KASIH TERHADAP SESAMA

By : Simon Mangatur Tampubolon

Kasih kepada sesama kerap kali lebih sulit dilakukan, dibandingkan “kasih kepada Allah”, sebagaimana digambarkan lewat cerita “Basil dari Kaisarea dan murid di padang gurun”

Penghalang kasih itu terwujud adalah sikap “Iri Hati”, yaitu suatu emosi yang timbul ketika seseorang yang tidak memiliki suatu keunggulan—baik prestasi, kekuasaan, atau lainnya—menginginkan yang tidak dimilikinya itu, atau mengharapkan orang lain yang memilikinya agar kehilangannya.

Hal ini hanya bisa dikalahkan dengan “Kebaikan” yang diwujudkan dengan usaha untuk mengembangkan kebaikan dalam diri orang lain.

Ketika Kain panas hatinya dan mukanya muram, karena persembahannya tidak diindahkan Tuhan menegornya: Apakah mukamu tidak akan berseri, jika engkau berbuat baik? Tetapi jika engkau tidak berbuat baik, dosa sudah mengintip di depan pintu; ia sangat menggoda engkau, tetapi engkau harus berkuasa atasnya. ” (Kej.4:7)

Pesan Tuhan kepada Kain merupakan sebuah rumus untuk mengalahkan iri hati yang ditandai dengan hati yang panas dan muka yang muram;

Tentu dibutuhkan Peran Roh Kudus, untuk mewujudkan niat kita untuk menyatakan kebaikan dengan mengembangkan orang lain, dan bila ini terwujud, maka akan terjadi:

  1. Kepedulian
  2. Mendidik dan mendisiplin
  3. Penatalayanan

Yang dalam kelanjutan kisah Kain dan Habel adalah sikap “bertanggung jawab”, oleh karena itu Tuhan bertanya kepada Kain: Firman TUHAN kepada Kain: “Di mana Habel, adikmu itu?” Jawabnya: “Aku tidak tahu!  Apakah aku penjaga adikku?” (Kej. 4:9)

Dalam Bahasa Levinas (Filsuf Eksistesialisme) mengatakan Respondeo ergo sum (aku bertanggung jawab, jadi aku ada). Sesama (orang lain) itu dipahami sebagai titipan Yang Tak Berhingga di atasnya kita bertanggung jawab. Tanggung jawab itu muncul ketika kita berhadapan muka dengan yang lain. Dengan situasi ini maka kita bertanggung jawab total terhadap orang lain itu. Dengan demikian kita tidak tenggelam dalam pasivitas total melainkan menjadi aktif. Karena itu kita mempertimbangkan, merefleksikan bagaimana membagi perhatian, waktu, energi, dan harta benda saya bagi yang lain.

Berbagi kepada orang lain itu digambarkan pada chart diatas adalah kasih yang dalam kontras dengan iri hati diwujudkan dengan murah hati dan sukacita.

Secara Psikologis, Martin Seligman pernah menyatakan, 5 hal kunci kebahagiaan:

  1. Emosi positip
  2. Keterlibatan
  3. Relasi
  4. Kebermaknaan
  5. Pencapaian

Bila kita melihat kunci kebahagiaan Seligman ini dan membandingkannya dengan pembahasan kita sebelumnya, maka:

  1. Iri hati adalah emosi negatip
  2. Yang membuat kita tidak mau melibatkan diri terhadap kehidupan orang lain
  3. Sehingga tidak akan ada relasi yang terbangun
  4. Alhasil hidup ini tidak bermakna dan
  5. Tidak akan menghasilkan apa-apa

Untuk melawan iri hati itu, maka

  1. Emosi positip yang harus ada adalah hasrat untuk menyatakan kebaikan yang
  2. Membuat kita terlibat untuk mengembangkan kehidupan orang lain
  3. Sehingga kita berjuang untuk membangun sebuah relasi melalui kemurahan hati yang
  4. Bermakna
  5. Dan pencapaiannya adalah sukacita