Fenomena Overthinking dalam Kehidupan Remaja Masa Kini

Oleh: Natashya Grabella

Fenomena overthinking atau kecenderungan untuk berpikir secara berlebihan semakin sering ditemukan dalam kehidupan remaja masa kini. Istilah overthinking merujuk pada kebiasaan memikirkan suatu hal secara berulang-ulang, bahkan setelah persoalan tersebut tidak lagi memerlukan perhatian. Kondisi ini kerap muncul akibat tekanan akademik, pergaulan sosial, serta perkembangan teknologi yang membuat remaja terus-menerus terpapar informasi. Salah satu penyebab utama overthinking adalah tuntutan untuk selalu tampil sempurna. Remaja sering merasa harus memenuhi ekspektasi orang tua, guru, dan teman sebaya. Media sosial juga berperan besar dalam membentuk perbandingan tidak sehat, karena remaja mudah membandingkan diri mereka dengan orang lain yang terlihat lebih berhasil atau lebih bahagia. Akibatnya, mereka terjebak dalam kecemasan dan keraguan terhadap kemampuan diri sendiri.

Fenomena overthinking berdampak pada berbagai aspek kehidupan. Dalam bidang akademik, remaja mungkin mengalami kesulitan berkonsentrasi karena pikirannya dipenuhi kekhawatiran yang tidak perlu. Dalam kehidupan sosial, mereka menjadi lebih sensitif dan takut mengambil keputusan, sehingga hubungan pertemanan dapat terganggu. Jika dibiarkan, overthinking dapat menurunkan kepercayaan diri dan memengaruhi kesehatan mental secara keseluruhan. Untuk mengatasi overthinking, remaja perlu belajar mengelola pikiran dan emosi secara lebih sehat. Salah satu langkah yang dapat dilakukan adalah membatasi penggunaan media sosial, terutama ketika merasa tertekan oleh perbandingan sosial. Selain itu, menerapkan teknik pernapasan, menuliskan kekhawatiran, atau berbicara dengan orang yang dipercaya dapat membantu meredakan beban pikiran. Dukungan lingkungan keluarga dan sekolah juga berperan penting dalam menciptakan suasana yang aman dan nyaman bagi remaja.

Remaja juga perlu menyadari pentingnya mengembangkan kebiasaan hidup sehat untuk membantu mengurangi overthinking. Aktivitas seperti berolahraga secara teratur, menjaga pola tidur, serta mengatur waktu istirahat dapat membantu menenangkan pikiran. Dengan tubuh yang lebih bugar dan ritme hidup yang lebih teratur, remaja cenderung lebih mampu mengendalikan stres yang menjadi pemicu overthinking. Selain itu, memiliki hobi yang positif dapat menjadi sarana penyaluran emosi dan energi, sehingga pikiran tidak terus-menerus terfokus pada hal yang membuat cemas. Fenomena overthinking merupakan tantangan nyata yang dihadapi remaja masa kini.

Dengan kesadaran dan pendampingan yang tepat, remaja dapat belajar menghadapi tekanan hidup dengan lebih bijak serta membangun kesehatan mental yang lebih stabil. Selain upaya-upaya tersebut, penting pula bagi remaja untuk membangun pola pikir yang lebih realistis dan penuh penerimaan diri. Kesadaran bahwa tidak semua hal dapat dikendalikan akan membantu mereka melepas tekanan yang tidak perlu. Remaja juga perlu belajar menerima bahwa kegagalan merupakan bagian dari proses tumbuh dan berkembang, bukan sesuatu yang harus ditakuti secara berlebihan. Dengan menumbuhkan pola pikir yang lebih fleksibel, remaja akan lebih mudah menghadapi perubahan dan tantangan tanpa terjebak dalam lingkaran pikiran negatif yang melelahkan. Sikap ini pada akhirnya dapat memperkuat ketahanan mental serta membantu mereka menjalani kehidupan dengan lebih tenang dan percaya diri.

Sumber Bacaan:

https://ejournal.unesa.ac.id/index.php/jurnal-bk-unesa/article/view/61834/47201

https://journal.ikadi.or.id/index.php/alwasathiyah/article/view/147

Yustinus Suhardi Ruman