Mengapa Mahasiswa Mencontek dalam Ujian?

Oleh: Nikodemus Thomas Martoredjo

Fenomena kecurangan dalam ujian ini masih terus menghantui dunia pendidikan kita. Temuan menarik ini dapat dielaborasi lebih lanjut melalui sudut pandang psikologi. Perlu dan penting untuk menggali akar psikologis di balik perilaku mencontek tersebut.

Berdasarkan teori motivasi, ada motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik. Motivasi ekstrinsik dapat terwujud dalam tekanan untuk mendapatkan nilai bagus, takut gagal, dan persepsi bahwa ujian tidak adil menjadi pemicu utama perilaku mencontek. Ini menunjukkan bahwa mahasiswa lebih termotivasi oleh faktor eksternal seperti nilai daripada pemahaman mendalam terhadap materi. Sementera motivasi intrinsik termanifestasi ketika mahasiswa merasa bahwa materi ujian relevan dengan karier masa depan mereka, motivasi intrinsik untuk belajar meningkat. Hal ini menunjukkan bahwa jika mahasiswa merasa terhubung dengan materi pelajaran, mereka cenderung lebih jujur  dan mau belajar.

Dari sudut pandang teori Kognitif Sosial terkait dengan pembentukan norma dimana lingkungan sosial di dalam kelas, termasuk sikap dosen dan teman sebaya, dapat membentuk norma-norma tertentu. Jika norma yang dominan adalah mentoleransi atau bahkan mendukung kecurangan, maka mahasiswa cenderung mengikuti norma tersebut. Juga adanya pembelajaran observasional. Artinya mahasiswa seringkali mengamati perilaku teman sebayanya. Jika mereka melihat teman-teman mereka mencontek dan tidak mendapat konsekuensi yang serius, mereka mungkin akan meniru perilaku tersebut.

Jika kita meninjau dari Teori Atribusi, dapat dikatakan bahwa mahasiswa yang sering mengalami kegagalan dalam ujian cenderung menyalahkan faktor eksternal seperti kesulitan ujian, ketepatan waktu, ketentuan ujian dan lain sebagainya daripada mengakui kekurangan diri dan berusaha keras mengembangkan diri. Hal ini dapat memicu perilaku mencontek sebagai upaya untuk menghindari kegagalan.

Lalu apa yang dapat dilakukan?  Beberapa usaha dapat dilakukan adalah:

  1. Merancang ujian yang relevan. Ujian harus dirancang sedemikian rupa sehingga relevan dengan kehidupan nyata mahasiswa dan memberikan kontribusi pada pembelajaran mereka.
  2. Membangun Hubungan Positif Dosen-Mahasiswa. Hubungan dan komunikasi  yang baik antara dosen dan mahasiswa dapat menciptakan suasana belajar yang kondusif dan mendorong mahasiswa untuk lebih bertanggung jawab terhadap tugas dan tanggung jawabnya.
  3. Mengedepankan pendidikan nilai-nilai. Pendidikan nilai-nilai akademik seperti kejujuran, integritas, dan tanggung jawab harus dimulai sejak dini dan terus diperkuat sepanjang proses pembelajaran secara bersama-sama semua yang terlibat.
  4. Penggunaan teknologi untuk mencegah kecurangan. Teknologi sebagai alat bantu dapat digunakan untuk mengembangkan sistem pengawasan yang lebih efektif dan mendeteksi kecurangan.

Perilaku mencontek dalam ujian daring merupakan fenomena kompleks yang dipengaruhi oleh berbagai faktor psikologis, sosial, dan lingkungan. Untuk mengatasi masalah ini, diperlukan pendekatan yang komprehensif yang melibatkan dosen, mahasiswa, dan institusi pendidikan. Dengan memahami akar penyebabnya, dapat dirancang strategi yang lebih efektif untuk mencegah kecurangan dan menciptakan lingkungan belajar yang lebih sehat dan produktif.

Nikodemus T. Martoredjo