Kepemimpinan Pancasila: Bung Hatta
Oleh: Markus Kurniawan
Saya mengagumi proklamator satu ini. Banyak hal positif yang ditulis dalam sejarah mengenai dirinya. Seorang puritan, tepat waktu, sederhana, jujur, bijaksana dan yang terpenting selalu berpihak pada rakyat. Bung Hatta, begitu biasa dipanggil. Salah satu sifatnya yang bijaksana dan tidak mementingkan kepentingan pribadi semata terlihat dalam sebuah peristiwa (yang sayangnya tidak ditulis dalam buku-buku sejarah formal) Ketika penandatanganan teks proklamasi, sesaat sebelum itu dibacakan pada 17 Agustus 1945,jam 10.00 WIB.
Si Bung mengingini agar teks proklamasi di tanda tangani oleh semua orang yang kala itu hadir dalam proses penyusunannya, alasannya bukan untuk dirinya, tapi untuk kebanggaan keturunan mereka yang ikut menandatangani teks tersebut. Namun usul tersebut tidak direspon oleh mereka yang hadir bahkan mereka menerima usul Sukarno agar yang menandatanganinya hanya Sukarno dan Hatta saja.
Dalam catatan pribadinya Hatta menulis, ”Aku merasa kecewa, karena kuharapkan mereka serta menandatangani suatu dokumen yang bersejarah, yang mengandung nama mereka untuk kebanggaan anak cucu di kemudian hari. Tapi apa yang akan dikata?” (Memoir, 1979,455). Tidak mementingkan diri sendiri dan selalu berpihak pada rakyat merupakan dua kualitas kepemimpinan yang di harapkan masyarakat. Masih adakah saat ini dinegara berpenduduk lebih dari 284 juta jiwa ini?
Keinginan masyarakat itu sederhana saja, yaitu pemimpin yang melayani masyarakat bukan yang memanipulasinya. Hanya dengan pemimpin yang mengayomi masyarakat, kesejahteraan dan keadilan sosial dapat di capai. Kepemimpinan Pancasila, begitu mungkin sebagian orang menyebutnya. Kepemimpinan Pancasila adalah kepemimpinan yang didasari dan digerakkan oleh lima prinsip dasar yang ada dalam Pancasila itu. Mohammad Hatta (1902-1980), salah satu contohnya. Selama 11 tahun menjadi wakil presiden pertama, selama itu pula republik ini berjalan sesuai dengan visi untuk mensejahterakan rakyatnya.
Kepergiannya menghadap sang Pencipta, pada 14 Maret 1980 (usia 77tahun) ditangisi oleh seluruh anak bangsa. Sekitar setahun kemudian (1981) musisi Iwan Fals, menulis lagu untuk menghormatinya. Lagu itu berjudul: Bung Hatta. Liriknya mengamini sifat si bung introvert, yang jujur dan bijaksana serta mengerti kehendak rakyat. Pada akhir lirik lagu itu Iwan Fals mewakili rakyat Indonesia yang merindukan hadirnya seorang pemimpin seperti bung Hatta. Saya cuplikkan disini: “..Jujur, lugu dan bijaksana, mengerti apa yang terlintas dalam jiwa rakyat Indonesia…Terbayang baktimu, terbayang jasamu, terbayang jelas jiwa sederhanamu. Bernisan bangga, berkafan doa, Dari kami yang merindukan orang sepertimu”. Semoga….