Re-thinking Pancasila Pasca 25 Tahun Reformasi: Sebuah Buku Kolaboratif dari 63 Kampus Indonesia
Oleh: Dr. Frederikus Fios, Dr. Audra Jovani, Dr. Reni Suwarso
Di tengah derasnya arus perubahan politik, sosial, dan budaya pasca 25 tahun Reformasi, sekelompok akademisi, praktisi, dan pegiat kebangsaan dari berbagai penjuru tanah air berkumpul dalam sebuah ikhtiar intelektual: merumuskan kembali relevansi dan aktualisasi Pancasila dalam kehidupan berbangsa di tengah arus perubahan zaman. Hasilnya, lahirlah sebuah buku “Telaah 25 Tahun Implementasi Pancasila di Era Reformasi: Buku Tiga” yang berkarakter multidisipliner, yang tidak hanya menyuguhkan ketajaman analisis, tetapi juga menghadirkan suatu refleksi kontekstual mendalam tentang perjalanan kebangsaan Indonesia dari waktu ke waktu sepanjang sejarah Indonesia.
Buku yang ditulis oleh 15 penulis dari 14 institusi berbeda ini menjadi penanda bahwa Pancasila bukan sekadar dokumen historis, melainkan living values yang terus diuji dalam dinamika ketatanegaraan, desentralisasi, etika politik, hingga tantangan pluralisme dan multikulturalisme Indonesia.
Mengapa Buku Ini Hadir?
Motivasi utama buku ini sederhana, namun sangat mendesak untuk bangsa ini: menambah wawasan publik tentang dinamika kebangsaan Indonesia serta menjawab isu-isu kontemporer menyangkut masa depan negara.
Amandemen konstitusi, perdebatan otonomi daerah, krisis etika politik, toleransi dan moderasi beragama, kesetaraan gender, mekanisme pemilihan presiden, hingga peran kaum muda menjaga NKRI—semua menjadi ruang diskusi yang dibedah dari perspektif hukum, sosial, budaya, pendidikan, politik, filsafat, hingga etika terapan.
Melalui pendekatan akademik yang komprehensif, para penulis mau menghidupkan kembali api kesadaran kebangsaan bahwa Pancasila adalah kekuatan pemersatu, kompas moral, sekaligus modal sosial yang sangat penting dan tetap relevan untuk Indonesia masa kini dan masa depan dalam pusaran sejarah.
Tujuan: Mengantar Pembaca pada Kesadaran Baru tentang Kebangsaan
Buku ini disusun bukan hanya sebagai referensi ilmiah, tetapi juga sebagai medium refleksi bagi berbagai kalangan: mahasiswa, akademisi, kaum muda, pendidik, praktisi profesional, politisi, hingga masyarakat umum yang peduli pada Pancasila dan isu-isu sosial kebangsaan kita.
Para penulis berharap, pembaca dapat melihat ulang Pancasila dalam konteks hari ini—bukan sebagai jargon, melainkan sebagai nilai-nilai yang bisa diaktualisasikan di ruang kerja, ruang pendidikan, kehidupan sosial, maupun ranah kebijakan publik. Sebuah ajakan menuju “Indonesia Emas” yang berlandaskan etika, persatuan, perdamaian dan keadilan.
Keunikan: Hasil Perjumpaan Banyak Kepala, Banyak Disiplin
Yang membuat buku ini berbeda adalah proses dan keragaman perspektif yang melandasinya. Para penulis berasal dari berbagai kampus dan lembaga, dan penyusunan naskah dilakukan melalui rangkaian diskusi intensif—baik onsite maupun online—yang diselenggarakan bersama FOKO, UI, UGM, UPB, Undana Kupang, Unsrat Manado, Binus, dan puluhan kampus serta elemen masyarakat lainnya.
Dalam sebuah lanskap intelektual yang sering terkotak-kotak, buku ini menempuh jalur sebaliknya: menggabungkan retorika, hukum, filsafat, psikologi, pendidikan, dan politik dalam satu panggung diskusi Pancasila yang kaya dan bernas. Hasilnya, lahir sebuah karya multidisiplin yang jarang ditemukan pada kajian serupa di republik ini. Buku ini berbeda karena biasanya buku Pancasila lain ditulis secara perorangan atau oleh lembaga. Tapi buku ini multiperspektif dan multidisiplin dan ditulis oleh berbagai institusi di republik ini, dapat dikatakan mewakili bangsa Indonesia kita.
Isi Buku: 14 Bab, 14 Sudut Pandang Indonesia
Ditulis oleh penulis yang tersebar dari Samarinda sampai Jakarta, dari Gorontalo sampai Manado, dari Yogyakarta hingga Pontianak, buku ini memuat 14 bab yang disusun dalam format ilmiah—lengkap dengan abstrak, kata kunci, pendahuluan, pembahasan, hingga referensi—namun tetap mengalir dan mudah dipahami oleh para pembaca.
Keempat belas bab tersebut dihiasi pemikiran tokoh dari berbagai latar: akademisi, peneliti, praktisi, hingga purnawirawan TNI–POLRI yang membawa pengalaman akademik dan lapangan dalam menelaah isu-isu kebangsaan. Perpaduan latar inilah yang memperkaya cara pandang pembaca.
Peran Para Kontributor: Sebuah Gerakan Bersama
Penerbitan buku ini oleh Binus Publishing terasa seperti kerja kolektif, bukan sekadar proyek akademik biasa. Editor hanya bertindak sebagai fasilitator, memberi ruang kepada setiap penulis untuk menyampaikan gagasannya tanpa kehilangan substansi. Di balik layar, dukungan mengalir dari FOKO, 63 kampus Indonesia, Binus Publishing, Character Building Development Center/CBDC BINUS, dosen, mahasiswa, serta berbagai pihak yang terlibat sejak awal patut kita hargai bersama.
Upaya bersama ini menjadi bukti bahwa diskursus kebangsaan bukan hanya milik eksklusif lembaga tertentu, tetapi milik inklusif semua elemen anak bangsa.
Harapan: Menyalakan Obor Diskusi Kebangsaan
Para penyusun berharap buku ini tidak berhenti sebagai dokumen akademik saja, melainkan menjadi suatu pemantik percakapan baru tentang Pancasila di ruang-ruang publik di mana saja kita berada, hidup dan berkarya.
Para penulis mengajak pembaca—baik yang hadir dalam peluncuran buku hari ini maupun yang membacanya kelak—untuk berdialog, mengkritisi, dan mengembangkan gagasan yang sudah ada. Bahkan, bukan mustahil jika buku ini menjadi inspirasi bagi lahirnya karya-karya Pancasila berikutnya yang lebih segar, lebih relevan, dan lebih kontekstual.
Di tengah tantangan kebangsaan yang semakin kompleks, buku ini hadir sebagai pengingat bahwa nilai-nilai fundamental Indonesia selalu dapat digali kembali—asal ada kemauan untuk membaca, berdiskusi, dan bergerak bersama. Selamat untuk penerbit, editor, penulis, dan kita semua.