Bulan Maret Penuh Rahmat – Bulan Puasa bagi Umat Islam dan Umat Kristiani

Oleh: Antonius Atosokhi Gea
Dalam bulan Maret 2025 ini Umat Muslim dan Kristiani secara bersamaan menjalani Masa Puasa, yang dijalani secara hikmat, menyiapkan diri untuk pada akhirnya dapat layak menyambut dan merayakan kemenangan Idul Fitri dan Paskah. Puasa dalam Islam memiliki makna sebagai ibadah yang melatih kesabaran, keikhlasan, dan pengendalian diri, serta menunjukkan empati peduli terhadap sesama terutama yang menderita dan berkekurangan. Dalam kekristenan diajarkan bahwa puasa dan pantang merupakan salah satu tanda pertobatan atas dosa serta peneladanan atas puasa Yesus dan pengenangan akan penderitaan Yesus, dan oleh karena itu harus juga diikuti dengan doa, dan amal perbuatan baik.
Puasa merupakan kewajiban bagi umat Islam. Surat Al-Baqarah ayat 183: memuat teks berikut: “Wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa”. Umat Islam memiliki kewajiban melaksanakan ibadah puasa selama satu bulan penuh di bulan suci Ramadhan. Sementara Injil Mateus 6:16-18 memuat sabda Yesus:
“Apabila kamu berpuasa, Janganlah muram mukamu seperti orang munafik. Mereka mengubah air mukanya, supaya orang melihat bahwa mereka sedang berpuasa. Aku berkata kepadamu: sesungguhnya mereka sudah mendapat upahnya. Tetapi apabila engkau berpuasa, minyakilah kepalamu dan cucilah mukamu, supaya jangan dilihat orang bahwa engkau sedang berpuasa, melainkan hanya oleh Bapamu yang ada di tempat tersembunyi. Maka Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan membalasnya kepadamu”.
Umat Kristiani menjalani puasa dan pantang selama 40 hari, dimulai dari Rabu Abu (ditandai dengan pengolesan/penaburan abu di kepala sebagai tanda pertobatan/berkabung) sampai pada hari kemenangan Paskah.
Masa Puasa dapat dimaknai sebagai sebuah retret agung, saat penuh rahmat, kesempatan untuk melihat dan melakukan introspeksi diri, tentang hidup sebagai seorang beriman, baik menyangkut relasi khusus dengan Tuhan (vertical) maupun relasi-relasi horizontal, dengan sesama dan lingkungan bahkan juga dengan diri sendiri. Buah refleksi dan introspeksi diri akan mengarah pada wujud kongkrit perubahan peri hidup, yang sifatnya bisa negatif dan positif (bukan dalam arti baik dan buruk). Wujud negatif lebih dalam makna menahan atau mengendalikan diri, menjauhkan diri dari sikap-sikap dan tindakan tidak baik, menjaga hati dan pikirkan untuk tidak mudah tergoda oleh daya-daya tarik duniawi, menahan lapar, menjauhkan diri dari kebiasaan hidup glamour, dari hidup seenaknya atau sembarangan, menyucikan hati dan pikirkan dari hal-hal yang tercemar.
Selanjutnya, keberhasilan atau kemampuan rohani yang didapatkan dari upaya menahan dan mengendalian diri ini sejatinya mendorong dan menguatkan untuk melakukan sesuatu, lebih mampu untuk berbagi, peduli pada sesama dan alam ini, lebih mangasihi dalam aneka bentuk dan cara, membantu orang-orang yang berkekurangan, lebih aktif terlibat dalam aksi-aksi kemanusiaan dan kepedulian lingkungan, memperjuangkan pemenuhan hak-hak mereka yang terabaikan, membangun jembatan bagi terjadinya hubungan-hubungan sosial yang semakin baik.
Untuk bisa mewujudkan hal-hal di atas, baik yang sifatnya negatif (menahan dan mengendalikan diri) maupun yang sifatnya positif (aksi nyata kasih kepedulian pada sesama dan lingkungan) mesti dibangun dan dikuatkan di atas dasar relasi yang semakin mendalam dengan Tuhan. Itu sebabnya penting dalam masa puasa ini terjadi peningkatan semangat doa dan ibadat yang semakin khusuk dengan Tuhan. Dari relasi vertical yang semakin intens ini kita diharapkan mendapatkan kekuatan dan semangat untuk memperbaiki dan mengembangkan relasi horizontal dengan kualitas yang semakin baik. Harapannya, bulam Maret ini sungguh menjadi bulan penuh rahmat, kesempatan untuk terjadinya perubahan suasana kehidupan sosial yang terasa semakin baik dan terpuji, karena mayoritas masyarakat Indonesia, yakni penganut Islam dan Kristen sedang sama-sama menjalani masa tobat penuh rahmat ini. Semoga rahmat bulan Maret 2025 ini terus bergaung menembus batas-batas atau berbagai sekat sosial yang ada di antara kita.