Semua Manusia Sebagai Saudara

Ket. foto | Dr. Salman Habeahan, S.Ag.,MM, Dir. Pendidikan Katolik Ditjen Bimas Katolik                Kementerian Agama R.I.

Jakarta, CBDC –  Isu utama SDGs seperti kesejahteraan sosial, ekonomi, pengentasan kemiskinan, pendidikan berkualitas, kesehatan, ketahanan keluarga, kesetaraan, perdamaian dan lain sebagainya harus menjadi perjuangan bersama umat beragama.

Pernyataan ini disampaikan oleh Dr. Salman Habeahan, S.Ag., MM dalam seminar sehari di Universitas Bina Nusantara, Kampus Anggrek, pada Jumat, 7 Juni 2024.

Seminar ini diselenggarakan oleh Unit Character Building Development Center (CBDC) dan diikuti secara onsite dan online oleh Mahasiswa dan para pengajar Character Building di seluruh area Kampus Binus seperti Binus Kampus Bandung, Binus Kampus Malang, dan Binus Kampus Semarang.

Dr. Salman menegaskan bahwa usaha menegakkan keadilan dalam pembangunan nasional, membela yang lemah dan miskin menuntut kesediaan untuk menderita bersama orang-orang yang lemah dan miskin sebagai korban pembangunan.

Dr. Salman yang juga menjabat sebagai Direktur Pendidikan Katolik Ditjen Bimas Katolik Kementerian Agama R.I.   itu menambahkan kesediaan untuk menderita adalah test case apakah para elit agama – juga semua orang  – sungguh mempunyai komitmen kuat untuk menegakkan keadilan, mewujudkan keberpihakan kepada mereka yang lemah dan miskin.

Menurutnya, misi kenabian yang diangkat dari kehadiran agama, yang terjadi bukan sekedar orientasi atau toleransi yang positif dari kerukunan, melainkan mobilisasi komitmen perikemanusiaan yang sekaligus berdimensi transendental agama melampaui kelompok serta denominasi sebagai wujud pembangunan berkelanjutan

Setiap agama memiliki peran dan tanggungjawab yang sama untuk mengusahakan keadilan sosial. Oleh karena itu, kerja sama antar agama menjadi sangat penting.

Dalam konteks itu, secara khusus, Dr. Salman menjelaskan komintmen bersama Paus Fransiskus dan Imam Besar Ahmad Al-Tayeb dengan mengeluarkan Deklarasi Abu Dhabi.

Deklarasi Abu Dhabi mencerminkan nilai-nilai moderasi beragama pada tingkat global, khususnya Islam – Katolik. Menurt Dr. Salman, pada prinsipnya Deklarasi itu merupakan kelanjutan dari semangat Konsili Vatikan II di mana Gereja Katolik menjadi lebih terbuka dengan ajaran agama-agama di luar Gereja Katolik.

Deklarasi Abi Dhabi memuat sekaligus aspek teologis dan misiologis. Aspek Teologisnya adalah bahwa iman kepada Allah yang menciptakan bumi dan seluruh ciptaan mendorong setiap umat beriman berjuang untuk persaudaran antar manusia dan relasi dengan alam. Sendangkan aspek misiologisnya bersifat imperative bagi persaudaraan manusia dan Kerja sama bagi umat beragama, menjadikan semua manusia sebagai saudara.

Dr. Salman menjelaskan bahwa persaudaraan menjadi kata kunci penting dalam semua dokumen yang diterbitkan oleh Paus Fransiskus.  Enksiklik Frateli Tutti yang dikeluarkan pada 4 Oktober 2020 misalnya berisi tentang persaudaraan universal yang Mengakui martabat setiap pribadi manusia.

Yustinus Suhardi Ruman