Melampaui Kotak

Oleh: Markus Kurniawan

Dalam cerpen Manusia dalam Kotak (The Man in a Case, 1898) karya Anton Chekhov (1860-1904) seorang penulis Rusia, dimunculkan tokoh bernama Belikov. Tokoh ini dikisahkan melalui tuturan tokoh Burkin, -seorang guru gymnasium- dalam dialognya dengan tokoh lain, Ivan Ivanich seorang dokter hewan. Belikov seorang tokoh yang hidup dalam sistem aturan dan kekhawatiran yang begitu kaku, seakan seluruh keberadaannya dibungkus dalam kotak: sepatu karet saat panas, payung saat langit cerah, dan pendiam dalam setiap percakapan. Ia takut pada dunia, tapi lebih dari itu — ia takut pada perjumpaan dan perubahan. Belikov manusia yang mencintai keteraturan yang dalam bahasa sehari hari kita jumpai dalam frasa, ”Sudah harusnya begitu, ikuti saja”. “Bagaimana kalau…”

Kotak, dalam konteks ini, bukan benda. Ia adalah metafora eksistensial. Ia adalah sistem nilai yang sangat mapan, perlindungan dari rasa sakit, bahkan tameng dari keharusan untuk peduli. Kotak adalah halangan bagi kemajuan, orang yang hidup dalamnya enggan berubah. Dan Chekhov mengkritiknya. Pada masa kini, sosok Belikov adalah sebuah alegori manusia post-modern yang menutup diri dari relasi, dari kemungkinan yang terbentang di hadapannya yangdapat datang dari Liyan (Yang Lain-The Other). Dalam kondisi inilah pemikiran Emmanuel Levinas (1906-1995) dan Bauman menjadi relevan.

Bagi Levinas, inti dari kemanusiaan adalah keterbukaan pada wajah yang lain. Wajah bukan sekadar tampilan fisik,mis: si Markus yang berkacamata, berbadan besar, dst, melainkan momen etis. Dalam tatapan wajah yang lain, saya tak bisa lagi sembunyi. Saya dipanggil -oleh sang wajah-  bukan untuk memahami, tapi untuk merespons (Ethics and Infinity: Conversations with Philippe Nemo,1985). Sosok Belikov menolak tatapan itu. Ketika cinta muncul lewat sosok Varenka, ia menarik diri. Ia lebih memilih kenyamanan kotaknya, lebih memilih kemandekan daripada keterbukaan.

Entah, apakah kita termasuk sebagai manusia kotak atau bukan, yang jelas Bauman, mengingatkan kita, bahwa hidup tanpa keterlibatan etis -menjawab panggilan dari ‘Yang Lain’- adalah hidup yang tidak bertanggungjawab (Zygmunt Bauman, Postmodern Ethics, 1993). Hidup bukanlah sekedar keadaan sebelum datangnya kematian, tapi kesempatan untuk menjalankan panggilan terhadap orang lain. Dalam wajah Varenka, Belikov seharusnya menemukan kehidupan. Tapi ia memilih nyaman mati di dalam kotak. Levinas dan Bauman, mengingatkan kita dengan suara lembut tapi tajam bahwa menjadi manusia berarti keluar dari kotak, kotak ketakutan, keegoisan, kepicikan, kecurigaan, singkatnya segala sesuatu yang menghambat kita mengalami kebebasan sebagai manusia untuk mengalami perjumpaan dengan manusia lainnya, yang terhadapnya kita juga dituntut bertanggungjawab.

Markus Kurniawan