Spiritualitas Kristiani

By : Andy Gunardi

Dewasa ini kata spiritualitas seringkali kita dengar berkenaan dengan gerakan-gerakan yang “berbau” rohani di dunia keagamaan, bahkan juga berkenaan dengan gerakan baru new age jaman ini. Kita mendengar banyak kelompok di dalam kehidupan menggereja saat ini, seperti persekutuan doa karismatik, persekutuan doa hati Yesus yang Maha Kudus, Kerahiman Ilahi, Tritunggal Maha Kudus, gerakan imam Maria dan seterusnya. Apakah makna dari semua gerakan-gerakan ini?  Tentu kita tidak menjawabnya saat ini , namun yang pasti adalah ada kerinduan umat berjumpa dengan yang ilahi.

Bapak Kardinal pernah mengungkapkan pendapatnya bahwa situasi umat bisa masuk dalam dua kategori, yaitu sangat profan sekali atau sangat religius sekali. Pernyataan Bapak Uskup itu semakin dapat dirasakan pada saat ini. Umat kristiani membentuk belbagai macam devosi dan kelompok doa, sedangkan sebagian lagi jarang pergi ke gereja dan terlibat di dalamnya. Berkenaan dengan hal itu tulisan ini berusaha mengangkat dan membawa penyadaran pembaca untuk mengetahui dan mengembangkan kesatuan dengan yang ilahi

Kerinduan untuk perjumpaan dengan Tuhan

Dunia modern dengan belbagai kemudahan dan tehnologi dunia ini ternyata tidak dapat memberikan jawaban atas kebutuhan dan kedirian manusia. Di balik kehidupan pencaharian harta, manusia menyadari bahwa mereka membutuhkan sesuatu yang lain. Yang oleh orang-orang dari jaman ke jaman disebut sebagai kehidupan rohani.

Pada suatu ketika saya mendapatkan kesempatan untuk pergi ke negeri China. Saat itu saya menjadi seorang turis backpacker ditemani dengan seorang imam yang sudah cukup lama tinggal di sana. Kami pergi ke temple of heaven. Saat itu pagi hari dan suasana cerah serta udara yang cukup dingin sekitar 16 C. Di pintu gerbang masuk kami menyaksikan alunan paduan suara oma dan opa yang bernyanyi lagu dengan berbahasa mandarin. Sekejab saya terhenyak dan menyadari bahwa mereka bernyanyi dengan hati dan sungguh mencoba mengahayati lagu tersebut. Kendati saya tidak tahu apa yang mereka nyanyikan, saya yakin ini adalah bentuk dari kerohanian dan spiritualitas. Beberapa langkah kemudian saya menemukan sekolmpok orang dengan meragakan gerakan pernafasan dan gerakan tubuh. Mereka juga melakukan yang rohani. Di sebuah negara yang tidak mendasarkan diri pada kerohanian, ternyata mempraktekkan kerohanian dengan cara yang berbeda.  Setiap orang pada dasarnya memiliki keterarahan pada yang rohani. Terlebih saat ini dimana keagamaan merupakan bagian dari ranah kerohanian. Tidak heran bila gerakan-gerakan kerohanian di Jakarta  ini semakin marak, secara singkat kita dapat mengatakan bahwa gerakan-gerakan itu adalah bagian dari kerinduan manusia kepada yang ilahi.   

Spiritualitas

Spiritual berasa dari kata latin, yaitu spiritus, yang bermakna roh atau jiwa. Spiritus ini juga diterjemahkan sebagai nafas.  Spirare (bentuk kata kerja) berarti bernafas. Dengan bernafas berarti orang memiliki jiwa atau spirit. Spiritual merupakan bagian esensial dari keseluruhan kesehatan dan kesejahteraan orang. Spiritual merupakan kebangkitan atau pencerahan diri dalam mencapai makna dan tujuan hidup.  

Sandra M Schneiders, seorang ahli spiritualitas  mendevinisikan spiritualitas sebagai  aktualisasi kapasitas dasar manusia untuk yang transenden. Dalam hal ini Schneiders menekankan pengalaman kesadaran manusia  dalam kerangka integrasi hidup seseorang melalui transendensi diri menuju nilai akhir.

Tingkatan Spiritualitas

Di dalam tradisi rohani setidaknya saat ini disimpulkan ada tiga tingkatan spiritualitas. Penjelasan dan ungkapan tingkatan spiritualitas bisa berbeda antara tokoh satu dengan yang lain, namun bila diambil benang merahnya saat ini dapat diungkapkan dalam tiga tahapan berikut ini.

I. Purgatory

Dalam masa purgatory seseorang masih hidup dalam kenikmatan dunia, namun nilai kerohanian sudah mulai masuk. Mereka yang ada dalam tahap ini berusaha mencari kenikmatan dunia, namun mulai menyadari adanya kehadiran Tuhan dan menginginkan kehidupan bersama dengan Tuhan di dalam iman dan relasi. Untuk masuk ke dalam tahap yang lebih dalam orang diajak untuk mengakui kedosaannya di hadapan Tuhan.

Kitab suci secara gamblang mengungkapkan bagaimana Simon Petrus bersujud di hadapan Yesus dan mengatakan Tuhan pergilah karena aku orang berdosa.” Di tengah kehidupan dunia ini ada gerakan kerohanian yang memanggil seseorang untuk hidup di dalam iman.

St. Agustinus di usia 30an mengalami kegelisahan yangg dahsyat. Selam ini ia selalu mencari kenikmatan duniawi. Di tengah kenikmatan itu batinnya berteriak dan ia tidak tahan lagi. Hingga suatu ketika terdengar suara yang berkata buka dan bacalah. Kata-kata itu terjadi berulang-ulang. Ia pun masuk ke rumahnya dan membaca kitab suci secara acak. Di sana tertulis, bukan dalam pesta pora dan kemabukan, jangan dalam percabulan dan hawa nafsu, jangan dalam perselihan dan iri hati, tetapi kenakanlah Tuhan Yesus Kristus sebagai perlengkapan senjata terang… (Roma 13:13-14). Saat itulah ia bertobat dan mulai hidup secara baru. Segala hal kelakuannya yang tidak baik ditulisnya dalam sebuah buku berjudul confession.

Di dalam tingkatan ini orang berhadapan dengan segala ketidakmurnian di dalam dirinya. Bersamaan dengan itu ia merasakan desakan untuk hidup rohani. Ia mau menyerahkan seluruh hidupnya kepada Tuhan, seperti yang dikatakan oleh Yesus kepada murid-muridnya yang pertama, “ikutilah Aku dan engkau akan kujadikan penjala manusia”.

ada sebuat motto yang bertulis demikian, “menolong diri sendiri berarti menolong orang lain”, dan juga sebaliknya, “menolong orang lain berarti menolong diri sendiri.” Di dalam tahap pertama ini orang berada dalam pertobatan yang mana tadinya berpusat pada diri sendiri, saat ini mau berpaling ke yang bukan demi diri sendiri melulu, melainkan berpusat kepada orang lain dan Tuhan.

II. Ilumination:

discovering the sacred

Langkah pertama  seseorang yang ingin berkembang dalam rohani adalah menemukan  “yang sakral” dan berusaha tinggal di dalamnya. Para murid Yesus meneukan Tuhan di dalam langkah-langkah hidup mereka. Di sanalah mereka banyak belajar mengenai iman dan ajaran dari Tuhan Yesus Kristus. Di dalam Kitab suci dikatakan bahwa kepada orang banyak Yesus berbicara melalui perumpamaanm, namun kepada para muridNya ia berbicara secara langsung.

John- Roger dalam bukunya yang berjudul spiritual warrior mengungkapkan mengenai bagaimana seorang ksatria rohani berjuang masuk ke dalam batin dan menghadapi belbagai halangan kelemahan diri, sampai masuk dalam situasi yang belum dikenal menuju yang tak dapat dikenal. Saat itulah kita berjumpa dengan Allah yang tanpa batas. Seluruh pemikiran dan konsep mengenai Allah lenyap begitu saja dan kita masuk ke dalam situasi yang luar biasa dan tak dapat diurai dengan kata-kata.

Perjumpaan dengan Tuhan merupakan jalan dalam tahap kedua ini. Di dalam tahap ini orang merasakan betapa ajaibnya Tuhan dan tindakannya merupalkan tindalkan yang “mencengangkan”. Kerapkali kita membutuhkan suatu tempat di mana kita bisa secara mudah berjumpa dengan Tuhan ini, misalkan ada sebuat tempat di mana kita bisa berdoa setiap hari; membuat refleksi harian, dan seterusnya.

Caitlin Matthews  dalam bukunya yang berjudul” the Psychic Protection Handbook” mengatakan bahwa kita memerlukan sebuah tempat sakral di dalam rumah kita. Setiap hari kita dapat melatih dan berjumpa dengan Tuhan di tempat itu.

Live in and see the signs around

Tahapan kedua ini juga mengajak kita untuk melihat dalam kehidupan konkret kehadiran Tuhan dan pengajaranNya kepada kita. Di sana kita merasakan suatu perubahan dalam memandang dunia ini dan hidup itu sendiri. Santo Ignatius dari Loyola mengajarkan para pengikutnya untuk melakukan latihan rohani. Di dalam latihan rohani ini St. Ignatius mengajarkan mengenai kepekaan murid-murid Kristus. Kepekaan dengan menggunakan seluruh indera merasakan kehadiran Tuhan di dalam setiap hari kehidupan.

Semakin kita menyadari kehadiran Tuhan dan berusaha bersatu  denganNya di dalam cinta yang mendalam, kita akan melihat betapa hidup dan dunia di sekitar kita dipenuhi dengan suatu energi, yaitu energi ilahi. Allah berkarya setiap detik dan waktu di dalam hidup. Energi itu muncul melalui tanda-tanda yang tersembunyi bagi orang yang kurang percaya dan begitu nyata bagi orang yang percaya.

Pada saat saya studi di Amerika ada kerinduan di dalam hati saya untuk pergi ke China. Saya ingin melihat tanah leluhur dimana dulu nenek moyang saya berada. Hanya kesempatan itu belum datang. Pada tahun 2009 rencana itu batal karena bawaan barang saya cukup banyak dan kesulitan untuk mampir dulu ke China beberapa saat. Rencana itu saya coba lupakan, namun masih tersimpan di dalam benak saya bahwa suatu saat saya akan pergi ke sana.

Beberapa waktu belakangan ini saya seringkali mendengar kata “pergi ke china”. Mulai dari rekan imam yang pergi ke china dan bercerita ia ditipu ketika membeli giok di sana. Beberapa waktu kemudian salah satu umat mengirimkan berita di bb bahwa ia bersama keluarga akan pergi ke china dan ia minta doa agar semuanya berjalan dengan baik. Saya sendiri heran mengapa ada cukup banyak kata “china” muncul. Pada malam hari seorang rekan suster yang bertugas di china menanyakan kabar saya dan menanyakan apakah saya bersedia untuk datang ke china merayakan perayaan ekaristi untuk para mahasiswa dan mahasiswi di sana. Saya termangu dan menyadari bahwa tentu Tuhan memberikan “gift” kepada saya saat itu. Saya pun mengiyakan dan pada pertengahan september ini saya akan berangkat ke sana.

Bagi saya gerakan kekuatan ilahi itu hadir melalui peristiwa dan kejadian yang muncul di dalam kehidupan kita. Demkian juga dengan apa yang perlu kita lakukan. Bagi orang yang percaya tanda dan kehendakNya dapat kita tangkap melalui peristiwa-peristiwa konkret yang kita rasakan sebagai tanda. Bila kita belum melihatnya tanda-tanda lain akan dikirimkan kepada kita. Itulah energi ilahi yang terus ada dan selalu mengirimkan pesan-pesan agar kita semakin utuh dan bahagia.

III.  Kebersatuan : Communio

Tinkatan yang terakhir adalah bersatu dengan Tuhan. St. Paulus mengatakan bahwa bukan lagi aku yang hidup melainkan Dia yang hidup di dalam diriKu. Kebersatuan dengan Tuhan berarti menyalibkan keinginan kita dan mau melihat kehendakNya yang lebih utama. Jika di dalam tahap kedua kita diajak untuk melihat tanda-tanda dari Tuhan yang menerangi jalan kita, tahap  ini adalah tahap di mana bukan lagi keinginanku melainkan keinginan Tuhan.

Rencan-rencanaNya kerap kali berbeda dengan rencana kita, namun kita percaya bahwa Ia selalu memberikan yang terbaik, oleh karena itu Ia tidak lagi tinggal dalam kehenda sendiri, melainkan kehendak Tuhan. Di Taman Getsemani Yesus berdoa, Ya Tuhan kalau Engkau mau biarlah cawan ini lewat daripadaku, namun bukan kehendakKu, melainkan kehendakMu.

Yesus menyadari kerapuhanNya sebagai manusia, dan untuk itu Ia mengandalkan seluruhnya kepada rencana dan kehendak dari BapaNya. Di dalam tahapan ini orang mulai merasakan energi ilahi di dalam hidupnya. Ia digerakkan oleh kasih dan cinta kepada sesama dan Ia selalu tahu apa yang perlu dilakukakannNya karena kesatuannya dengan Tuhan.

Sebelum Yesus wafat, para murid masih tinggal dalam kedirian mereka sebagai manusia, namun diterangi oleh kehadiran Yesus. Saat Yesus wafat, mereka tidak lagi hidup dalam kedirian mereka, melainkan hidup dalam kehendak Allah. Sebagai bukti konkret adalah para murid YTesus mau wafat dan dimartir, pertama-tama karena bukan lagi mereka yang hidup, melainkan Tuhan yang hidup.

adalah bagian dari misi yang kita jalankan.