Perjuangan Hingga Akhir Hayat
by : Arcadius Benawa
HOU JIE adalah panglima perang yang baik. Ia meninggalkan dunia kemiliteran yang penuh dengan intrik persaingan, peperangan, pembunuhan, kekejaman. Ia ingin menebus dosanya dan menjadi murid di Kuil Shaolin. Ia dibantu oleh Biksu Wudao yang bertugas sebagai koki di kuil. Ia mulai memahami jalan hidup Shaolin dalam keheningan dan ketenangan batin. Chao Man menggantikan posisinya menjadi panglima perang yang kejam. Ia mendengar bahwa Hou Jie masih hidup. Ia mencari dan mengejar untuk membunuhnya. Ia kerahkan pasukan untuk mengepung biara Shaolin. Hou Jie dan para biarawan berusaha mempertahankan biara Shaolin. Wudao memimpin anak-anak dan perempuan mengungsi. Hou Jie menumpahkan darahnya untuk keselamatan warga Shaolin. Bahkan dia menolong Chao Man musuhnya, dari reruntuhan pilar kuil. Hou Jie terlontar dan jatuh di pangkuan Budha. Ia mati dalam damai demi kelangsungan generasi Shaolin selanjutnya. Dengan diiringi lagu yang mengalun pilu berjudul Wu, Wudao dan teman-temannya memandangi asap reruntuhan kuil mereka.
Di dalam Injil Yesus berkata, “Akulah gembala yang baik. Gembala yang baik memberikan nyawanya bagi domba-dombanya.” Gembala yang baik bertanggungjawab bagi keselamatan domba-dombanya dari berbagai bahaya. Ia tidak lari ketika serigala datang. Ia menjaga dombanya supaya aman dan mendapatkan rumput segar. Yesus adalah gembala yang baik, yang mengenal domba-domba-Nya.
Paus Fransiskus mengajak para imam agar menjadi gembala berbau domba. Artinya, Gembala yang hidup dekat dengan domba-dombanya, bukan yang jauh dan tidak mengenal dombanya. Ajakan itu kiranya dipengaruhi oleh situasi zaman sekarang ini yang menjauhkan kita dari semangat pelayanan, pengabdian, pengorbanan. Istilah Jawanya, “ora wani nggetih.” Tidak berani total, habis-habisan dalam melayani orang-orang yang menjadi tanggung jawab kita.
Seperti Hou Jie, ia meninggalkan dunia militer dengan segala gemerlapnya dan fokus menjadi rahib sampai mati membela teman-temannya di biara Shaolin. Yesus adalah panutan kita. Ia menjadi gembala yang mati untuk keselamatan domba-domba-Nya. Pengorbanan total seperti Yesus itulah yang perlu kita teladani dalam melayani domba-domba-Nya.
Barangkali wujud penggembalaan kita tidak seekstrem Hou Jie maupun Yesus Sang Gembala agung, tetapi kita bisa ambil bagian dalam spirit Gembala yang baik ketika kita berani bekerja all out demi orang-orang yang kita kasihi, bekerja dengan penuh tanggung jawab dengan penuh komitmen bukan sebagai orang upahan yang bekerja kalau diawasi. Demikianpun dalam kehidupan kita berani berbuat baik dan jujur entah dilihat orang atau tidak sebab pertanggung jawaban hidup kita adalah pada Tuhan yang mahatahu.
Marilah kita memerjuangkan nilai-nilai kebaikan hingga akhir hayat seperti telah diteladankan oleh Tuhan Yesus yang rela menyerahkan diri-Nya demi keselamatan domba-domba-Nya.