Saat Bencana Datang, Kenapa Lebih Memilih Mengambil Video daripada Membantu?

Oleh: Zuleikha Riviera Sumitro (2902605516)

Banyak orang Indonesia saat melihat ada kejadian bencana atau kecelakaan cenderung lebih dulu merekam dengan ponsel daripada langsung membantu, dan ini merupakan fenomena yang sudah sering terlihat. Kebiasaan ini sebenarnya memiliki beberapa alasan yang mendasar dan berkaitan dengan kondisi psikologis, sosial, dan perkembangan teknologi di masyarakat.

Alasan Psikologis dan Bystander Effect

Salah satu faktor utama yang menyebabkan orang lebih memilih merekam daripada membantu adalah fenomena psikologis yang dikenal sebagai bystander effect. Ketika banyak orang menyaksikan suatu kejadian darurat, individu biasanya merasa bahwa seseorang dari kerumunan tersebut akan bertindak. Akibatnya, setiap individu merasa tidak bertanggung jawab secara pribadi untuk langsung menolong korban. Selain itu, dalam situasi genting, otak manusia mengalami respon fight or flight yang membuat seseorang cenderung mengutamakan keselamatan diri sendiri dan bisa jadi ragu untuk bertindak langsung, terutama jika tidak yakin dengan langkah pertolongan yang benar. Ketakutan salah bertindak atau malah membahayakan korban juga sering jadi penghambat untuk segera membantu.​

Peran Media Sosial dan Digitalisasi

Penggunaan ponsel yang sudah menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari juga berkontribusi pada perilaku ini. Saat kejadian bencana atau kecelakaan terlihat, ada dorongan kuat dari insting sosial untuk merekam dan membagikan momen tersebut di media sosial. Motivasi ini kadang karena ingin menjadi yang pertama atau yang mendapat perhatian dari orang lain, yang akhirnya membuat orang lebih sibuk mendokumentasikan ketimbang langsung turun tangan memberi pertolongan. Fitur seperti live streaming juga mendorong seseorang untuk mengambil rekaman secara langsung, yang lebih menonjolkan peran sebagai penonton digital. Keinginan ini berkaitan dengan kehendak untuk ikut berpartisipasi dalam “jurnalisme warga” atau sekadar berbagi informasi dengan cepat ke orang lain.​

Kurangnya Edukasi Pertolongan Pertama

Salah satu penyebab lain adalah kurangnya pengetahuan dan edukasi yang cukup tentang bagaimana memberikan pertolongan pertama yang tepat. Banyak orang merasa takut salah langkah sehingga lebih memilih tidak melakukan tindakan yang bisa berakibat negatif bagi korban. Kondisi ini membuat mereka lebih memilih menjadi penonton pasif sambil merekam kejadian daripada mengambil risiko berbuat salah. Padahal, jika masyarakat lebih banyak mendapatkan edukasi dasar tentang pertolongan pertama, sikap dan keberanian untuk menolong bisa meningkat signifikan.​

Dampak Sosial dan Budaya

Meskipun ada kecenderungan untuk merekam dulu, semangat gotong royong dan solidaritas tetap menjadi nilai budaya yang kuat di masyarakat Indonesia. Pentingnya kesadaran kolektif untuk lebih peka dan cepat bertindak saat ada orang dalam kesulitan harus terus dibangun. Meningkatkan kesadaran ini bisa dengan cara mengingatkan bahwa merekam tidak salah, tetapi bantuan nyata jauh lebih penting. Ini juga mengembalikan peran budaya lokal yang menekankan kerja bersama dan membantu sesama dalam kondisi sulit sebagai bagian dari identitas sosial.​

Kalau kamu melihat kejadian seperti itu, akan lebih baik jika merekam saja setelah melakukan tindakan pertolongan atau meminta bantuan, jangan sampai hanya menjadi penonton digital. Peran aktif dengan membantu langsung adalah wujud nyata kepedulian yang membawa perubahan besar dalam situasi darurat.

Yustinus Suhardi Ruman