Dua Cerita Tentang Tidur: Refleksi
Oleh: Oki Hermawati
Suatu kali dalam acara makan siang bersama dengan dua keluarga, kami sampai di topik tentang tidur. Seorang istri bercerita jika suaminya adalah tipe orang yang cepat sekali tidur dimana saja dan kapan saja. Awalnya sang istri mengeluhkan karena suaminya cepat sekali tidur, tetapi ia katakan ada komentar menarik dari pendeta yang saat itu mendengar keluhannya, “Wah itu anugerah, banyak orang tidak bisa tidur dengan cepat dan pulas, bersyukur suamimu orang yang gampang untuk langsung tidur.” Pembicaraan kami berlanjut dengan seorang bapak yang menceritakan kisah rekannya yang melawan waktu tidur. Temannya adalah pimpinan tinggi di sebuah perusahaan. Ia memilih berangkat kerja di siang hari dan bekerja hingga larut malam. Pagi hari ia masih tidur dan siang berangkat kerja karena alasan menghindari kemacetan di jalanan saat pagi hari. Ia bekerja sendirian dari sore hingga larut malam di kantor dan bertahun-tahun ia jalani cara kerja yang unik. Umur pendek menjadi akhir cerita orang ini dan disinyalir karena cara hidupnya yang tidak seimbang dengan pola tidur.
Dua cerita diatas mengangkat isu dasar yang sama yaitu soal tidur. Cerita yang pertama tentang keluhan cepat sekali tertidur yang berubah jadi hal yang patut disyukuri karena tidak semua orang bisa cepat tidur. Beberapa orang mengalami kesulitan untuk tidur sehingga ia harus menghitung domba 1-1000, mendengarkan instrumen lagu, minum obat tidur resep dokter dsb. Saya rasa setiap kita punya cerita soal tidur. Cerita pertama bisa menjadi cerita sebagian orang yang “dianugerahi” cepat tidur. Cerita ini juga mungkin pernah kita alami ketika mengalami kelelahan fisik, kita tertidur di dalam mobil, sewaktu duduk di sofa, membaca buku, menonton film di bioskop, mendengarkan musik dan saya pernah mengalami tertidur ketika sedang ditelepon.
Cerita kedua tentang orang yang menggubah jam tidur malam dan berakhir dengan umur yang tidak panjang. Cerita kedua adalah cerita yang jarang sekali saya dengar. Cerita ini menjadi sebuah refleksi. Pola tidur menjadi hal penting yang perlu diperhatikan dalam hidup. Malam memang waktunya untuk tidur dengan durasi yang cukup panjang, pagi adalah awal untuk memulai hari bekerja sampai matahari terbenam. Tidur dan polanya menjadi suatu rangkaian kesatuan dalam tubuh manusia yang memang membutuhkan waktu untuk beristirahat. Tidur rupanya bukan persoalan sederhana, tidur bisa menjadi sederhana tetapi rupanya bisa menjadi hal yang kompleks yang dialami oleh manusia. Bagaimana dengan kita? Urusan tidur apakah urusan sederhana atau menjadi kompleks? Mari kita ikutin aturan mainnya, tidurlah jika memang waktunya untuk beristirahat dan bangunlah jika sudah waktunya untuk beraktivitas. Salam sehat selalu!