Islam Memerintahkan Berlaku Adil dan Mengajarkan Kebajikan Hidup
Ket. Foto | Dr. Marsudi Fitro Widow, S.E., M.Ag
Jakarta, CBDC – Islam sangat mendukung Sustainable Development Goals (SDGs). Terkait SDGs 16 yang bertema “Perdamaian, Keadilan Dan Kelembagaan Yang Tangguh”, jelas sangat didukung oleh ajaran Islam.
Hal itu dikemukan oleh Dr. Marsudi Fitro Widow, S.E., M.Ag dalam seminar yang diadakan oleh Character Building Development Center (CBDC) Universitas Bina Nusantara pada pada Jumaat, 7/6/2024. Seminar ini mengambil tema “Membangun Kedamaian, Keadilan Sosial, dan Kerjasama Antar Umat Beragama dalam Konteks SDG”.
Pada kesempatan itu, Dr. Marsudi yang juga merupakan salah satu dosen Character Building Agama di Universitas Bina Nusantara area Bandung menjelaskan bahwa perintah untuk berlaku adil dan bijaksana sangat jelas dalam QS. Al-Nahl [16]: 90).
“Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan. Memberi kepada kaum kerabatnya dan Allah melarang dari berbuat keji, mungkar dan permusuhan, dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran.”
Kedilan yang dimaksudkan oleh Islam, terang Dr. Marsudi meliputi seluruh faktor-faktor dasar kehidupan manusia.
Artinya, keadilan itu tidak hanya tekait dengan ekonomi semata-mata. Keadilan juga “bersangkutan dengan kehidupan dan kegiatan-kegiatan manusia, bahkan juga menyangkut pola pikir dan sikap, hati dan kesadaran”
Sedangkan hal yang berkaitan dengan dialog antaragama dan kepercayaan untuk membangun kedamaian, keadilan sosial dan kerja sama, tegas Dr. Marsudi, dapat dirujuk pada tiga sumber teoritis.
Tentu saja, dalam pandangan Islam, sumber utamanya adalah Alquran yang berbunyi, “Hai Manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan. Kemudian Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah adalah orang yang paling bertakwa. Sesungguhnya Allah maha mengetahui Lagi Maha Teliti”. (QS. Al-Hujurat: 13).
Selain itu, Dr. Marsudi juga mengutip pandangan dari tokoh Islam terkemuka seperti Abdurrahman Wahid. Gus Dur, begitu ia dikenal secara publik menerangkan bahwa perbedaan keyakinan tidak membatasi atau melarang kerjasama antara agama yang satu dengan agama yang lainnya, terutama dalam hal-hal yang menyangkut kepentingan umat manusia. Penerimaan akan kerjasama itu tentunya akan dapat diwujudkan dalam praktek kehidupan apabila ada dialog antaragama. Dengan kata lain kerjasama tidak akan terlaksana tanpa dialog, oleh karena itu dialog antaragama juga menjadi kewajiban.
Selain dua sumber di atas, Dr. Marsudi juga mengutip Hans Kung yang menjelaskan bahwa tidak ada damai antar bangsa tanpa adanya damai antar agama; Tidak ada damai antar agama tanpa dialog di antara agama-agama; Tidak ada dialog di antara agama tanpa penelitian ke dalam fondasi teologis agama.