Pemanfaatan Teknologi dalam Menghadapi Krisis Air di Indonesia

Oleh : Jonathan Fortino Chandra / PPTI 19 / 2702363784

Krisis air bersih di Indonesia telah menjadi masalah yang semakin mendesak, terutama di daerah-daerah yang memiliki curah hujan rendah dan tingkat urbanisasi tinggi. Dalam beberapa dekade terakhir, Indonesia mengalami penurunan kualitas dan kuantitas sumber daya air yang disebabkan oleh polusi, perubahan iklim, dan eksploitasi air tanah yang berlebihan. Menanggapi hal ini, teknologi menjadi salah satu solusi yang dapat membantu dalam mengatasi permasalahan krisis air yang semakin kompleks. Berbagai teknologi baru, seperti pemanenan air hujan dan teknologi desalinasi, diharapkan dapat memberikan kontribusi signifikan dalam menyediakan akses air bersih yang lebih merata bagi masyarakat.

Salah satu teknologi yang menjanjikan dalam menghadapi krisis air adalah pemanenan air hujan. Teknologi ini sangat relevan dengan kondisi Indonesia yang memiliki curah hujan cukup tinggi, tetapi distribusi air yang tidak merata. Pemanfaatan air hujan untuk kebutuhan rumah tangga dan industri dapat mengurangi ketergantungan terhadap sumber air tanah dan sistem penyediaan air bersih dari PDAM. Menurut artikel yang dipublikasikan oleh Pusat Studi Lingkungan Hidup Universitas Gadjah Mada, teknologi pemanenan air hujan diharapkan dapat mengurangi tekanan terhadap sistem pasokan air bersih yang ada, terutama di daerah-daerah dengan akses terbatas terhadap air bersih (PSLH, 2020).

Selain pemanenan air hujan, teknologi desalinasi juga dianggap sebagai solusi jangka panjang bagi daerah pesisir yang mengalami kekurangan air bersih. Proses desalinasi mengubah air laut yang tidak layak konsumsi menjadi air tawar yang dapat digunakan oleh masyarakat. Teknologi ini telah diadopsi di beberapa negara untuk mengatasi masalah kekurangan air, terutama di wilayah yang memiliki sumber daya air terbatas. Di Indonesia, potensi penggunaan teknologi desalinasi sangat besar, terutama untuk kawasan-kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil yang kesulitan mendapatkan akses air tawar.

Namun, penerapan teknologi tersebut tidak lepas dari tantangan. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Universitas Satya Negara Indonesia, meskipun teknologi seperti pemanenan air hujan dan desalinasi menjanjikan, pengimplementasiannya memerlukan investasi yang cukup besar serta dukungan kebijakan dari pemerintah (USNI, 2020). Oleh karena itu, selain memanfaatkan teknologi, perlu ada perhatian lebih pada kebijakan pengelolaan sumber daya air yang lebih baik, seperti peningkatan sistem distribusi air dan pengelolaan limbah, guna mendukung keberlanjutan pemanfaatan teknologi air.

Sebagai solusi tambahan, masyarakat perlu diberikan pemahaman dan pelatihan mengenai cara mengelola dan memelihara sistem teknologi tersebut. Program-program edukasi dan kampanye untuk mengurangi pemborosan air juga sangat penting untuk memastikan bahwa teknologi yang diterapkan dapat digunakan secara maksimal dan efisien.

Secara keseluruhan, pemanfaatan teknologi untuk mengatasi krisis air di Indonesia memiliki potensi yang besar, namun keberhasilannya tergantung pada dukungan kebijakan pemerintah, kesadaran masyarakat, dan investasi yang berkelanjutan. Teknologi ini harus diterapkan secara cermat dan tepat guna agar dapat memberikan manfaat jangka panjang bagi seluruh lapisan masyarakat.

Referensi:

Pusat Studi Lingkungan Hidup Universitas Gadjah Mada. (2020). Teknologi dan

Krisis Air di Indonesia. Tersedia di: https://pslh.ugm.ac.id/teknologi-dan-krisis-air/ Universitas Satya Negara Indonesia. (2020). Penerapan Teknologi Pemanenan

Air Hujan dan Desalinasi di Indonesia. Tersedia di:

https://repository.usni.ac.id/repository/acfa273b4ab847325a2f8a81c059983f.pdf

Jonathan Fortino Chandra