Musik Dapat Meretas Batas-Batas Identitas Sosial
Ket. foto | Gazpar Araja, Sedang Memainkan Alat Musik Sasando
Jakarta, CBDC – Seni adalah kesanggupan akal manusia untuk menciptakan sesuatu yang mengandung keindahan dan dapat diekspresikan melalui gerak ataupun ekspresi lainnya. Musik adalah bagian dari seni. Musik adalah ekspresi keindahan melalui nada atau suara yang disusun sedemikian rupa sehingga mengandung ritme, lagu, dan keharmonisan.
Pandangan tersebut dikemukakan oleh Gazpar Araja dalam seminar tanggal 7 Juni 2024 di Kampus Binus Anggrek dan diikuti oleh para Mahasiswa/i dan dosen Pengajar Character Building dari semua area Kampus Binus seperti Binus Kemanggisan, Binus Bandung, Binus Malang dan Binus Semarang.
Gazpar adalah seorang Musisi yang telah melalang buana. Ia dikenal dengan kepiawaiannya memainkan musik tradisional Sasando.
Musik Sasando merupakan alat musik tradisional dari kebudayaan Rote, Provinsi Nusa Tenggara Timur. Musik Sasando memiliki karakter yang unik. Memainkan musik Sasando harus menggunakan jari-jari tangan kanan dan tangan kiri. Tangan kiri berfungsi memainkan melodi dan bas, sedangkan tangan kanan bertugas memainkan accord.
Dalam pemaparannya, ia menerangkan bahwa musik memiliki peran penting dalam menciptakan perdamaian dan keharmonisan. Musik dapat meretas batas-batas sosial, agama, kelas sosial, budaya. Musik dapat dinikmati oleh siapa saja. Saat sekelompok orang mendengarkan musik, pada saat yang sama secara kolektif mereka dapat mengalami dan mengekspresikan pengalaman keindahan yang sama tanpa memedulikan lagi identitas sosial tertentu.
Ia mencontohkan, “saat saya mengajak teman-teman untuk bernyanyi diawal tadi, saya yakin semua merasakan keindahan melodi lagu dan kedalaman lirik yang kuat dari lagu itu. Saat kita bernyanyi, adakah teman-teman yang bertanya tentang saya (Gazpar sebagai pemain sasando ini agama apa), yang ciptakan lagu agama apa, yang buatkan aranseman lagu ini dari suku mana? Pertanyaan itu tentu tidak muncul karena kita sedang menikmati keindahan dari musik. Musik itu bahasa universal. Tidak ada sekat di dalam musik. Musik bisa membawa kedamaian dalam hati dan sebagai sarana untuk memuji sang pencipta. Musik juga bisa sebagai sarana untuk memperkuat toleransi. Teman-teman saya banyak yang muslim tetapi sering mendapat job memainkan lagu-lagu gereja, atau sebaliknya. Begitu pula di media sosial, kita bisa melihat ada orang yang bernyanyi lagu yang bukan dari agamanya”, terangnya.
Melengkapi presentasinya, Gazpar memainkan Sasando untuk mengiringi lagu Bolelebo. Lagu Bolelebo merupakan salah satu lagu yang dikenal luas dan dibanggakan oleh masyarakat Nusa Tenggara Timur pada umunya, dan masyarakat Timor pada khususnya. Larik lagu ini bermakna tentang cinta dan rasa bangga masyarakat NTT atas kampung halaman mereka yakni Tanah Timor atau Nusa Tenggara Timur. Selain itu, lagu ini juga mengungkapkan kerinduan masyarakat NTT yang hidup di perantauan saat mengingat kampung halaman mereka.