Social Capital dan Digital Footprints

Oleh: Kartika Yulianti, Ph.D

Kesamaan dalam sebagian besar definisi social capital atau modal sosial adalah bahwa mereka fokus pada hubungan sosial yang memiliki manfaat produktif.  Jejaring sosial adalah salah satu inti dari modal sosial karena kunci modal sosial terletak pada hubungan antar individu (Firdaus, Sonia, & Aulia, 2023). Jejaring sosial adalah sistem yang terdiri dari relasi-relasi sosial yang saling berhubungan untuk memudahkan pencapaian tujuan seorang individu.

Menurut Sundararajan (2016) sebagaimana dikutip oleh Indria Handoko (2019), di era digital saat ini, platform jejaring sosial online seperti Facebook dan LinkedIn dapat memperkuat kemampuan individu untuk membangun modal sosial secara digital. Modal sosial yang dibangun melalui platform digital sebagai media utama interaksi memiliki ciri khas tersendiri, terutama dalam cara kepercayaan (trust) tumbuh dan berkembang. Menurut Sundararajan (2016), modal sosial yang terbentuk secara digital dapat menghasilkan tiga faktor utama yang membentuk kepercayaan, yaitu keaslian (authenticity), niat (intention), dan keandalan (reliability).

Semua interaksi kita secara online membentuk apa yang disebut sebagai digital footprints atau jejak digital kita. Memahami modal sosial dan jejak digital dapat membantu kita memilih dengan bijak apa yang kita tinggalkan secara online untuk ditemukan oleh orang lain.

Saya pernah diundang menjadi narasumber beberapa seminar dan pelatihan dosen karena modal sosial yang saya miliki dan jejak digital saya di Google Scholar yang ditemukan oleh para pihak pengundang. Saya juga pernah diminta menjadi external examiner thesis mahasiswa di sebuah universitas di Afrika Selatan dari jejak digital saya di platform tersebut.

Bahkan seseorang pernah mengontak saya setelah melihat nama saya ada di Editorial Board The Qualitative Report Journal, sebuah jurnal dari Amerika Serikat yang terindeks Q1 di Scopus. Ternyata, dulu kami pernah bekerja sama untuk sebuah lembaga negara, namun setelah projeknya selesai dan karena kesibukan kami masing-masing, komunikasi kami terputus. Beliau mengontak saya kembali setelah menemukan nama saya di website jurnal tersebut. Tidak disangka, beberapa minggu kemudian beliau mengabarkan bahwa seorang koleganya yang seorang peneliti di sebuah lembaga negara yang berfokus di riset dan inovasi, ah langsung sebut saja BRIN, berniat untuk mengundang saya menjadi narasumber untuk keperluan internal kelompok risetnya di lembaga tersebut.

Cerita saya di Instagram tentang kelas Character Building-Kewarganegaraan yang saya ampu dilihat oleh seorang teman yang saat itu sedang menjadi panitia EduVate 2024 di Monash University Indonesia. Saya diminta untuk menulis proposal teaching and learning showcase dan proposal saya terpilih. Lalu, saya diundang untuk mengikuti ajang teaching and learning showcase di universitas tersebut yang diadakan pada bulan Agustus lalu. Tidak saya sangka, saya terpilih dan mendapat the best presenter award dan sebagai hadiahnya, saya diundang kembali untuk presentasi di Monash University Malaysia pada bulan Desember mendatang.

So, never underestimate the power of your social capital and digital footprints!

 Referensi

 https://www.socialcapitalresearch.com/literature/definition/

https://pmbs.ac.id/digitized-social-capital/

https://www.nsw.gov.au/education-and-training/digital-citizenship/healthy-online-habits/digital-footprint

Muhamad Raihan Firdaus, Sayyidah Lailatus Sonia, & Kadita Syarifatul Aulia. (2023). Membangun Modal Sosial di Tanah Rantau. Harmoni: Jurnal Ilmu Komunikasi Dan Sosial1(1), 13–28. https://doi.org/10.59581/harmoni-widyakarya.v1i1.332

Sundararajan, A. 2016. The Sharing Economy: The End of Employement and the Rise of Crowd-Based Capitalism, Massachusetts, The MIT Press.

Kartika Yulianti