Silo Mentality

Oleh: Kartika Yulianti

Pernah mendengar silo mentality? Apa yang Anda ketahui tentang silo mentality?

Menurut Investopedia dan Business Directory dan dikutip oleh Forbes, silo mentality adalah sikap enggan untuk berbagi informasi dengan karyawan lain, terutama dari divisi yang berbeda di dalam perusahaan yang sama.

Mentalitas seperti ini dapat mengurangi efisiensi operasional secara keseluruhan, menurunkan semangat dan berpotensi merusak budaya perusahaan yang produktif.

Istilah “silo” awalnya merujuk pada wadah penyimpanan untuk biji-bijian atau rudal, tetapi sekarang digunakan sebagai metafora untuk entitas terpisah yang mengumpulkan informasi dan secara efektif menguncinya. Dalam konteks bisnis, silo organisasi merujuk pada divisi-divisi bisnis yang beroperasi secara independen dan menghindari berbagi informasi.

Silo adalah istilah bisnis yang telah dibicarakan dan didiskusikan di banyak meja rapat pimpinan selama 30 tahun terakhir. Para pimpinan eksekutif dan manajemen mempunyai tanggung jawab untuk mempersiapkan dan membekali tim mereka dengan pola pikir yang tepat untuk mengatasi penghalang organisasi yang merusak ini.

Mengatasi mentalitas silo bukanlah tugas yang mudah bagi organisasi mana pun. Namun menghindari masalah ini akan lebih merugikan karyawan dan pada akhirnya, kesehatan keseluruhan organisasi.

Berikut adalah 5 cara mengatasi mentalitas silo yang dikutip oleh Kumparan dari buku Blue Marble Evaluation: Premises and Principles oleh Michael Quinn Patton:

  1. Menyamakan visi seluruh karyawan.

Para pimpinan bertanggung jawab untuk mengkomunikasikan visi dan misi perusahaan kepada tim mereka agar dapat dipahami dan diupayakan bersama. Seorang pimpinan yang berhasil menyatukan semua departemennya akan membangun rasa saling percaya di antara karyawan. Dengan demikian, tidak akan ada lagi pandangan bahwa setiap orang hanya mengurus urusannya sendiri, melainkan semua urusan menjadi tujuan bersama organisasi.

  1. Bekerja menuju pencapaian tujuan bersama.

Pimpinan dapat mengajak setiap karyawan untuk memahami peran dan kontribusi dari setiap divisi, sehingga dapat membantu menentukan pencapaian tujuan organisasi. Dengan cara ini, karyawan di setiap divisi akan menyadari betapa pentingnya kolaborasi dan bersatu untuk mencapai tujuan bersama.

  1. Memberikan motivasi dan insentif.

Cara lain untuk menghindari silo mentality di tempat kerja adalah dengan memotivasi karyawan untuk berkomunikasi secara efektif dengan rekan-rekan dari divisi yang berbeda. Setelah karyawan berhasil melakukan ini, manajemen sebaiknya memberikan apresiasi, seperti insentif. Ini dapat menjadi salah satu strategi efektif untuk meningkatkan semangat dan motivasi karyawan.

  1. Eksekusi secara akurat.

Agar pencapaian tujuan dapat berjalan dengan efektif, pimpinan bertanggung jawab untuk merancang strategi yang dapat diukur dengan tepat. Beberapa aspek yang perlu diperhatikan termasuk menetapkan batas waktu penyelesaian bersama, menentukan tolok ukur keberhasilan, serta mendelegasikan tugas kepada divisi yang relevan.

  1. Berkolaborasi untuk berkreasi.

Ada empat kunci untuk membangun tim yang solid dan produktif: pengetahuan, kolaborasi, kreativitas, dan kepercayaan awal. Keempat elemen ini dapat terwujud jika pimpinan memberikan ruang dan kesempatan bagi karyawan untuk berinteraksi antar departemen. Upaya ini dapat mendukung pertukaran ide dan kolaborasi yang baik antara departemen.

Referensi

https://www.forbes.com/sites/brentgleeson/2013/10/02/the-silo-mentality-how-to-break-down-the-barriers/

https://www.investopedia.com/terms/s/silo-mentality.asp#:~:text=Error%20Code%3A%20100013)-,What%20Is%20a%20Silo%20Mentality%3F,to%20a%20damaged%20corporate%20culture.

https://kumparan.com/berita-bisnis/silo-mentality-pengertian-faktor-pemicu-dampak-dan-cara-mengatasinya-1zPDGwj096C/full

Kartika Yulianti