Batik dan Bhineka Tunggal Ika

Oleh: Arcadius Benawa

Seperti kita ketahui bahwa Indonesia memiliki beraneka  beragam motif batik yang indah yang di dalamnya mengandung filosofi.  Mulai dari Batik Aceh hingga Batik Papua dengan motif cendrawasihnya. Kraton juga banyak melahirkan aneka macam batik.

Ada Batik Kraton Yogjakarta yang disebut Grompol yang menyimbolkan kehadiran semua hal yang baik. Batik Kraton Surakarta mempunyai aneka simbol,  seperti simbol Meru dari gunung atau bumi, simbol Naga dan Lidah api. Belum lagi ada Batik Pura Mangkunegaraan, Batik Pura Pakualaman, Batik Keraton Cirebon, Batik Keraton Sumenep dan masih banyak lagi.

Kalau kita melihat aneka  batik, pada dasarnya batik itu mencerminkan keberagaman dan kekayaan yang luar biasa. Tidak ada yang mengklaim motif  yang satu lebih bagus dari yang lain, karena masing-masing memiliki makna dan  filosofi yang berbeda dengan keindahan yang khas. Memperhatikan  aneka ragaman dan keindahan batik kita dapat memiliki kesan bahwa batik mencerminkan keberagaman kita  yang masing-masing itu unik, khas, dan terasa keindahannya serta sekaligus menjadi identitas kita. Batik menjadi identitas kekayaan bangsa kita. Batik sekaligus merepresentasikan kebhineka tunggal ika-an kita bangsa Indonesia.

Identitas yang melekat pada diri kita masing-masing sebagaimana juga melekat pada batik itu akan mempengaruhi nilai dalam kehidupan kita. Apakah kita ini pribadi yang  baik hati, peduli, santun sekaligus profesional atau sebaliknya itu muncul dari apa yang disakskan dan dirasakan orang lain. Demikian juga identitas yang melekat pada batik.

Identitas seseorang yang profesional, prudent, tajam melihat peluang dan berani menjalankan tentu membawa banyak pengalaman hidup yang sungguh berarti bagi yang memiliki identitas tersebut. Itu terlihat dalam buku kehidupan setiap orang.

Maka dari itu setiap hari kita sebenarnya sedang membuka lembaran baru. Sudah sewajarnyalah kalau kita pun terpanggil untuk mensyukuri setiap hari yang boleh kita songsong di setiap kali kita boleh menyambut fajar yang merekah. Marilah kita isi halaman buku kehidupan kita dengan hal-hal yang penuh makna sebagaimana masing-masing batik dengan corak dan ragamnya yang khas juga menampilkan kekhasannya yang mempesona.

Semoga pada saat halaman terakhir dari buku kehidupan kita  selesai, kita pun boleh mendapati diri kita sebagai pribadi yang berkenan dan mempesona di hadapan Tuhan dan sesama kita. Syukur-syukur juga buku kehidupan kita itu layak untuk dijadikan referensi ataupun acuan dan rujukan bagi anak, mantu, cucu  dan siapapun yang pernah mengenal kita.

Selamat menulis di buku kehidupan kita. Marilah kita menulis dengan tinta cinta, penuh perhitungan, serta dengan pena kebijaksanaan, agar diri kita bagaikan batik yang khas, unik dan memesona menjadi kekayaan dan kebanggaan bangsa Indonesia.

Kita tahu bahwa Tuhan memang tidak pernah menjanjikan bahwa langit itu selalu biru, bunga selalu mekar, dan mentari selalu bersinar. Namun kita juga yakin bahwa Tuhan selalu memberi pelangi di setiap badai, senyum di setiap air mata, berkah di setiap cobaan, dan  jawaban di setiap doa kita. Akhirnya, semoga halaman-halaman di buku kehidupan kita berisi sesuatu yang lebih baik lagi dan lebih baik lagi sebagaimana batik Indonesia yang beraneka ragam corak dan pesonanya itu mendatangkan kebanggaan bagi bangsa dan negara kita yang bhineka tunggal ika ini.

Arcadius Benawa