Menanam Benih Harapan : Perjuangan Girijaya Melawan Kekurangan Gizi

 Oleh:  Ivan Cornelius Saputra | 2702363443 | PPTI 17

Terlalu banyak anak-anak di desa Girijaya menderita berbagai kondisi kelainan dan penyakit. Ini mempengaruhi balita hingga remaja, dan diduga penyebab utamanya adalah kekurangan gizi. Salah satu kasus parah melibatkan seorang anak laki-laki berusia dua belas tahun, Ujang, yang telah berjuang melawan kekurangan gizi dan sayangnya ia kalah dalam perjuangannya. Kematiannya menjadi pusat perhatian publik. “Harusnya, kita berobat jalan, tapi teh kuhama atuh, kalau mengandalkan uang yang dipakai untuk kebutuhan sehari-hari, tidak akan cukup uangnya”, ucap Eneung selaku Ibu Ujang sambil menangis mengingat kepergian anaknya.

Sangat sulit untuk membantu para penduduk desa karena mereka terlalu malu untuk membagikan kondisi anak-anak mereka. Hanya sedikit yang bersedia terbuka dan menerima dukungan dari orang lain. Salah satu keluarga yang bersedia terbuka adalah ibu Putri, yang memiliki seorang gadis berusia dua setengah tahun yang tiba-tiba menjadi lumpuh dari leher ke bawah pada usia enam bulan. Dia tidak bisa mengangkat kepalanya dan kakinya lumpuh. “Ibu teh ingin Putri sehat. Putri udah dua setengah tahun tapi belum bisa berjalan”, ujar tangis harapan dari Anik, Ibu Putri.

Giri Jaya adalah sebuah desa kecil di Sukabumi, Jawa Barat, Indonesia. Penduduk desa sebagian besar adalah pekerja buruh yang berjumlah 2.157 orang yang menghasilkan kurang dari Rp50.000,- per hari. Masalah kesehatan yang dihadapi desa ini bukan hanya disebabkan oleh tingkat pendapatan yang rendah, tetapi yang lebih penting adalah karena mereka kurang menyadari dan memahami gizi dasar. Ironisnya, mereka dikelilingi oleh ratusan lahan pertanian yang tidak terpakai yang dapat memberikan hasil yang bermanfaat.

Untuk membantu penduduk desa, kita dapat mengembangkan program terintegrasi yang dilakukan secara simultan. Program ini dimulai dengan pengetahuan dasar tentang gizi dan pentingnya dalam pertumbuhan anak. Untuk memenuhi kebutuhan gizi mereka, kita dapat mendorong mereka untuk mengolah 800 meter persegi lahan yang tidak terpakai dan halaman belakang mereka sebagai sumber makanan baru. Kita menyediakan benih berkualitas dari berbagai tanaman yang akan menjadi sumber protein, vitamin, dan mineral mereka. Ini akan membuat mereka menyadari bahwa semua kebutuhan gizi yang diperlukan sebenarnya ada dalam jangkauan mereka.

Kita juga harus membantu anak-anak, salah satunya Putri untuk mencari perawatan yang tepat untuk penyakit mereka. Mobil pick up adalah satu-satunya transportasi yang digunakan penduduk desa untuk mencari perhatian medis. Mereka harus berangkat pagi-pagi sebelum fajar dan berbagi ruang dengan barang-barang lainnya. Ini tentunya akan menjadi perjalanan yang panjang dan melelahkan.

Setelah melihat penduduk desa melewati semua kesulitan itu untuk mendapatkan perawatan, kita dapat meningkatkan fasilitas kesehatan lokal mereka agar mereka dapat melakukan pemeriksaan kesehatan secara teratur dan agar anak-anak dapat aktif secara fisik. Kita dapat membangun taman bermain untuk mereka.

Semua upaya ini yang akan dilakukan dalam beberapa bulan kelak membuahkan hasil. Benih yang kita tanam kian tumbuh, lahan yang dulunya tandus akan menjadi lahan pertanian yang hijau dan subur. Kita senang melihat bahwa benih ini tidak hanya akan memberikan mereka vegetasi yang bergizi, tetapi juga merupakan benih harapan yang ditinggalkan untuk penduduk desa dan anak-anak mereka. Dengan menanam benih harapan, akan memanen masa depan yang lebih baik. Biarkan anak-anak berkembang menjadi harta yang berharga dan memandu generasi berikutnya menuju masa depan yang lebih menjanjikan melalui pengalaman yang mereka miliki.

Yustinus Suhardi Ruman