Apresiasi Rendah Terhadap Seni

Oleh: Reyvanka Abriel Zasqie

Seni merupakan hal yang abstrak dan penuh dengan banyak segi. Menurut James Murko, seni adalah penjelasan rasa indah yang berada di dalam jiwa manusia, dan dapat dilahirkan melalui perantaran alat komunikasi yang dapat dianggap oleh indra pendengar, penglihatan, atau gerak. Seni memiliki banyak jenis, beberapa dari jenis tersebut menjadi hal yang berada di kehidupan sehari hari manusia. Karena terbiasanya hal tersebut berada di kehidupan manusia, sering kali mereka tidak menyadarinya.

Seni tidak banyak diperdalami oleh orang pada umumnya, karena seni merupakan hal yang tidak dianggap berhubungan dengan kehidupan sehari hari. Banyak yang telah berpandangan bahwa seni adalah sebatas sebuah hobi ataupun hiburan semata. Orang pada umumnya melihat seni sebagai hal yang tidak bersifat primer, melainkan tersier. Sering sekali seni dianggap tidak dapat diakses dengan mudah, tidak semua orang memiliki keuntungan untuk mempunyai waktu mengapresiasikan seni, khususnya seni dua dimensi seperti sebuah lukisan di pameran.

Dalam kehidupan manusia sehari-hari, tanpa disadari, selalu ada seni. Film yang baru saja ditayangi minggu kemarin, logo makanan kesukaan, bentuk mobil atau rumah impian, bahkan perangkat elektronik yang digunakan merupakan karya seseorang yang termasuk seni. Seni merupakan bagian dari kehidupan sehari hari manusia, seerat itu bahkan mereka sendiri tidak menyadarinya.

Bakat adalah kata yang selalu disebutkan jika adanya sebuah seni, bukan skill. Masyarakat jarang sekali mengetahui bahwa seni sangat ketergantungan kepada kemampuan yang harus didirikan dengan waktu yang sangat lama. Latihan teori dan praktik yang harus dilakukan dengan sekaligus, seni dua dimensi membutuhkan latihan motorik. Jika seseorang melakukan latihan teori sebanyak mungkin tanpa latihan motorik, skill tersebut tidak akan berkembang, ini dapat berlaku juga untuk sebaliknya. Pelatihan seni membutuhkan banyak banting tulang, bahkan motivasi dan kreatifitas merupakan hal yang dapat hilang dalam jangka waktu tertentu, maka kelelahan fisik dan mental ialah hal yang sering ditemukan dalam proses meningkatkan kemampuan ini.

Minimnya apresiasi terhadap seni juga dapat dilihat dari perkembangannya Artificial Intelligent (AI). Berjuta-jutaan karya seni dapat diambil, tanpa izin pembuatnya, untuk melatih AI. AI ini kemudain digunakan untuk “menciptakan” karya baru menggunakan data data yang telah diambil tersebut. Hal tersebut dianggap hasil dari pencurian berjuta-jutaan seniman yang sudah bekerja keras untuk karyanya. Kemampuan AI untuk generate sebuah karya dua dimensi secara digital membuat masyarakat berfikir bahwa seni tidak membutuhkan banyak usaha, karena dengan hanya sebuah prompt, bisa tercipta sebuah “karya”. Tidak sedikit yang berargumen bahwa AI membuat seni lebih gampang diakses, padahal seni dapat dibuat dari hal yang sangat sederharna dan gampang sekali diakses seperti pensil dan kertas.

Berdasarkan artikel How Will Sense of Values and Preference Change during Art Appreciation?, apresiasi seni sangat dipengaruhi oleh pengetahuan dan pengalaman individu dalam menilai karya seni. Penelitian ini menunjukkan bahwa orang dengan pemahaman seni yang lebih tinggi cenderung lebih menghargai elemen internal karya, seperti teknik, komposisi, dan makna simbolis, sementara individu dengan pengetahuan rendah cenderung memberikan apresiasi yang lebih dangkal atau terbatas pada kesan visual semata. Hal ini menunjukkan bahwa seni sering kali kurang diapresiasi oleh masyarakat umum bukan karena nilainya rendah, melainkan karena kurangnya pemahaman atau kemampuan untuk menafsirkan dan menghargai aspek-aspek estetika yang lebih mendalam. Dapat dikatakan bahwa tingkat apresiasi seni berbanding lurus dengan kapasitas seseorang dalam membaca, menilai, dan merasakan nilai-nilai yang terkandung dalam karya seni itu sendiri, sehingga upaya pendidikan dan sosialisasi seni menjadi kunci untuk meningkatkan apresiasi publik terhadap seni. Salah satu faktor yang kuat dalam kurangnya apresiasi seni adalah pendidikan dan pengetahuan.

Refrensi:

Abe, Akinori dkk. (2020). How Will Sense of Values and Preference Change during Art Appreciation? Information, 11(6), 328. https://doi.org/10.3390/info11060328

Yustinus Suhardi Ruman