Pengaruh Beauty Standard K-Pop terhadap Citra Diri Remaja Indonesia

Oleh : Luna Aurelia Azzahra               

Belakangan ini musik KPOP menjadi salah satu genre music yang banyak di minati oleh kalangan anak muda, salah satu magnet terkuat dari Korean Wave adalah visual para idolanya. Begitu idol-idol ini tampil di panggung atau di drama, mereka langsung menetapkan patokan baru: kulit harus glass skin (bening seperti kaca), wajah harus terlihat kecil (V-line), dan fashion harus selalu on point.

Standar kecantikan yang dipromosikan K-Pop yang sering kita sebut KBeauty Standard menyebar begitu cepat di kalangan remaja Indonesia, terutama anak SMA. mengapa cepat? Karena kita ada di usia di mana kita sedang gencar-gencarnya mencari panutan dan membentuk identitas. Media sosial dan platform video membuat kita terpapar visual ini 24/7.

Dulu, mungkin kita cukup pakai sunscreen, bedak tabur dan lipstik saat ke sekolah tapi sekarang, ceritanya sudah berbeda. Standar K-Pop mendorong remaja untuk lebih dari sekadar berdandan standar K-Pop lebih mengarah tentang perawatan diri yang intensif.

Berikut Adalah beberapa hal yang mulai berubah karena Sebagian besar remaja perempuan Indonesia meniru atau mempelajarinya dari dari beberapa idola Kpop.

  1. Pentingnya Skincare: Dulu sunscreen atau tabir surya mungkin dianggap ribet, sekarang jadi must-have demi menghindari kulit kusam. Banyak remaja yang mulai invest pada rutinitas skincare 5 sampai 10 langkah ala Korea.
  2. Apresiasi Detail: Tidak hanya kulit, detail lain juga diperhatikan, seperti alis lurus berwarna cokelat ala Korea sebelumnya para remaja Indonesia lebih menggemari alis hitam tebal ala orang Arab , lip tint untuk efek natural, atau eyeliner tipis yang membuat mata terlihat lebih besar dan innocent.

Perilaku meniru idola ini wajar, dan sisi positifnya, kita jadi lebih sadar akan kesehatan dan kebersihan kulit. Kita termotivasi untuk menjaga diri lebih baik.

Ketika Standar Jadi Beban: Munculnya Insecure

Namun, tidak semua pengaruh K-Pop Beauty Standard ini positif. Ketika kita membandingkan diri kita yang memiliki genetik dan serta tinggal di lingkungan yang memiliki iklim berbeda dengan idola yang sudah melalui training bertahun-tahun dan kadang didukung professional make-up dan editing, kita seringkali merasa kurang.

Di sinilah muncul rasa insecure. Tekanan untuk memiliki kulit seputih idola atau wajah setirus dan sebersih bias kita bisa memicu kecemasan. Parahnya, media sosial memperparah ini. Setiap hari kita melihat teman-teman kita berusaha meniru standar tersebut, membuat kita merasa wajib untuk ikut mengejar “kesempurnaan” yang seringkali tidak realistis.

Kesimpulan: Cantik Adalah Self-Acceptance

Fenomena K-Pop Beauty Standard jelas mengubah cara anak SMA Indonesia memandang kecantikan dan ketampanan. Ini bukan sekadar tren kosmetik, tapi sebuah kekuatan sosial-ekonomi yang memengaruhi self-esteem kita.

Penting bagi kita sebagai remaja untuk pintar-pintar memilah. Ambil inspirasi untuk hidup sehat dan merawat diri, tetapi jangan biarkan standar yang tidak realistis merusak citra diri kita. Ingatlah, cantik sejati itu dimulai dari menerima dan mencintai keunikan diri sendiri, bukan hanya meniru apa yang ada di layar kaca.

Refrensi

https://www.kompasiana.com/amp/sandramoon/63b435b708a8b52b0242e652/dampak-korean-wave-pada-standar-kecantikan-wanita-indonesia

https://m.kumparan.com/amp/wirapsari/pengaruh-korean-wave-terhadap-tren-kecantikan-di-indonesia-1zY6XkMtQcH

Yustinus Suhardi Ruman