Urgensi Integritas dalam Dunia Digital

Oleh: Dr. Adie Erar Yusuf, M.Arts

Survei Digital Civility Index (DCI) yang mengukur tingkat kesopanan digital selama pandemi global, menunjukkan Indonesia menduduki peringkat terendah di kawasan Asia Tenggara. Di samping itu, dari total 32 negara yang disurvei, Indonesia menduduki peringkat bawah, yaitu urutan ke-29. Di Indonesia sendiri, ada 503 responden yang diberikan beberapa pertanyaan tentang adab berkomunikasi secara digital. Artinya tingkat kesopanan warganet di Indonesia tergolong rendah. Selama pandemi setahun terakhir, sebanyak 59 persen responden percaya bahwa orang-orang menjadi kurang toleran di internet, naik dari 54 persen di tahun 2020 (https://tekno.kompas.com/ ). Digitalisasi memberikan kemudahan dalam akses informasi dan komunikasi, tetapi juga memunculkan berbagai tantangan terutama dalam menjaga integritas. Salah satunya adalah tekanan untuk mengikuti arus informasi yang seringkali tidak terverifikasi. Penyebaran berita hoaks, misinformasi, dan propaganda di media sosial seringkali mempengaruhi opini publik tanpa mempedulikan kebenaran.  Artikel ini membahas bagaimana menjaga integritas dan kejujuran dalam menggunakan media sosial di era digital.

Media sosial seringkali menuntut individu untuk menunjukkan citra sempurna, yang kadang-kadang mendorong orang untuk berpura-pura atau berbohong demi mendapat pengakuan atau perhatian. Hal ini menciptakan ujian terhadap kejujuran dan keaslian diri. Seperti yang dikemukakan oleh Smith (2021), penggunaan media sosial yang berlebihan dapat menyebabkan individu merasa tertekan untuk membangun persona yang tidak sepenuhnya mencerminkan siapa mereka sebenarnya. Sherry Turkle (2021) menjelaskan bahwa media sosial dapat menjadi alat yang kuat untuk menyebarkan kebenaran dan nilai-nilai positif, tetapi juga dapat menjadi sumber godaan untuk menyebarkan informasi palsu atau manipulatif. Menjaga integritas di media sosial melibatkan berpikir dua kali sebelum membagikan konten, menghindari komentar yang merugikan, dan mempromosikan dialog yang konstruktif.

Dalam era digital saat ini, nilai-nilai integritas menjadi semakin penting mengingat banyaknya  penyebaran informasi palsu (hoax, hate speech) dan kurangnya empati dari netizen dalam interaksi online. Davidson (2022) menyatakan bahwa pengembangan karakter yang mencakup integritas dan tanggung jawab digital sangat diperlukan untuk menghadapi kompleksitas dunia saat ini. Salah satu tantangan terbesar dalam dunia digital adalah bagaimana menjaga kejujuran saat berbagi informasi di media sosial. Pengguna media sosial seringkali terjebak dalam godaan untuk memamerkan citra yang lebih baik dari kenyataan. Ini bisa mencakup memanipulasi foto, menyembunyikan kekurangan, atau bahkan memposting informasi yang tidak sepenuhnya akurat. Sebagai contoh, fenomena “fake news” di media sosial menjadi masalah besar yang tidak hanya merusak integritas individu, tetapi juga kepercayaan publik pada media dan sumber informasi lainnya (Khan, 2021). Meskipun banyak godaan untuk menyajikan informasi yang tidak akurat atau membangun pencitraan palsu, ada pula peluang besar untuk memperkuat reputasi dengan berbagi informasi yang kredibel dan transparan.

Untuk membangun reputasi yang kuat di dunia digital, seseorang perlu menunjukkan konsistensi antara “kata” dan “Tindakan”. Reputasi yang baik di dunia digital dibangun melalui integritas, transparansi, dan kejujuran dalam setiap interaksi online. Dalam menghadapi dunia digital yang penuh dengan tekanan dan godaan, menjaga integritas berarti tidak berkompromi dengan nilai-nilai dasar kejujuran, tanggung jawab, dan rasa hormat terhadap orang lain (Glover, 2021). Penting untuk memastikan bahwa segala informasi yang dibagikan di media sosial atau platform digital  sudah diverifikasi dengan baik. Keputusan untuk tidak menyebarkan informasi palsu atau menyesatkan merupakan tindakan penting dalam menjaga kredibilitas pribadi dan profesional di dunia digital. Untuk menjaga integritas dalam dunia digital, beberapa langkah berikut dapat diambil, yaitu pastikan setiap informasi yang di-share  atau di-comment telah di-cek secara akurat, hindari memanipulasi citra diri demi mendapatkan popularitas, jangan sebarkan informasi pribadi orang lain tanpa izin, gunakan media sosial untuk menyebarkan pesan positif.

Menjaga integritas di era digital merupakan tantangan besar, terutama dengan adanya tekanan dari media sosial dan informasi yang seringkali tidak terverifikasi. Untuk menghadapi tantangan ini, penting bagi individu untuk berpegang pada prinsip moral dan kejujuran, serta memverifikasi setiap informasi yang disampaikan. Membangun reputasi yang kuat di dunia digital membutuhkan transparansi, konsistensi, dan keberanian untuk tetap autentik.

Dr. Adie Erar Yusuf, S.Pd. M.A.