Berani Bersemangat Gula

Oleh: Arcadius Benawa

Tanggal 29 Maret 2025 saudara kita yang beragama Hindu merayakan Hari Raya Nyepi 1947 yang merupakan perayaan Tahun Baru Hindu berdasarkan kalender Saka. Pada Hari Raya Nyepi Umat Hindu melakukan amati geni yaitu mengadakan Samadhi pembersihan diri lahir batin. Pembersihan atas segala dosa yang sudah diperbuat selama hidup di dunia dan memohon pada yang Maha Kuasa agar diberikan kekuatan untuk bisa menjalankan kehidupan yang lebih baik di masa mendatang. Selain itu juga melakukan amati lelanguan, amati lelungan, dan amati karya. Intinya melakukan perenungan diri untuk kembali  menjadi manusia yang bersih, suci lahir dan batin.

Bukan kebetulan bersamaan dengan Hari Raya Nyepi. Di saat istimewa ini kita pun  sebetulnya diajak mendengar suara yang tidak terdengar oleh telinga. Itulah SUARA HATI yang menjadi suara kehidupan yang menuntun langkah hidup kita, agar terpelihara kesucian lahir dan batin kita.

Kita diajak untuk mampu mencium aroma yang tidak tercium oleh hidung. Itulah iKEBAJIKAN yang tidak boleh kita lupakan. Pada saat ini kita pun diingatkan bahwa ada rasa yang tidak terkecap oleh lidah, itulah KETULUSAN sebagai sikap dasar kehidupan kita sehari hari.

Terjemahan dari sikap tobat, kasih, dan komitmen kita itu bagaikan Gula Pasir yang selalu kita gunakan sehari-hari untuk makan maupun minum.  Kita menyadari bahwa gula pasir memberi rasa manis  pada kopi, dan orang menyebutnya kopi manis, bukan kopi gula.

Gula pasir memberi rasa manis pada teh dan orang menyebutnya teh manis bukan teh gula. Gula pasir memberi rasa manis pada es jeruk dan orang menyebutnya es jeruk manis, bukan es jeruk gula.

Orang menyebut roti manis bukan roti gula. Orang menyebut sirup pandan, sirup apel, sirup jambu padahal bahan dasarnya Gula.

Kita  menjalankan komitmen sebagai pasangan hidup ataupun sebagai profesional perlu dengan Ikhlas seperti gula. Larut seperti gula dalam memberi rasa Manis tetap semangat menebarkan kebaikan. Untuk tetap bisa berkarya optimal agar rasa manis, kita perlu terus berkomitmen seperti menyediakan waktu untuk menyapa yang sedang berduka, turut bahagia dalam event kegembiraan dan mengisi diri dengan berbagai aktivitas sebagai self-improvement.

Kita perlu terus melakukan semua hal baik yang bisa kita lakukan dengan sepenuh hati, dengan segala cara yang kita bisa. Di segala kemungkinan yang kita bisa lakukan, karena kehadiran kita bukan sekadar bekerja (doing) tapi hadir secara relevan dengan hati (being) bagi banyak orang.

Selamat membangun semangat gula, tetap memberi manfaat meskipun diri kita tak disebut jasa dan kebaikan yang telah kita lakukan. Satu kata: Berani IKHLAS. Semoga.

Arcadius Benawa