Kesetaraan Gender: Menghancurkan Stereotip dan Mewujudkan Masyarakat Inklusif

Oleh: Fransisca Felicia Handoyo | 2702363840 | PPTI 18
Ketika kita berbicara tentang kesetaraan gender, kita tidak hanya berbicara soal hak dan kewajiban, tetapi juga tentang membentuk karakter masyarakat yang lebih adil dan inklusif. Sayangnya, hingga saat ini, pemikiran bahwa perempuan tidak layak memiliki impian atau ambisi masih mengakar kuat di sebagian kalangan masyarakat. Pandangan ini kerap menempatkan perempuan hanya pada peran ibu rumah tangga, tanpa melihat prestasi dan potensi yang telah mereka capai. Ini jelas suatu ketidakadilan yang sering terjadi di Masyarakat sekarang.
Seiring berjalannya waktu, banyak perempuan yang kini menyadari bahwa mereka memiliki hak yang sama untuk mengejar karier dan berkontribusi di berbagai bidang manapun. Namun, tekanan sosial dan norma budaya sering menjadi penghalang besar. Salah satu contoh nyata adalah keyakinan bahwa “Kewajiban seorang istri adalah untuk patuh dan membahagiakan suami.” Pertanyaannya adalah, apakah pernikahan hanya tentang kepatuhan satu pihak saja? Jika demikian, apakah yang dibutuhkan adalah pasangan hidup atau seorang pelayan?
Memahami Kodrat Perempuan
Kodrat perempuan sebenarnya hanya mencakup tiga hal biologis: menstruasi, kehamilan, dan menyusui. Tugas-tugas lain seperti memasak, mencuci, atau mencari nafkah adalah keterampilan yang bisa dilakukan oleh siapa saja, baik laki-laki maupun perempuan. Namun, stereotip gender masih sering membatasi perempuan dalam berkembang dan mengejar impian mereka. Tidak mengherankan jika banyak perempuan modern yang memilih untuk tidak menikah atau tidak memiliki anak karena takut dibebani ekspektasi sosial yang sempit.
Sebagai contoh, data dari Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa tingkat pengangguran laki-laki meningkat dalam beberapa tahun terakhir. Ini memicu kekhawatiran di kalangan perempuan bahwa menikah dengan pasangan yang tidak bisa berkontribusi secara finansial malah akan menambah beban hidupnya. Banyak perempuan mandiri kini lebih selektif dalam memilih pasangan hidup, mereka lebih memilih mencari pria yang sejajar atau bahkan lebih unggul dalam berbagai aspek kehidupan.
Kasus Nyata di Masyarakat
Salah satu kasus nyata yang mencuat adalah kisah seorang perempuan karier yang sangat sukses namun terpaksa membiayai suami yang tidak produktif dan hanya menghabiskan uang untuk berjudi untuk kesenangan pribadinya. Kisah ini mencerminkan bagaimana ketimpangan dalam hubungan rumah tangga bisa merusak keseimbangan yang seharusnya ada dalam sebuah pernikahan. Perempuan berhak bermimpi, berkembang, dan mengejar karier tanpa terkungkung oleh peran dan pemikiran masyarakat tradisional yang kaku.
Namun, ada juga kisah-kisah inspiratif tentang pasangan yang dapat berbagi tugas secara adil dan seimbang. Dalam hubungan yang ideal, ketika suami bekerja, istri mengurus rumah tangga, dan begitu juga sebaliknya. Komunikasi menjadi kunci utama dalam membangun rumah tangga yang harmonis. Dengan cara ini, perempuan bisa merasa bangga memiliki pekerjaan dan penghasilannya sendiri tanpa harus mengorbankan peran mereka dalam keluarga.
Membangun Kewarganegaraan Berkarakter
Kesetaraan gender adalah salah satu fondasi penting dalam membangun masyarakat yang berkarakter. Ketika perempuan dibebaskan untuk berkembang, dampaknya tidak hanya dirasakan oleh mereka secara individu, tetapi juga oleh masyarakat secara keseluruhan. Penelitian menunjukkan bahwa negara dengan tingkat kesetaraan gender yang tinggi justru cenderung memiliki kesejahteraan yang lebih baik, karena perempuan yang diberdayakan mampu berkontribusi lebih banyak dalam bidang ekonomi, pendidikan, dan bidang lainnya.
Masyarakat perlu memahami bahwa keadilan gender bukan soal membagi tugas secara kaku, tetapi tentang menghargai pilihan dan kontribusi yang dilakukan setiap individu. Contohnya, ibu rumah tangga, ia memikul tanggung jawab yang berat, namun sering kali kurang mendapatkan apresiasi yang layak. Dengan memberikan penghargaan yang setimpal, kita tidak hanya meningkatkan martabat perempuan, tetapi juga ikut serta dalam membangun masyarakat yang lebih adil dan harmonis.
Penutup
Perempuan berhak untuk bermimpi, berkembang, dan dihormati atas pilihan hidup yang ia pilih. Dunia sudah seharusnya memberi ruang yang setara bagi perempuan untuk mengejar kebahagiaan dan kesuksesan yang mereka impikan. Dengan menghancurkan stereotip gender, kita dapat menciptakan masyarakat yang lebih inklusif, di mana laki-laki dan perempuan bisa berdiri sejajar, saling mendukung, dan bersama-sama membangun masa depan negara ini yang lebih baik.