AGAMA DAN PERDAMAIAN

Nama : Fransiska Dian Sari

NIM : 2201737614

Kelas : LA17-Universitas Bina Nusantara

Tuhan memang mentakdirkan kita harus berbeda-beda karena itulah mau-Nya, tapi Tuhan menitipkan pesan bahwa kasih-Nya lah yang mempersatukan perbedaan tersebut. Di Indonesia sendiri tidak memperbolehkan warga negaranya untuk tidak memeluk suatu agama atau kepercayaan, karena sesuai dengan dasar negara yaitu Pancasila di silanya yang pertama “Ketuhanan Yang Maha Esa”. Selain itu, tidak boleh seorangpun melakukan kekerasan atas dasar apapun apalagi melakukannya atas nama suatu agama karena Tuhan telah mentakdirkan kita semua untuk hidup dengan damai dan tentram. Tuhan telah memberikan kasih dan sayang kepada semua umatnya, maka kedamaian pasti ada dalam diri kita masing-masing agar kita dapat menentukan jati diri dalam hidup dan kedamaian diri.

            Jujur adalah bagian terpenting dalam membangun suatu karakter jiwa dan kehormatan seseorang. Selain membangun karakter melalui kejujuran, dibutuhkan pula intellectual knowledge dengan ilmu pengetahuan supaya seseorang dapat menemukan jati dirinya. Setelah itu culture juga dibutuhkan karena kultur yang berbeda-bedapun mengajarkan kita untuk rukun dan hidup dengan damai. Resources juga bernilai penting dan harus disiapkan seperti generasi-generasi baru yang kuat. Poin yang terakhir adalah legacy karena tidak mungkin generasi ini akan baik jika tidak dilakukan mulai dari sekarang, generasi inilah yang harus disosialisasikan terus-menerus bahwa cinta kasih dari Tuhan dan perdaimaian adalah hal yang penting serta Roh Tuhan yang ada didalam diri kita masing-masing tidak pernah pilah-pilih dalam mengasihi sesama dan Tuhan selalu datang dengan lapang kepada semua hamba-Nya. Setiap orang memiliki Roh Allah dan saat kita melakukan silahturrahmi maka Roh Allah tersebut sedang dipertemukan dan bagian dari Roh Allah itu adalah kebijaksanaan, kearifan dalam setiap agama guna saling menguatkan satu sama lainnya.

“Agama itu tegas namun tidak keras”. Setiap sesuatu itu akan berbeda pada zamannya, termasuk mengartikan Kitab Suci. Menurut ahli linguistik, setiap 100 tahun kosa kata itu memiliki makna dan arti yang berbeda, sehingga kosa kata yang dipahami saat ini dan 100 tahun kemudian atau sebelumnya pun berbeda pula dan harus dipahami ulang. Selain itu untuk mengartikan atau memahami Kitab Suci pun tidak bisa sesuai dengan nafsu dan keinginan pribadi, maka dari itu pahamilah apa makna ayat itu pada saat itu pula. Sesungguhnya agama seperti Kristen, Hindu, Buddha, dan Konghucu bukanlah kafir karena tiap umat agama tersebut percaya dengan adanya Tuhan dan kafir itu sesungguhnya adalah seseorang yang anti akan agama, sesungguhnya orang-orang yang memiliki keimanan itu adalah bersaudara.

            Dengan adanya kebhinekaan tidak semerta-merta membuat kekristenan luntur, bahkan dengan adanya kebhunekaan ini justru memfasilitasi kekristenan ada di Indonesia sekaligus menjadi Kristen yang Indonesia. Di dalam keberagaman agama ada kasih yang memiliki nilai kemanusiaan yang paling penting karena yang mengasihi adalah manusia itu sendiri. Hal utama dalam kebhinekaan umat beragama harus dilandaskan oleh kasih. Di Indonesia sendiri persoalan kemanusiaan harus diperhatikan karena terdegradasi oleh ideologi-ideologi yang ingin mengganggu kebhinekaan itu sendiri. Dalam kehidupan bernegara selain memiliki kasih juga diperlukan konsensus yaitu Pancasila yang terdapat dalam Undang-Undang Dasar 1945 dengan 4 pilar yang diakui negara. Oleh karena itu beragam ideologi dan tuntutan sekalipun tidak merubah bahwa kita adalah negara hukum yang memiliki konsensus yang harus diperhatikan. Poin ketiga adalah kekristenan juga mengajarkan kita tentang membangun ketertiban umum. “Tidak ada kedamaian di negara ini, jika tidak ada kedamaian diantara umat beragama”.

            Semakin pertukaran informasi dan pertumpuan itu terjadi, maka dapat semakin bersatu karena sikap toleransi semakin tercipta. Pada dasarnya pertemuan dan perjumpaan itu dapat mengubah pandangan dan persepsi orang. Jika pertemuan dilakukan secara intense, maka kebaikan dalam diri setiap orang dapat dipancarkan dan dapat menyatukan perbedaan yang ada. Hal yang indah sebagai orang beragama adalah kebaikan dan kesatuan yang menyatukan semuanya, setelah itu dapat terjalin persaudaraan antara satu sama lainnya.