Sayonara: Benda Kesayangan
Oleh: Oki Hermawati
Awal tahun 2025 ada satu benda kesayangan yang harus kami jual yaitu sepeda motor. Usia sepeda motor ini sudah lima tahun dan seperti biasa, saya ada klausal untuk menjualnya. Motor ini memiliki bentuk yang unik yang membuat orang yang melihatnya menjadi bertanya-tanya perihal jenis motor kami. Pertama kalinya kami membeli motor dari Eropa setelah dua kali sebelumnya motor dari Asia. Perasaan awal senang memiliki motor dengan tipe yang unik, rupanya harus dibarengai dengan pengalaman diawal yang kurang menyenangkan.
Pertama kali motor ini datang ke rumah kami dalam situasi suami tiba-tiba sakit dan tidak dapat mengendarai motor dalam kurun waktu tertentu. Motor dari Eropa ini tinggi sehingga saya yang pendek tidak dapat memakainya juga. Motor ini sempat menganggur selama satu tahun pertama di garasi. Tahun kedua dan ketiga, motor ini jarang sekali digunakan karena waktu itu pandemi covid tiba sehingga aktivitas juga berkurang. Jarak tempuh motor ini hanya kami pakai dari rumah ke pasar atau toko atau rumah makan terdekat, selebihnya ia banyak istirahat di rumah. Motor ini pernah mogok satu kali karena jarang digunakan sehingga bermasalah di akinya. Tahun keempat, motor ini kembali ke esensi semula, ia mulai aktif dengan jarak tempuh yang semakin jauh dan bisa mencapai 20 kilo meter sekali jalan. Tahun kelima, motor ini sepenuhnya sudah menjadi motor aktif dengan aktivitas normal perjalanan jarak jauh.
Tahun kelima maka tibalah untuk berkata sayonara kepada motor Eropa ini. Motor ini diperkenalkan oleh seorang teman pencinta motor unik. Motor ini dibeli di pameran dengan cara khusus sehingga secara harga dialah yang terbaik. Motor ini memiliki bagasi luas 36-liter dan seorang teman yang kami kunjungi mengatakan bayi pun muat dibagasinya. Bagasi yang luas menjadi salah satu alasan kami menyayanginya karena dua helm atau jas hujan atau banyak barang belanjaan muat didalamnya. Dia telah menjadi motor kesayangan karena memiliki kenangan didalamnya. Ia menorehkan banyak kenangan duka dan suka bersama dengan pengendaranya. Tahun ini kami harus berpisah dengannya dan baru kali ini secara hati kami merasa berat melepasnnya. Tetapi sayonara tetaplah sayonara, kami harus merelakannya. Setiap kita memiliki benda kesayangan dan berubah menjadi benda kenangan. Benda itu bukan sekedar “benda” bagi kita karena unsur kenangan didalamnya. Selama benda itu bersama kita, rawatlah dengan penuh cinta sehingga ketika suatu kali kita harus melepaskannya, ia pun dalam keadaan yang tetap baik-baik saja. Adakah benda kesayangan yang kalian miliki? Menjadi kenangankah benda itu? Sudah tibakah saatnya mengucapkan sayonara? Jika iya, relakanlah!