“Berbahagialah orang yang berdukacita, karena mereka akan dihibur” Matius 5:4

By : Christian Siregar

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) arti kata ‘dukacita’ adalah kesedihan dan kesusahan hati. Jadi berkaitan dengan suasana hati. Dukacita adalah suatu kepedihan karena kehilangan yang menggoncangkan jiwa. Penyebab utamanya adalah kehilangan apa yang kita miliki dan tidak terpenuhinya keinginan kita. Contohnya adalah kematian seseorang yang kita kasihi, sakit menahun tidak kunjung sembuh, kehilangan pekerjaan, kegagalan dalam ujian, bisnis hancur, bahkan kematian binatang peliharaan pun bisa mendatangkan dukacita yang mendalam. Apakah pengertian yang demikian itu pula yang dimaksud Tuhan Yesus dalam sabda-Nya, “Berbahagialah orang yang berdukacita”? Jika benar, mengapa orang yang berdukacita justru disebut berbahagia oleh Tuhan Yesus?

Jika kita perhatikan, bagian yang kita baca ini merupakan sabda bahagia kedua dari delapan seri ‘berbahagialah’. Kata ‘berdukacita’ dalam bahasa Yunani yang digunakan di sini adalah penthountes, yang artinya orang-orang yang sedang berduka dan bersedih hati secara mendalam. Ada nuansa berkabung dan nyeri batin yang sangat besar di dalamnya karena ketidakberdayaan menghadapi keadaan yang terjadi, seperti perlakuan tidak adil dan ketidakbenaran. Jadi dukacita di sini bukan hanya membuat orang-orang menangis tetapi juga membuat orang-orang sudah tidak mampu lagi menangis, kehabisan kata-kata untuk meratap. Itulah dukacita yang sering dialami oleh orang tua yang kehilangan anak kesayangannya. Itulah dukacita Yesus ketika mendengar Lazarus sahabat-Nya telah meninggal dunia. Itu jugalah dukacita Maria melihat anak sulungnya disalib dan mengalami kesakitan luar biasa, tanpa ia bisa berbuat sesuatu.

Jadi mengacu pada bahasa aslinya, kita dapat melihat bahwa arti kata ‘dukacita’ dalam Mat. 5:4 bukan hanya sekedar bersedih dan uring-uringan karena suatu kegagalan tertentu dalam hidup atau karena kehilangan sesuatu yang kita miliki. Dukacita yang dimaksud di sini adalah dukacita yang terjadi karena ketidakberdayaan menghadapi kenyataan hidup, yang mengakibatkan seseorang hancur dan remuk hatinya. Dukacita yang mengakibatkan seseorang merasa tidak lagi memiliki daya sama sekali untuk dapat mengubah apa yang dihadapinya.

Saat ini, ketika kita mengalami duka cita karena berbagai kesulitan bahkan kehilangan orang yang kita kasihi karena covid19, hendaknya kita tidak berputus asa, tidak membiarkan diri tenggelam dan larut dalam kesedihan mendalam tetapi sebaliknya kita mengandalkan Tuhan. Sebab hanya dengan berharap kepada Tuhan maka kita akan mampu bangkit dan bertahan. Hanya dengan melihat dan merasakan kehadiran Tuhan maka kita akan menang menghadapi pandemi covid19 dan segala akibat buruk yang ditimbulkannya. Bersama Tuhan yang bangkit kita juga bangkit dan tidak akan kehilangan hakikat bahagia. Amin.