Agama Dan Perdamaian
Nama : Rayhan Fadli Robby
NIM : 2201819160
Kelas : LA17-Universitas Bina Nusantara
Menurut pembicara pertama dalam video tersebut, Tuhan membuat kita berbeda-beda oleh karena itu Tuhan menurunkan beberapa kitab suci kepada nabi-nabi yang diturunkannya. Setiap kitab suci yang diturunkan memuat perintah Tuhan yang intinya mengajak manusia beriman kepada Tuhan dan saling mengasihi sesama manusia. Tidak satupun kitab suci yang mengajarkan kekerasan atas nama agama. Kitab suci yang diturunkan kepada para nabi mengajarkan cinta dan kasih sayang tanpa diskriminasi.
Dalam masyarakat dunia, perjumpaan antara orang atau umat beda agama tidak dapat dihindari. Tidak ada lagi orang atau kelompok masyarakat di bumi ini yang tidak tersentuh atau berjumpa dengan orang, paham, budaya dan agama lain. Perjumpaan itu terjadi melalui berbagai cara, seperti dalam hidup sehari-hari, di dalam keluarga, sekolah, pekerjaan dan pergaulan sosial lainnya. Demikian juga, globalisasi dengan pergaulan internasional melalui media telah membuat seorang dari sudut dunia yang satu berjumpa, bertukar ide, pengalaman dan bahkan berdebat tentang soal-soal tertentu melalui media sosial.
Potensi konflik dalam perjumpaan khususnya umat beda agama. Banyak orang menjadikan perbedaan dalam perjumpaan itu sebagai ajang pemuas nafsu egoisme diri, eksklusivisme, kedangkalan pemahaman, rasa superioritas dan keinginan menguasai atau mendominasi dengan berusaha menekan, meminggirkan dan bahkan menyingkirkan atau membasmi pihak lain dengan cara halus maupun dengan kekerasan. Konflik itu tentu menyia-nyiakan kehidupan, merusak peradaban, menciptakan kesusahan dan penderitaan manusia dan merusak citra agama. Pasti jika sebaliknya, masyarakat rukun dan damai maka tinggilah penghargaan terhadap hidup dan kemanusiaan; pembangunan dan kemajuan serta kemakmuran dan kesejahteraan dialami. Karena itu, kerukunan dalam hubungan antar umat beda agama adalah keharusan.
Prof. Dr. Nazzaruddin Umar, pembicara yang mewakili tokoh agama Islam mengemukakan, dalam agama Islam, kemanusiaan (humanity) terdapat dalam surat pertama yang menjadi pondasi kaum muslimin yaitu surat Al-Fatihah yang jika dipadatkan maka menjadi Ar-Rahman” dan “Ar-Rahiim”, artinya kasih dan sayang. Beliau mengambil contoh kerjasama Istiqlal dan Gereja Katedral dalam hal menggunakan parkir Bersama untiuk kegiatan ibadah.
Selanjutnya disampaikan, Islam adalah agama untuk seluruh manusia yang menembus batas-batas zaman dan ruang, atau seperti yang biasa diistilahkan: shalih li kulli zaman wa makan. Islam adalah untuk persaudaraan universal bagi umat manusia, membangun peradaban dunia yang mengglobal tanpa sekat-sekat etnis, ras, agama dan budaya. Maka, dalam Al-Qur’an pun ditegaskan bahwa Nabi Muhammad SAW diutus untuk seluruh manusia: wa ma arsalnaka illa kafatan li al-nas, yang artinya: “Aku tidak mengutus kamu hai Muhammad keculai untuk seluruh manusia” (Q.S.Saba’[34]:28).
Berdasarkan dari perinsip itu, setidaknya lahir dua pengertian: pertama, bahwa Islam, sebagai agama dapat diterima oleh komunitas manusia di seluruh dunia, dan yang kedua, bahwa sebagai ajaran moral, Islam dapat menginspirasi umat manusia untuk membangun peradaban universal untuk kemaslahatan bersama bagi umat manusia. Terjadinya hijrah (perpindahan besar-besaran) dari Mekah ke Yatsrib, pada dasarnya bukan karena keterpaksaan kaum Muslimin waktu itu, melainkan atas dasar prinsp bahwa agama Islam yang mereka anut dapat diterima atau berlaku untuk masyarakat manusia, kapan dan di mana pun. Jika masyarakat Mekah masih enggan menerimanya, akibat masih kuatnya pengaruh kepercayaan lama, maka diharapkan Islam dapat diterima di Madinah.
Pembicara berikutnya adalah tokoh dari agama Kristen, Pendeta Jimmy. Sebagai manusia yang hidup di tengah-tengah dunia yang pluralistik / penuh dengan keberagaman ini, orang Kristen mau tidak mau harus berjumpa, berinteraksi, berurusan, berkaitan dengan orang-orang non-Kristen/ orang-orang yang tidak seiman dengannya, baik dalam kehidupan berbangsa dan bernegara maupun bermasyarakat. Di negara kita Indonesia misalnya, mau tidak mau, suka tidak suka, kita sementara hidup berdampingan dengan orang-orang dari berbagai agama dan kepercayaan. Dalam kondisi semacam ini adalah penting bagi orang Kristen untuk memikirkan bagaimana relasinya dengan orang-orang berkepercayan lain. Jika tidak maka semua itu berpotensi untuk mengakibatkan banyak gesekan, bentrokan, kekacauan bahkan kerusahan yang akan mengganggu ketentraman dan kedamaian hidup bersama.
Kita bersyukur bahwa para pendiri negara kita telah menetapkan Pancasila sebagai dasar negara kita yang memberikan nilai-nilai kehidupan dalam berbagai keanekaragaman yang ada. Demikian juga dengan Undang-Undang negara kita yang mengatur perilaku semua warga supaya tidak terjadinya tindakan yang diskriminatif terhadap kaum beragama yang lebih lemah. Sebagai warga negara yang baik maka orang Kristen wajib mentaati aturan-aturan yang telah dibuat di negara kita, termasuk di dalamnya adalah aturan yang berkaitan dengan toleransi antar umat beragama dan prinsip-prinsip kehidupan bersama. Mengapa kita harus mentaati itu? Karena itu sama dengan kita mentaati Tuhan sebab Firman Tuhan mengajar kita untuk tunduk pada pemerintah.
Pembicara kelima, 5 Andy Gunardy mengemukakan bahwa toleransi juga dapat berarti sikap dan perbuatan yang melarang adanya diskriminasi terhadap golongan-golongan yang berbeda atau tidak dapat diterima oleh mayoritas pada suatu masyarakat. Misalnya toleransi beragama dimana penganut Agama mayoritas dalam sebuah masyarakat mengizinkan keberadaan agama minoritas lainnya. Jadi toleransi antar umat beragama berarti suatu sikap manusia sebagai umat yang beragama dan mempunyai keyakinan, untuk menghormati dan menghargai manusia yang beragama lain.
Dialog agama merupakan sebuah solusi bagi timbulnya klaim-klaim kebenaran dari para penganut agama yang berbeda di masyarakat. Agama seharusnya dipahami sebagai fenomena sosial-budaya karena agama ditemukan pada semua bentuk masyarakat, mulai yang sangat primitif sampai yang sangat modern. Dalam dialog agama yang dicari bukanlah soal siapa yang benar dan siapa yang salah.
Dialog mengajarkan penganut agama mampu menghargai pendapat berbeda, mampu melakukan kompromi dan konsensus dalam menghadapi persoalan kemanusiaan dan kemasyarakatan. Dialog agama menempatkan umat beragama tidak berada dalam posisi menilai yang lain, akan tetapi berusaha memahami yang lain. Sebagai umat beragama jangan berbicara tentang orang lain, tetapi belajarlah dari orang lain. Dialog agama harus dapat membawa setiap penganut agama kepada penghayatan dan pengamalan ajaran agama yang hakiki
Pembicara terakhir menyampaikan pentingnya agama sebagai pemberi landasan agar kita bisa hidup dengan baik dalam tatanan kehidupan bernegara. Dalam beragama diperlukan adanya suatu sikap hidup keagamaan yang relatif atau nisbi, bukan sikap mutlak-mutlakan. Dengan begitu dapat disimpulkan bahwa jika semua penganut agama mengambil sikap yang sama maka dapatlah dijamin bahwa agama tidak dapat dimainkan sebagai faktor pemecah belah yang akan membawa malapetaka bagi kehidupan manusia. Sebaliknya, agama justru menjadi faktor perekat yang akan menebarkan rahmat bagi semua manusia, bahkan bagi alam semesta. Sikap hidup yang relatif dan penuh penghargaan terhadap sesama sangat dibutuhkan oleh setiap umat beragama di Indonesia. Dengan itu umat beragama dapat berpartisipasi secara aktif dan bertangungjawab dalam mewujudkan kesatuan dan persatuan bangsa berdasarkan Pancasila.
Kesimpulan dari video ini adalah tidak ada agama yang mengajarkan kekerasan, sebaliknya agama mengajarkan kasih sayang. Toleransi umat beragama di Indonesia merupakan hal yang amat fundamental dan harus menjadi perhatian seluruh pemeluk agama. Toleransi beragama di Indonesia masih merupakan hal yang harus diperjuangkan, dan peranan aktif pemerintah sdan tokoh-tokoh agama adalah mutlak diperlukan untuk mendukung sikap toleransi itu.