Pancasila (masih) Rumah Kita?

Pada pidatonya tanggal 1 Juni 1945 dalam sidang BPUPKI, Bung Karno mengatakan, “Kita hendak mendirikan suatu negara ‘semua untuk semua’. Bukan buat satu orang,bukan buat satu golongan, baik golongan bangsawan, maupun golongan yang kaya, tetapi ‘semua buat semua’”. Dalam pidato tersebut Bung Karno juga mengatakan bahwa ”…bangsa Indonesia ialah seluruh manusia-manusia yang menurut geopolitik yang telah ditentukan oleh Allah swt tinggal di kesauannya semua pulau-pulau Indonesia dari ujung utara Sumatera sampai ke Irian! Seluruhnya!”. Bagi Bung Besar dan para pendiri negara ini Indonesia adalah untuk semua penduduknya. Itulah salah satu visi besar bangsa ini, tidak ada yang menguasai dan dikuasai semuanya memiliki hak dan kewajiban yang sama. Tidak ada diskriminasi, titik. Itu juga merupakan tanggungjawab bersama. Setelah 80 tahun merdeka apakah itu sudah terwujud?

Menurut saya masih jauh. Tindakan-tindakan intoleran masih tetap terjadi seperti pembubaran sebuah kegiatan rohani berupa retreat di sebuah vila, yang diikuti oleh anak-anak dan remaja Kristen (sekitar 36 orang) dari sebuah gereja di Tangerang Selatan, di serbu dan dibubarkan yang disertai dengan intimidasi oleh warga di desa Tangkil, Cidahu Sukabumi, Jawa Barat pada 27 Juni 2025. Alasannya karena tidak sesuai dengan perijinan tempat ibadah. (BBC News, 1 Juli 2025). BBC News juga memberitakan bahwa, Setara Institut mencatat bahwa sepanjang 2014-2024 telah terjadi 1.998 peristiwa dan 3.217 tindakan pelanggaran kebebasan beragama dan berkeyakinan. Dalam tahun 2014, ada 3 jenis pelanggaran yang sering terjadi, yaitu intoleransi oleh masyarakat (73 peristiwa); Tindakan diskriminatif oleh negara (50 peristiwa) dan gangguan tempat ibadah (42 peristiwa). Perspektif yang digunakan para penyerang tetap sama: Mayoritas- Minoritas.

Apakah di negara Pancasila ini untuk ibadah perlu ijin? Ini negara Pancasila yang berketuhanan. Tidak ada ijin untuk penggunaan suatu tempat sebagai rumah ibadah tidak sama artinya dengan melarang orang untuk beribadah. Dalam lirik lagunya yang berjudul, “Pancasila Rumah Kita”, (2011) Franky Sahilatua bersenandung merdu, “Pancasila rumah kita, Rumah untuk kita semua, Nilai dasar Indonesia, Rumah kita selamanya…Untuk semua cinta sesama, Untuk semua warna menyatu, Untuk semua bersambung rasa, Untuk semua saling membagi…” Sayang tidak semerdu realitanya yang sumbang, sesumbang makna upacara tiap hari kemerdekaan yang lebih bersifat intrik, biar dianggap nasionalis dan cinta negara.

Markus Kurniawan