Seri Khazanah Budaya Nusantara: Kain Tenun (Songket)  Aceh

Oleh: Rina Patriana Chairiyani

Kain tenun Aceh termasuk jajaran kain tua di Indonesia. Kemunculannya bahkan sudah sejak berabad-abad yang lalu. Sebagaimana yang kita ketahui Aceh terutama Aceh Besar, Aceh Selatan, Aceh Barat, dan Pidie, sudah sejak dahulu kala ramai menjadi tempat persinggahan persinggahan saudagar dari berbagai negara. termasuk Persia, China, India, dan lain-lain, sehingga tidak heran kain tenun Aceh kemudian menjadi popular (traveloka.com, 2024). Kain tenun Aceh atau kain songket Aceh adalah kerajinan tangan yang dilakukan secara tradisional dan turun temurun dengan menggunakan alat tenun kaki tangan (ATKTP). Budaya menenun telah ada pada masyarakat Aceh dan merupakan warisan budaya yang telah berusia ratusan tahun lamanya, sebagaimana halnya membatik pada masyarakat pulau Jawa (kumparanstyle, 2019).

Salah satu ciri khas kain tenun Aceh adalah gemerlap warna, corak, dan kilauan emas yang terpancar dari tenun yang dipakainya (tenun.id). Kain khas Aceh ini dibuat dengan bahan dasar benang sutera yang lembut dan mewah. Kemudian ditenun dengan alat yang bernama teupeun. Selain itu alat lainnya yang digunakan adalah tureuk atau torak yang merupakan sepotong bulu bambu, nurieng, dan anak klip (traveloka.com, 2024).Selain benang sutera, untuk berbagai motifnya, kain khas Aceh satu ini juga dipadukan dengan benang emas atau perak. Tentu saja selain memberikan unsur mewah membuat motifnya kian menarik (traveloka.com, 2024). Naumn, di balik tenun Aceh yang penuh dengan gemerlap tersebut, ternyata memiliki makna filosofi yang sangat mendalam (tenun.id).

Pada zaman penjajahan, kain tenun (songket) digunakan oleh para pejuang Aceh (traveloka.com, 2024). Riwayatnya kain songket pada masa penjajahan dahulu, digunakan para pejuang Aceh ditenun dengan motif kaligrafi, membentuk bacaan kalimat “Lailahaillallah” yang dinilai menjadi letak kekuatan kain tersebut membangkitkan semangat rakyat Aceh (kumparanstyle, 2019). Selain digunakan oleh para pejuang, kain khas Aceh juga banyak digunakan untuk pelengkap pakaian raja. Biasanya dilingkarkan di pinggang sampai batas lutut dan juga dililitkan melintang badan. Sekarang sudah banyak digunakan untuk pakaian pengantin (traveloka.com, 2024).

Diantara semua motif yang menarik, motif bungong adalah adalah motif yang paling terkenal. Tenun Aceh motif bungong terbentuk dari petikan – petikan kalimah dalam ayat suci Al-Qur’an yang biasanya digunakan untuk penutup kepala dan selendang bagi perempuan. Penempatan motif bungong kalimah di bagian kepala berkaitan erat dengan konsep yang berkembang dalam masyarakat Aceh bahwa kalimah Allah harus ditempatkan di posisi yang tinggi. Selain Bungong, banyak sekali jenis – jenis motif songket Aceh lainnya seperti motif buah, motif bunga, motif awan, motif tali air serta geometris. Salah satu motif bunga delima memiliki filosofi dari buah delima yang menggambarkan salah satu buah yang ada disurga. Sebenarnya masih banyak motif tenun aceh yang memiliki filosofi lainnya seperti motif daun sirih, motif pucuk rembung dan lainnya yang melambangkan kehidupan duniawi  (tenun.id).

Referensi:

Kumparanstyle. 2019. https://kumparan.com/kumparanstyle/riwayat-tenun-aceh-digunakan-para-pejuang-aceh-sejak-zaman-penjajahan-1537094711967568774/full

Tenun.id. Motif, Makna dan Sejarah Kain Tenun Aceh. https://tenun.id/tenun-songket-aceh-filosofi-mendalam-di-balik-motifnya/

Traveloka.com.2024. Fakta Menarik Kain Khas Aceh yang Cantik dan Kaya Makna. https://www.traveloka.com/id-id/explore/destination/fakta-menarik-kain-khas-aceh-acc/326988a

Rina Patriana Chairiyani