Pendidikan dari prespektif  K.H. Ahmad Dahlan

 Sumber picture: https://www.wikipedia.com

Oleh: Sigit Pandu C.S.Pd.,M.Pd 

Perjalanan sejarah pendidikan bangsa Indonesia pernah mengalami masa-masa sulit, terutama pada masa penjajahan Belanda. K.H. Ahmad Dahlan adalah salah satu tokoh pendidikan yang turut memperjuangkan nasib bangsa Indonesia dalam bidang pendidikannya. Siapakah sosok KH Ahmad Dahlan ini? Ahmad Dahlan memiliki nama kecil Muhammad Darwis. Ia adalah anak keempat dari tujuh bersaudara dan termasuk keturunan dari Mulana Malik Ibrahin yaitu adalah salah seorang terkemuka di antara para walisongo.

Pada tahun 1912, KH Ahmad Dahlan mendirikan sebuah organisasi bernama Muhammadiyah untuk melaksanakan cita-cita dari pembaruan Islam yang hadir di Nusantara. Ahmad Dahlan menginginkan ada pembaruan terhadap cara berpikir maupun beramal masyarakat, namun tetap sesuai dengan tuntunan agama Islam. Sampai tahun 2025 ini menurut beberapa sumber data aset organisasi yang didirikan KH Ahmad Dahlan sangatlah  besar , diperkirakan mencapai Rp400 triliun, yang terdiri dari masjid, lembaga pendidikan, rumah sakit, dan berbagai amal usaha lainnya. Aset ini menjadikan Muhammadiyah sebagai salah satu organisasi dengan aset terbesar di Indonesia, bahkan termasuk yang terkaya di dunia di antara organisasi keagamaan.

Berbicara tentang pendidikan, aktivitas pendidikan yang dilakukan oleh K.H. Ahmad Dahlan berangkat dari keprihatinan beliau atas kondisi masyarakat saat itu. Keprihatinan di bidang pendidikan yang mendorong K.H. Ahmad Dahlan untuk segera melakukan perubahan dalam bidang pendidikan. Kondisi masyarakat pribumi, yang sebagian besar masih dalam kemunduran, baik dari sisi intelektual maupun keagamaan, mendorongnya mendirikan Muhammadiyah sebagai basis perjuangannya dalam bidang pendidikan dan sosial kemasyarakatan.

Pendidikan, diyakini oleh K.H. Ahmad Dahlan sebagai salah satu cara efektif untuk memperbaiki akhlak dan perilaku setiap manusia, bahkan manusia yang paling jahat sekalipun, dapat diperbaiki dengan cara memberikannya pendidikan agama, serta pendidikan tentang perilaku yang baik. Salah satu tulisan beliau yang dimuat dalam Soeara Moehammadijah No.2 (1921:11), menyiratkan tentang ide diadakannya pendidikan di dalam tembok penjara. Penjara dalam pandangannya adalah tempat belajar bagi para nara pidana agar menjadi lebih baik perilakunya. Menurutnya penjara seharusnya dibuat tidak ubahnya seperti sebuah sekolah, tempat mendidik jiwa-jiwa yang tidak baik agar menjadi lebih baik perilaku dan akhlaknya ketika dia sudah keluar dan terjun kembali ke masyarakat.

Pendidikan Muhammadiyah yang mencerminkan ide atau pemikiran pendidikan K.H. Ahmad Dahlan bertujuan membentuk manusia muslim yang berakhlak mulia, cakap, percaya pada diri sendiri, dan berguna bagi masyarakat. Dalam rangka mengintegrasikan kedua sistem pendidikan tersebut (agama dan pengetahuan umum), K.H. Ahmad Dahlan melakukan dua tindakan sekaligus, yaitu mengajarkan agama di sekolah-sekolah pemerintah kolonial Belanda yang sekular, dan mendirikan sekolah sendiri yang mengajarkan agama dan pengetahuan umum bersama-sama.

K.H. Ahmad Dahlan telah menggagas sejak lama bahwa tujuan pendidikan yang utama itu adalah pengembangan akhlak, bukan sekedar pengumpulan pengetahuan atau ketrampilan seperti yang dilakukan dalam pendidikan yang diselenggarakan oleh pemerintah kolonial Belanda. Pendidikan yang diselenggarakan oleh K.H. Ahmad Dahlan tidak hanya bertujuan untuk mencerdaskan umat muslim secara intelektual saja, melainkan juga berupaya untuk mengembangkan kepribadiannya. Seorang muslim yang maju secara intelektual, sekaligus memahami dan memegang teguh ajaran agamanya, serta mengamalkan segala perintah agama merupakan tujuan akhir dari pendidikan yang diusahakannya. Tujuan pendidikan didambakan beliau adalah mencetak generasi muslim yang beriman, bertakwa, berakhlak mulia, cakap, percaya diri, berguna bagi masyarakat, bangsa, dan negara. Lebih jauh, pendidikan Muhammadiyah bertujuan mewujudkan masyarakat Islam yang sebenar-benarnya, dengan penekanan pada pembentukan kader yang unggul dan berkemajuan

Sumber: diambil dari beberapa sumber

Sigit Pandu Cahyono., S.Pd.,M.Pd