Tetaplah Berbuat Baik
Oleh: Linda Mutiara Lumban Tobing
Pada waktu kita memasukkan sebuah baterai kedalam sebuah jam dinding, maka jam dinding itu mulai bekerja menjalankan tugasnya. Detik demi detik, menit demi menit, jam demi jam, ia terus bekerja dan bekerja sampai baterai itu habis. Jam dinding itu bekerja tanpa pamrih, dilihat orang atau tidak, ia tetap berdenting. Dihargai orang atau tidak, ia tetap berputar. Walau tak seorangpun mengucapkan terima kasih, ia masih tetap bekerja dan tetap berbuat baik.
Berbuat baik adalah sebuah kesempatan. Tetapi sayangnya beberapa orang tidak mau berbuat baik. Bisa dikarenakan terlalu sering dikecewakan, apalagi ketika perbuatan baik yang dilakukannya itu seringkali tidak mendapatkan respons atau balasan yang diharapkan. Kita pun mulai merasa bosan berbuat baik, mulai berpikir 1000 kali untuk berbuat baik, dan akhirnya kita berhenti untuk melanjutkan perbuatan baik tersebut.
Pertanyaannya adalah apakah lantas kita memilih untuk tidak berbuat baik kepada orang lain? Tentu jawabannya adalah tidak. Kita harus terus berbuat baik. Kita diciptakan Allah untuk berbuat baik, supaya kita hidup didalam-Nya (Efesus 2:10). “Barangsiapa berbuat baik, ia berasal dari Allah, tetapi barangsiapa berbuat jahat, ia tidak pernah melihat Allah.” (3 Yohanes 1:11b). Kita berbuat baik, agar orang lain yang melihat perbuatan baik kita, dapat memuliahkan Bapa yang di sorga (Matius 5:16).
Kalau begitu, sampai kapan kita berbuat baik? Sampai akhir hidup kita. Ketika Tuhan menciptakan manusia, ia juga memberi “baterai” yaitu nafas kehidupan, dengan maksud agar kita bisa bekerja dan berkarya serta menjadi berkat bagi sesama seperti jam dinding tadi.
Selama “baterai” itu masih hidup dan berfungsi, biarlah kita mau untuk terus melakukan hal-hal yang baik dan berguna bagi sesama tanpa memusingkan diri terhadap pujian dan penghargaan dari manusia, sekalipun hal-hal yang baik yang kita lakukan tidak dihargai oleh orang lain kita harus terus melakukannya. Karena Tuhan tidak pernah tutup mata. Dia akan menghargai dan memberikan kita upah kepada orang-orang yang dengan setia menjalankan tugas dan panggilan-Nya dengan sebaik-baiknya.
Jadi tidak ada istilah ‘rugi atau buntung’ ketika kita melakukan perbuatan baik kepada orang lain, sebab pada saatnya kita akan menuai. Ada tertulis: “Orang yang murah hati berbuat baik kepada diri sendiri,” (Amsal 11:17). Sebagai orang percaya, berbuat baik adalah suatu keharusan, buah dari keselamatan yang telah kita terima, dan merupakan bukti kita memiliki iman yang hidup!
Teruslah Berbuat Baik, teruslah memberikan pertolongan, meringankan beban orang lain, mendengarkan dengah penuh perhatian dan tulus, walau hal itu hanya sebuah tindakan yang kecil tetapi tanpa kita sadari, kita telah menyelamatkan Orang lain.
Seorang lelaki diminta mengecat sebuah perahu. Lelaki ini membawa cat, kuas dan mulai mengecat perahu itu dengan warna merah terang, sesuai pesanan pemiliknya. Saat mengecat, dia menemukan sebuah lubang kecil di lambung perahu, dan menambalnya diam-diam.
Ketika pengecatan selesai, dia menerima upahnya dan kemudian pergi. Tak lama berselang, pemilik perahu mendatangi si lelaki dan memberinya Cek yang jumlahnya lebih besar dari upah pengecatan.
Si tukang cat terkejut dan berkata, “Kamu sudah membayar upah saya, Tuan.” “Tapi ini bukan untuk upah mengecat. Ini untukmu karena sudah menambal lubang di lambung perahu.”
“Ah! Itu kan cuma sedikit aja… Tidak perlulah memberi saya sebanyak itu untuk pekerjaan kecil saja.”
“Tapi mungkin Anda tidak mengerti, biar saya jelaskan. Ketika saya minta Anda mengecat kapal itu saya lupa memberitahu tentang lubang itu. Ketika perahu sudah kering anak-anak saya pergi memancing dengan perahu itu.
Mereka tidak tau tentang lobang itu, sementara saya tidak berada di rumah saat mereka pergi.
Ketika saya pulang dan menyadari mereka membawa perahu itu pergi, saya sangat khawatir, karena saya ingat perahu itu bocor.
Alangkah leganya saya ketika melihat mereka pulang dengan selamat. Lalu saya mendapatkan bahwa Anda telah menambal lambung yang bocor. Kamu telah menyelamatkan anak-anakku! Saya tidak punya cukup uang untuk membayar jasa ‘kecil’ mu itu…!!!”
Referensi :
Renungan dan Ilustrasi Kristen. (2019). Filosofi Jam: Jangan Jemu Berbuat Baik. https://web.facebook.com/renungandanilustrasikristen/posts/filosofi-jam-jangan-jemu-berbuat-baikpada-waktu-kita-memasukkan-sebuah-baterai-k/2053105831660981/?_rdc=1&_rdr
Renungan Harian Air Hidup. (2015). Berbuat baik : Investasi Yang Tidak Pernah Merugi. http://airhidupblog.blogspot.com/2015/06/berbuat-baik-investasi-yang-tidak.html
Share Rohani Kristen. (2013). Mengapa Kita Harus Berbuat Baik? http://subyekti.blogspot.com/2013/12/mengapa-kita-harus-berbuat-baik.html
Indonesiaone. Kisah Inspiratif!! Tindakan Kecil yang Menyelamatkan Banyak Nyawa. http://indonesiaone.org/kisah-inspiratif-tindakan-kecil-yang-menyelematkan-banyak-nyawa/