Jangan Membebek

Oleh: Arcadius Benawa

Ungkapan “Jangan Membebek” di sini tidak dalam artian seperti nasihat pada umumnya yakni agar kita tidak sekadar ikut-ikutan. Ungkapan “Jangan Membebek” ini diambil dari kisah petualangan seekor bebek yang dikejar-kejar buaya yang siap memangsanya. Dengan susah payah si bebek terus berlari menghindar dari caplokan buaya. Sedemikian jauh si bebek berlari demi tidak dimangsa buaya sampai akhirnya jarak antara bebek dan buaya itu sedemikian dekat. Dan ending dari cerita ini happy, karena saat jarak bebek makin dekat dengan buaya tetiba si bebek terbang. Dan buaya pun tinggal terengah-engah terpana menyaksikan calon mangsanya terbang jauh dari padanya.

Pesan dari kisah ini jelas yakni jangan lupakan potensi diri kita agar kita tidak perlu terengah-engah dan bersusah payah menghindarkan diri dari ancaman ataupun bahaya yang di depan kita. Bebek tadi baru menyadari potensi dirinya yang sesungguhnya ia bisa terbang menghindarikan dirinya dari terkaman buaya dan tak perlu berlari terengah-engah manakala sejak awal ia menyadari potensi dirinya. Itu sebabnya self-awareness ini menjadi penting dalam konteks social awareness sekaligus. Pasalnya dengan self-awareness itulah kita bisa memosisikan diri dalam konteks sosial yang belum tentu aman dan nyaman untuk diri kita.

Dalam konteks akademik bisa jadi kita juga bisa seperti bebek di dalam kisah tadi. Mesti bersusah payah melakukan pengajaran ataupun penelitian ataupun pengabdian, padahal sebetulnya ada begitu banyak alat bantu atau software yang tersedia untuk meringankan tugas kita dalam pengajaran, penelitian, maupun pengabdian kita sebagai akademisi.

Kalau dalam konteks religius kita bisa jadi abai terhadap sabda Tuhan yang jelas berguna untuk meringankan kita dalam menanggung beban kehidupan namun kita malah suka seperti bebek membiarkan diri terengah-engah hingga akhirnya baru menyadari bahwa dirinya bisa terbang. Dalam Kitab Suci Tuhan Yesus sudah bersabda, “Datanglah kepada-Ku, kalian semua yang menanggung beban berat, sebab Aku akan memberikan kepadamu kelegaan!” (Matius 11: 28). Kerap kali kita bersikap bodoh seperti bebek dengan membiarkan diri berlelah-lelah sendiri untuk dapat menyelamatkan diri dari pelbagai ancaman dan bahaya, sementara ada Sang Penyelamat yang telah menawarkan diri-Nya untuk menyelamatkan kita. Kita perlu kerendahan hati dan menggunakan keimanan yang merupakan berkah dari Tuhan dalam menjalani panggilan hidup ini.

Jadi, marilah kita kembangkan self-awareness kita termasuk di dalamnya potensi spiritual kita dalam menghadapi tantangan dan kesulitan hidup yang kita temui agar kita tidak buang waktu melelahkan diri dengan kebodohan kita. Marilah kita asah kesadaran diri kita agar kita makin dapat menggunakan segala potensi diri yang telah Tuhan anugerahkan kepada kita entah itu kecakapan kognitif, afektif ataupun psikomotorik, bahkan menurut Howard Gardner apapun kecakapan kita, karena kecakapan itu tidak intelektual semata, melainkan banyak alias majemuk.

Semoga dengan self-awareness itu hidup kita menjadi lebih efektif sehingga lebih bisa menjadi berkah bagi semakin banyak orang. Tuhan memberkati kita sekalian.

Arcadius Benawa