Gender Bukan Masalah dalam Dunia Kerja  

Oleh: Angelina Joyvina Christy Setyawan | 2702363733 | PPTI 18

Dalam era modern saat ini yang semakin berkembang, kesetaraan gender (Gender Equality) menjadi salah satu isu penting dalam pembangunan berkelanjutan. Hal ini sejalan dengan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development Goals / SDGs nomor 5), yang menekankan pentingnya mengakhiri diskriminasi terhadap perempuan dan anak perempuan di berbagai aspek kehidupan, termasuk dalam dunia kerja. Namun, meskipun kesetaraan gender telah menjadi isu global, masih ada tantangan yang harus dihadapi dalam menciptakan lingkungan kerja yang adil dan inklusif bagi semua gender agar semua merasa nyaman dalam bekerja.

Tantangan Gender dalam Dunia Kerja

Salah satu hambatan utama dalam dunia kerja adalah stereotip gender, di mana permasalahan ini merupakan salah satu masalah yang ada di masyarakat. Financial Times pada tahun 2024 mencatat bahwa sebanyak 38% perempuan melaporkan mengalami interaksi yang meremehkan kompetensi mereka, dibandingkan dengan 26% pria. Sekitar 39% perempuan mengatakan bahwa mereka sering disela atau diabaikan saat berbicara, dibandingkan dengan 20% pria. Perilaku-perilaku ini dapat berkontribusi pada penilaian kinerja yang tidak adil dan menghambat peluang promosi bagi perempuan.

Perempuan sering kali dianggap kurang kompeten dalam bidang tertentu seperti teknologi, teknik, dan kepemimpinan. Sementara itu, laki-laki dihadapkan pada tekanan sosial untuk memilih pekerjaan yang dianggap lebih “maskulin.” Akibatnya, terjadi ketimpangan dalam pembagian peran di dunia kerja yang menghambat potensi individu berdasarkan gender.

Selain itu, kesenjangan upah antara laki-laki dan perempuan masih menjadi masalah. Banyak data menunjukkan bahwa perempuan sering kali mendapatkan gaji lebih rendah dibandingkan laki-laki, meskipun memiliki tanggung jawab dan tingkat keahlian yang sama. Menurut CNBC Indonesia (2019), perbedaan gaji antara wanita dan pria mencapai 23 persen. Perempuan menerima gaji 23 persen lebih rendah daripada laki-laki. Oleh sebab itu, terjadi bias sistemik yang menganggap laki-laki lebih berhak mendapatkan posisi dan upah lebih tinggi.

Tidak hanya itu, minimnya representasi perempuan dalam posisi kepemimpinan juga menjadi tantangan yang ada di masyarakat. Menurut laporan McKinsey & Company pada tahun 2024, perempuan menempati 29% posisi di tingkat C-Suite secara global, yang mencakup berbagai peran eksekutif tertinggi, termasuk CEO. Tercatat, 52 perempuan menjabat sebagai CEO, yang mewakili 10,4% dari total perusahaan dalam daftar tersebut. Masih banyak organisasi dan perusahaan yang didominasi oleh laki-laki dalam posisi strategis, yang mengakibatkan kurangnya perspektif gender dalam pengambilan keputusan.

Good Stats pada tahun 2024 mencatat bahwa sebanyak 45% pekerja perempuan pernah mengalami ketidaksetaraan di lingkungan kerja, meskipun presentasenya tidak dominan, tapi masih ada ketidaksetaraan gender pada perempuan (ditulis oleh Good Stats salah satu yang ada ketidaksetaraan adalah gaji antara laki laki dan perempuan). Good Stats juga mencatat “sepanjang tahun 2009-2023 terdapat 450 kebijakan daerah yang diskriminatif, 56% di antaranya menyasar ke perempuan.” Hal ini membuktikan bahwa di Indonesia masih banyak diskriminasi terhadap perempuan yang terjadi di dunia kerja. Namun, Good Stats juga melakukkan survey dengan Populix dimana menanyakan “Proporsi Tempat Kerja Berdasarkan Ada/Tidaknya Sistem Pelaporan Masalah Diskriminasi Gender”.

Hasil yang diperoleh menujukan bahwa, sebanyak 53% pekerja wanita menyatakan perusahaan mereka memiliki sistem pelaporan dalam menangani masalah diskriminasi gender, sedangkan sebanyak 47% menyatakan tidak memiliki sistem pelaporan tersebut. Jika kita lihat dari data yang ada, kebanyakan diskriminasi perempuan sudah mulai dilihat dan sudah mulai ditangani oleh beberapa perusahaan.

Mengapa gender seharusnya bukan masalah dalam dunia kerja?

Dalam dunia kerja yang profesional dan kompetitif, kompetensi dan kinerja individu harus menjadi tolok ukur utama, bukan gender. Kemampuan seseorang dalam menyelesaikan suatu tugas, berpikir kritis, mengambil keputusan, dan berinovasi tidak ditentukan oleh jenis kelamin, melainkan oleh keterampilan dan pengalaman yang dimilikinya.

Organisasi dan perusahaan yang menerapkan prinsip kesetaraan gender cenderung memiliki lingkungan kerja yang lebih inovatif dan produktif. Berbagai studi menunjukkan bahwa keberagaman gender dalam tim kerja dapat meningkatkan kreativitas, efisiensi, serta memberikan solusi yang lebih bervariasi terhadap suatu masalah. Boston Consulting Group (BCG) menyebutkan bahwa keberagaman gender dalam tim meningkatkan inovasi sebesar 19%, yang berdampak positif pada produktivitas dan pertumbuhan perusahaan.

Selain itu, dalam dunia yang semakin digital dan terhubung, banyak pekerjaan yang tidak lagi bergantung pada kekuatan fisik, tetapi pada kemampuan berpikir dan beradaptasi. Hal ini membuktikan bahwa laki-laki dan perempuan memiliki kesempatan yang sama dalam mengembangkan karier mereka di berbagai bidang tanpa adanya batasan gender.

Kesimpulan

Kesetaraan gender dalam dunia kerja bukan hanya tentang hak perempuan, tetapi juga tentang menciptakan sistem yang adil bagi semua individu. Perusahaan, pemerintah, dan masyarakat harus berperan aktif dalam menghapus diskriminasi gender dan membangun lingkungan kerja yang lebih inklusif.

Berbagai penelitian telah membuktikan bahwa keberagaman gender dalam dunia kerja justru meningkatkan produktivitas dan inovasi. Dengan mengedepankan kompetensi dan kualitas kerja dibandingkan gender, kita dapat menciptakan masa depan di mana semua individu memiliki kesempatan yang sama untuk berkembang dan berkontribusi dalam dunia kerja. Pada akhirnya, gender bukan masalah dalam dunia kerja—yang menjadi masalah adalah diskriminasi terhadap gender itu sendiri.

Reference :

  1. Women in the Workplace McKinsey & Company
  2. Sri Mulyani: Gaji Perempuan 23% Lebih Rendah Dibanding Pria CNBC Indonesia
  3. 52 Bos Wanita Perusahaan Fortune 500 Stabil Kuasai 10,4% Pasar Fortune IDN
  4. How Diverse Leadership Teams Boost Innovation Boston Consulting Group
  5. Financial Times Women in the Workplace
  6. https://data.goodstats.id/statistic/53-pekerja-wanita-ungkap-punya-sistem-pelaporan- diskriminasi-gender-di-tempat-kerja-m89Mn
Yustinus Suhardi Ruman