Anda”.

Gao Guangli adalah salah satu contoh orang yang tidak mau menyerah. Ia menuruti apa yang di tuliskan oleh Kitab Perubahan Yijing (I Ching). “Selama kekuatan hati dan bathin kita lebih unggul dari apapun. Maka keberuntungan tidak akan pernah meninggalkan kita”.

Confucius menulis Yijing agar kita bisa mempelajari segala bentuk perubahan di semesta. Kita manusia sebagai bagian dari semesta adalah ‘co-creator’. Yijing mampu mengajak kita dengan memahami fenomena perubahan untuk membalikan keadaan dari yang tidak beruntung menjadi beruntung.

Para ahli ‘fengshui’ komersial banyak menggunakan Yijing untuk menghasilkan uang, dengan menjadi konsultan ‘fengshui’ hanya bermodalkan salah satu metode Yijing yaitu perhitungan. Maka mereka bisa menghasilkan banyak uang.

Yijing ditulis oleh Confucius dengan tujuan kita untuk mampu melakukan perbaikan diri dari hari kehari menjadi individu yang lebih baik. Yijing hadir untuk membantu kita bagaimana mengambil sebuah keputusan ataupun pilihan yang baik.

Inti dari Yijing adalah menuntut diri sendiri. Seperti Gao Guangli berusaha keras menuntut diri sendiri. Apabila orang lain sudah berhasil hanya dengan melakukan 1 kali, maka kita harus berani melakukan 10 kali sampai berhasil. Kalau orang lain bisa 10 kali, maka kita harus melakukannya 100 kali dan seterusnya.

Dengan demikian yang bodoh menjadi pintar dan yang ‘miskin’ menjadi ‘kaya’

Sebab Tuhan itu Maha Adil, pernahkah Tuhan membenci seseorang?

Kesusahan dan kedurjanaan bukan berasal dari Tuhan, itu adalah karena diri kita sendiri yang telah menyimpang dari jalanNya.

Dalam Yijing tertulis : “Beroleh perlindungan Tuhan YME. Rahmat, tiada yang tidak membawa berkah. Confucius berkata; Perlindungan berarti bantuan. Yang diberi bantuan oleh Tuhan YME, ialah orang yang patuh dan taqwa. Yang diberi bantuan oleh manusia ialah orang yang mendapat kepercayaan”.

Yijing membantu kita menjelaskan sebab musabab kesedihan dan derita. Biarpun seseorang tidak punya guru pelindung dan pembimbing. Maka Yijing ibarat Ayah dan Bunda. Begitu kata Confucius.

Perlulah kiranya kita dapat meneladani Gao Guangli.

Belajar terus dari tempat yang rendah terus maju menempuh jalan suci. Tidak keluh gerutu kepada Tuhan YME serta tidak sesal penyalahan kepada sesama manusia. Melainkan dapat tekun terus belajar dari tempat rendah ini terus maju menuju tinggi, menempuh Jalan Suci (Dao). 

Kristan, SE.,M.Ag (Dosen Character Building, Universitas Bina Nusantara, Jakarta)