AGAMA dan KE-BHINNEKA TUNGGAL IKA-AN

Nama : Angela Kurnia Wandana

NIM : 2001609543

Jurusan : Hubungan Internasional-Universitas Bina Nusantara

Prinsip-prinsip agama yang dibawa dalam membangun perdamaian, yakni: Honesty, Love and Compassion, Intellectual Knowledge, Culture, Resource, Legacy. Kejujuran menjadi nilai kearifan yang tertinggi dalam manusia yang harus dibawa kemana pun kita berada. Cinta dan kasih sayang merupakan tujuan dari agama. Hal tersebut dilihat dari bagaimana agama mengajarkan kita mengenai ‘mengasihi Tuhan, sesama serta mahkluk lainnya’, kita dapat tunjukan melalui tindakan-tindakan seperti saling menghormati, membantu, dan perbuatan baik lainnya. “Let the goodness greet the goodness in you”. Perbuatan baik nantinya akan dibalas dengan hal yang baik.

            Intellectual knowledge atau pengetahuan intelektual harus kita raih karena hal tersebut merupakan sesuatu alat dalam mengetahui jati diri kita. Dengan memiliki pengetahuan yang intelektual kita dapat melihat situasi atau masalah dengan benar-benar memahaminya, bukan malah memberikan sebuah asumsi atau opini yang kurang relevan dalam menanggapi situasi yang ada. Manusia harus bijak dalam berpikir karna segala sesuatu emosi yang ada berasal dari diri kita sendiri, penderitaan kita bukan berasal dari orang lain, namun hasil dari tindakan kita sendiri.

            Nilai kebudayaan juga kita harus junjung tinggi, menghargai dan mengapresiasi adanya keanekaragaman budaya yang ada membuat dunia menjadi indah. Ini lah yang seharusnya memotivasi kita untuk rukun dengan hidup damai ditengah adanya perbedaan. Kemudian, legacy, pengetahuan yang kita punya sekarang kita dapat wariskan untuk generasi selanjutnya dengan membimbing ajarkan kasih yang sebenarnya membawa pengaruh baik dan perdamaian untuk kita semua. H    

             Agama muncul sebagai sesuatu yang menyelesaikan masalah bukan membuat masalah. Dalam interaksi sosial, intoleransi menjadi sebuah tantangan yang kerap kali dijumpai. Adanya konflik seperti kerusuhan atau kekerasan, diskriminasi yang mengatasnamakan agama, sebenarnya bukan karena agama tapi ego dari manusia sendiri.

            Dalam menyelesaikan atau menghadapi hal tersebut adalah dengan mengesampingkan identitas keagamaan atau ego-ego yang ada dalam diri manusia. Adanya macam-macam identitas agama merupakan urusan individu terhadap Tuhan. Dengan melihat perbedaan dari sudut pandang yang menarik bahwa banyaknya identitas agama, kita dapat saling bertukar pikiran dan memahami dari adanya perbedaan kita tidak perlu untuk saling berkompetisi. ‘We are one we are the same’, kata ini menggambarkan garis besar bahwa sebenarnya kita semua ini manusia, sama-sama makhluk Tuhan. Mengesampingkan ego dan mengasihi sesama lah, karena sebenarnya cinta kasih umat manusia menjadi penyatu sebuah persatuan dan penghantar tumbuhnya kedamaian di dunia.