Orang Lain adalah Sesama

Oleh: Arcadius Benawa

Orang lain adalah sesama bukan sekadar dalam artian sama-sama memiliki kodrat yang sama sebagai manusia yang memang merupakan basic trust. Akan tetapi juga di dalam implikasi dari pemahaman bahwa orang lain adalah sesama. Dari perspektif Injil dikatakan bahwa hukum utama adalah kasih. “Kasihilah Tuhan, Allahmu dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu!” (Matius 22:38) Itulah hukum yang terutama dan yang pertama. Dan hukum yang kedua, yang sama dengan itu, ialah “Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri!” (Matius 22: 39).

Atas perintah kedua ini ada sementara pihak yang mau membenarkan diri atas egoismenya. Mereka beranggapan bahwa sudah sesuai dengan hukum yang kedua yang sama pentingnya dengan hukum yang pertama ketika ia mencintai dirinya sendiri sudah otomatis ia telah mencintai sesamanya. Sikap membenarkan diri seperti itu tentu tidak tepat, karena kurang teliti dalam mencermati perintah kedua. Sesungguhnya perintah kedua berbunyi: Cintailah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri! Jadi, primer adalah perintah untuk mencintai sesama! Adapun “seperti engkau mencintai dirimu sendiri” adalah ukurannya. Artinya, seberapa besar aku mencintai sesamaku, mestinya adalah sebesar engkau mencintai dirimu sendiri! Jadi, jelas tidak ada tendensi untuk membenarkan egoisme yang hanya terkungkung pada cinta dan peduli pada diri sendiri dan tidak mengabaikan cinta dan kepedulian pada sesama.

Oleh karena itu untuk lebih cermat menghayati perintah pertama dan kedua itu selayaknyalah kita mencermati perintah yang lebih operasional yang lebih populer kita kenal sebagai “Golden Rule” atau aturan emas. “Lakukanlah apa yang kamu harapkan orang lain lakukan untukmu, dan janganlah berbuat apa yang tak kau inginkan diperbuat orang lain bagimu!” (Matius 7: 12). Lebih jelasnya, kalau kamu ingin dipuji, jangan pelitlah memberi pujian kepada orang lain. Kalau kamu tak ingin dihina oleh orang lain, jangan pula kamu menghina orang lain.

Sementara itu dari pemikiran filosofis, golden rule seperti itu mengingatkan kita pada sosok filsuf asal Wna bernama Martin Buber yang terkenal dengan pandangan filosofisnya tentang relasi aku dan engkau. Bahwa engkau yang adalah sesama tak lain adalah aku yang lain. Maka selayaknyalah kita menjunjung tinggi hukum emas itu maupun hukum kedua tentang cintailah sesamamu manusia seperti engkau mencintai dirimu sendiri. Pasalnya, orang lain atau sesama kita itu  pada hakikatnya adalah aku yang lain. Maka, selamat menghayati relasi aku dan engkau dalam komunitas kita, entah di dalam keluarga, tempat kerja, masyarakat, maupun di mana saja kita berelasi dengan orang lain yang nota bene adalah sesama kita atau aku yang lain. Semoga.

Arcadius Benawa