Kenapa Rasa Malas Menghantam Kita?
Oleh: Rahayu Dwi Aprianti (2902627555)
Rasa malas sangat sering terjadi diberbagai kalangan bagaikan penyakit yang tidak melihat umur. Bagi saya pribadi rasa malas masih menjadi salah satu musuh terbesar saya untuk melakukan aktifitas keseharian. Tetapi kemudian saya memiliki pertanyaan yang sering muncul di dalam otak saya seperti bagaimana jika rasa malas adalah kebiasaan berpikir mengenai banyaknya proses yang harus dilakukan bukan berpikir mengenai hasil yang diakibatkan? Jika memang rasa malas yang diakibatkan karena cara kerja otak kita yang selalu berpikir mengenai prosesnya, bagaimana jika kita ubah cara berpikir itu dengan lebih memikirkan hasil yang akan didapatkan?
Saya dapat memberikan contoh yang mungkin sering dijumpai oleh para pelajar seperti menunda-nunda tugas yang diakibatkan oleh otak mereka yang secara otomatis berpikir mengenai banyaknya hal yang harus dilakukan untuk menyelesaikan tugas tersebut dibandingkan dengan hasil akhir seperti rasa melegakan, dan rasa yang tidak dibebani oleh tugas ketika menyelesaikan tugas tersebut lebih cepat.
Otak manusia memang sudah dibentuk untuk menolak rasa terbebani. Secara logika, semua orang pasti ingin merasakan senang dan dalam kasus ini otak kita meresponnya dengan menunda tugas karena otak merasakan tekanan saat dipaksa untuk melakukan banyak hal yang berakhir otak akan meresponnya dengan melakukan kegiatan lain yang disenangi seperti bermain permainan pada gawai atau melakukan kegiatan lainnya.
Kemudian muncul pertanyaan lanjutan, apakah orang yang melakukan kebiasaan berpikir mengenai manfaat yang didapatkan daripada berpikir apa yang harus dilakukan termasuk orang yang ambisius? Menurut saya pribadi orang yang ambisius sudah pasti orang yang lebih memikirkan manfaat yang didapatkan dan akan berusaha sekeras mungkin untuk mendapatkan hasil akhir tersebut tetapi orang yang memiliki kebiasaan berpikir kepada manfaat atau hasil yang didapatkan belum tentu mereka adalah orang yang ambisius.
Salah satu alasan saya menjawab hal pertanyaan di atas karena perbedaan motivasi dari kedua tipe tersebut. Orang yang ambisius bisa menjadi orang yang ambisius yang sehat atau orang ambisius yang tidak sehat. Ambisius yang tidak sehat melakukan hal -hal seperti memaksakan diri, melakukan segala cara untuk mendapatkan hasilnya, dan menaruh 100% dari kekuatannya dengan cara yang tidak baik. Ambisius yang sehat lebih melakukan cara yang lebih realistis, pekerja keras yang tetap memikirkan aspek lain, dan pastinya memilki motivasi atau visi yang kuat tetapi orang yang hanya berpikir mengenai hasil atau manfaat yang didapat cenderung hanya mendapatkan dopamin yang cukup untuk melakukan suatu hal dan bisa saja tidak menaruh 100% kekuatannya untuk menyelesaikan tugas.
Referensi: https://www.youtube.com/live/y5ZkIDUuHAM?si=io_tX5vnHDonFYTb