Adat Bajapuik di Pariaman, Sumatera Barat
Oleh: Muhammad Wahyu Abdes
Adat Bajapuik, ya, ini adalah budaya dari tanah kelahiran saya sendiri. Adat ini merupakan salah satu tradisi khas masyarakat Pariaman, Sumatera Barat, yang hingga kini masih dijaga sebagai bagian penting dari identitas budaya Minangkabau, khususnya di wilayah pesisir. Tradisi ini bukan sekadar ritual seremonial menjelang pernikahan, tetapi juga mencerminkan nilai sosial, budaya, serta tanggung jawab bersama antara dua keluarga besar. Dalam adat ini, pihak keluarga perempuan memberikan sejumlah uang atau harta tertentu kepada pihak laki-laki sebagai bentuk penghargaan, penghormatan, dan simbol keseriusan untuk memasuki ikatan pernikahan. Praktik tersebut dikenal sebagai uang japuik atau uang jemput, karena secara kultural menggambarkan proses “menjemput” calon mempelai laki-laki agar dapat bergabung ke dalam lingkungan keluarga perempuan.
Secara historis, adat Bajapuik hidup dan berkembang dari sistem kekerabatan matrilineal yang dianut masyarakat Minangkabau. Dalam sistem ini, garis keturunan ditarik dari pihak ibu sehingga perempuan memegang peranan penting dalam struktur sosial dan pengelolaan harta pusaka. Karena itu, ketika seorang laki-laki menikah, ia dianggap masuk ke dalam keluarga perempuan, sehingga proses penjemputan tersebut menjadi simbol kesiapan pihak perempuan menanggung berbagai tanggung jawab, baik dari segi sosial, budaya, maupun ekonomi dalam kehidupan rumah tangga baru.
Meski demikian, adat Bajapuik sering kali disalahpahami oleh orang di luar budaya Minangkabau. Tidak sedikit yang mengira bahwa tradisi ini identik dengan “membeli” laki-laki. Padahal, pada hakikatnya, uang japuik adalah bentuk penghormatan, tanda kesepakatan, serta wujud komitmen antara kedua keluarga. Besaran uang yang diberikan bersifat fleksibel, disesuaikan dengan kemampuan ekonomi keluarga perempuan dan mempertimbangkan status sosial calon mempelai laki-laki. Bahkan, dalam banyak kasus, pihak keluarga laki-laki memberikan balasan berupa uang hilang atau bentuk penghargaan lainnya sebagai tanda saling menghormati dan menjaga keseimbangan hubungan kekeluargaan.
Seiring perubahan zaman, adat Bajapuik terus mengalami penyesuaian. Banyak keluarga kini menjalankannya dengan lebih longgar, tidak lagi sebagai kewajiban kaku, tetapi sebagai tradisi budaya yang tetap dilestarikan dengan cara yang lebih rasional. Tujuan utamanya tetap sama, yaitu mempererat hubungan antarkeluarga, menjaga keharmonisan sosial, serta mencerminkan nilai gotong royong, saling menghormati, dan keseimbangan peran laki-laki dan perempuan dalam masyarakat Pariaman.