Perilaku Monyet yang Mencelakai Dirinya
by : Arcadius Benawa
Terang telah datang dalam kegelapan, tetapi orang lebih memilih tinggal dalam kegelapan, sebab mereka khawatir bahwa perbuatan-perbuatan kegelapan mereka akan tampak kalau berada dalam terang. Hal itu ibarat perilaku monyet dalam kisah berikut ini. Alkisah para pemburu monyet itu memiliki strategi jitu untuk dengan mudah menangkap monyet-monyet dengan jaringnya. Para pemburu itu membuat jebakan dari buah kelapa. Caranya, buah kelapa itu dibelah dua lalu jeruk yang sudah dikupas itu dimasukkan ke dalam buah kelapa tersebut. Kemudian buah kelapa yang telah diisi jeruk itu diikat dan diberi lubang yang lebih kecil daripada jeruk yang di dlm kelapa. Lalu, buah kelapa itu ditanam di tanah. Monyet-monyet akan segera berdatangan karena bau jeruk dan monyet-monyet itu berusaha mengambil jeruk tersebut. Pada saat itulah para pemburu menebarkan jaringnya, karena monyet-monyet tersebut tak bisa lari, karena tangannya terus menggenggam jeruk di dalam kelapa tersebut.
Jadi, dari kisah tersebut marilah kita tidak berlaku bodoh seperti monyet-monyet tersebut, yakni dengan rela melepaskan “jeruk-2” yang kita genggam supaya kita selamat. Jeruk yang kita genggam itu bisa hobi, pekerjaan, persahabatan, dll yang justru kalua kita pegang erat dapat membahayakan keselamatan kita. Kalau kita tetap juga menggenggamnya erat-erat, siap-siap sajalah nasib kita akan seperti monyet itu. Kristus telah datang sebagai terang dalam kegelapan untuk menyelamatkan. Marilah kita hidup dalam terang agar kita tidak binasa. Marilah kita lepaskan genggaman-genggaman yang justru akan mencelakakan kita, genggaman itu bisa berupa kemelekatan-kemelekatan yang sifatnya justru memperdayakan kita dan menghambat kita hidup dalam terang yang telah dibawa Tuhan Yesus. Dengan merelakan apa yang kita genggam akan semakin memudahkan kita berpaut pada sang Cahaya sejati, sementara kalau kita justru semakin menggenggam erat kita ibarat membiarkan diri kita binasa dalam kegelapan. Pilihan ada di tangan kita. Rahmat keselamatan telah ditawarkan Tuhan, Sang Juru Selamat kepada kita. Tinggal kitanya ini mau selamat atau mau terus berkajang dalam kegelapan, yang berarti kita memang mau memilih celaka atau kebinasaan, seperti para monyet yang tidak mau melepaskan genggamannya atas jeruk, sehingga mereka lebih membiarkan diri mereka masuk dalam perangkap jaring para pemburu.