Tentang Kesuksesan dan Kegagalan

Oleh: Kartika Yulianti

Sebagian besar masyarakat lebih menghargai kesuksesan dan kemenangan, terlepas dari bagaimana kita mendefinisikannya. Kita hidup di dunia di mana kesuksesan seringkali dianggap sebagai tujuan utama. Kita merayakan dan mengapresiasi mereka yang berhasil mencapai prestasi tertinggi dalam bidang mereka dan kita ingin meniru kesuksesan mereka dalam kehidupan kita sendiri. Padahal kesuksesan tidak selalu sebaik yang terlihat. Padahal, adakah di antara kita yang selalu sukses di sepanjang hidupnya? Adakah di antara kita yang sama sekali tidak pernah gagal di dalam hidupnya?

Padahal, kegagalan bisa sama berharganya, atau bahkan lebih berharga daripada kesuksesan. Tetapi, we are biologically wired to fear failure. Kita takut dan malu jika mengalami kegagalan. Kita bangga jika berhasil.

Kunci kesuksesan bukan hanya tentang kerja keras, bakat, atau pola pikir, tetapi juga berhubungan dengan kemampuan kita untuk terus berjuang dalam menghadapi kesulitan. Kegagalan di masa lalu mungkin mengindikasikan kurangnya kesuksesan, namun sebetulnya kegagalan memberikan umpan balik positif dan memungkinkan kita untuk menyesuaikan langkah-langkah kita ke depan. Success is overrated!

J.K Rowling dalam commencement speechnya di Harvard University pada tahun 2008, di hadapan para profesor dan wisudawan justru menyampaikan ini:

“On this wonderful day when we are gathered together to celebrate your academic success, I have decided to talk to you about the benefits of failure.”

“What I feared most for myself at your age was not poverty, but failure.”

 Ada beberapa poin penting yang bisa kita pelajari dari J.K Rowling di commencement speechnya itu, antara lain:

  • Titik terendahnya di dalam hidup justru merupakan pondasi kokoh di mana dia membangun kembali hidupnya.
  • Kegagalan di dalam hidup adalah hal yang tidak terhindarkan, maka terimalah itu jika mengalaminya.
  • Mengetahui bahwa kita menjadi lebih bijaksana dan kuat setelah menghadapi rintangan, berarti kita semakin yakin dengan kemampuan kita untuk bertahan.
  • Kita tidak akan sepenuhnya memahami diri kita sampai kita diuji oleh kesulitan.
  • Kesadaran akan hal-hal tersebut merupakan anugerah yang tidak ternilai, meskipun diperoleh dengan penuh rasa sakit.
  • Kebahagiaan pribadi terletak pada pemahaman bahwa hidup bukanlah sekadar daftar perolehan atau pencapaian. Kualifikasi kita, CV kita, bukanlah hidup kita. Hidup itu tidak mudah dan rumit, kerendahan hati untuk mengetahui dan mengakui itu akan memungkinkan kita untuk bertahan dari lika-liku hidup.

Menutup tulisan ini, saya akan mengutip Taylor Swift dalam commencement speech di hadapan para profesor dan wisudawan di New York University pada tahun 2022:

“I’m trying to tell you that losing things doesn’t just mean losing. A lot of the time, when we lose things, we gain things too.”

  Referensi:

J.K Rowling, Harvard University Commencement Speech, 2008:

https://www.youtube.com/watch?v=UibfDUPJAEU

Taylor Swift, New York University, Commencement Speech, 2022:

https://www.youtube.com/watch?v=OBG50aoUwlI

Mike van der Poel on Failure vs Success:

https://mikevanderpoel.com/failure-vs-success/

Kevin McDonnel on Why Success is Overrated:

https://www.linkedin.com/pulse/why-success-overrated-my-case-embracing-failure-from-kevin-mcdonnell

Kartika Yulianti